Setiap pemasar yang menangani sebuah produk, tentunya tidak luput dari persoalan membuat design kemasan, baik itu untuk kemasan produk baru yang akan di-launch maupun untuk menyegarkan penampilan produk yang sudah ada di pasar. Pembuatan Design kemasan, sangat umum dilakukan oleh Internal Graphic Designer (apabila perusahaan tempat kita bekerja memiliki fasilitas & tenaga ini) atau mungkin juga oleh pihak ke tiga (eksternal/ dalam hal ini Design Agency).
Tidak masalah siapa yang akan membuat design kemasan kita, namun pada prinsipnya baik internal designer maupun eksternal designer, sangat perlu untuk mendapatkan brief yang jelas mengenai tujuan kita untuk membuat design, latar belakang serta konsern kita , agar:
1. Designer memahami apa tujuan kita membuat design, misalnya apakah untuk:
a. Menyegarkan/membuat tampilan produk agar tampak lebih modern setelah 5 tahun beredar di pasaran dan tidak pernah diganti.
b. Membuat tampilan produk menyerupai tampilan Market Leader dengan harga lebih miring, guna mendapatkan tambahan share dengan mudah.
c. Membuat kemasan yang lebih ekonomis namun tetap menarik.
d. Membuat baru yang beda dengan semua design kemasan lain.
e. Dsb.
Hal ini penting untukmengarahkan designer menggali ide-ide kreatifnya dengan lebih efisien agar sejalan dengan tujuan bisnis kita. Designer yang tidak paham akan objective bisnis dari brand akan cenderung membuat karya seni ‘ murni’ dibandingkan membuat karaya seni ‘bisnis’, sehingga apa yang disajikan kepada kita mungkin saja suatu karya seni yang bermutu tinggi dan sangat indah namun sama sekali tidak menjual. Sebagai seorang pemasar, tentunya kita tidak menginginkan hal ini.
2. Designer lebih memahami mengenai brand kita, lebih merasa bahwa iapun bagian dari team yang ikut merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap kemajuan brand.
3. Designer memahami sejauh mana ia boleh berkreasi dengan ide-idenya, apakah ada batasan batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar (mungkin bentuk, warna logo atau icon-icon lain yang sangat kuat di dalam benak konsumen dikaitkan dengan brand kita); apakah ia boleh melakukan suatu design yang sifatnya ‘ revolusioner’ atau cukup hanya sebatas “evolusioner” saja? Hal ini sangat membantu designer untuk lebih focus dan tidak membuang-buang waktunya untuk hal-hal yang tidak kita butuhkan.
4. Designer memahami di media apa saja design akan dituangkan dan untuk produk apa saja, sehingga ia bisa memikirkan sisi tekniknya : misalnya penggunaan warna pada kemasan botol yang diprint saat ini terbatas (3 – 4 warna), atau contoh lain, untuk kemasan cream atau oil, ia perlu menyarankan penggunaan warna silver dengan lebih hati-hati apabila tidak mau kelak mudah terkelupas dan merusak image dari brand, dsb. Designer juga bisa bekerja untuk membantu kita mengurangi cost packaging dengan menyediakan design berbasis warna lebih sedikit namun dengan hasil yang tetap indah, menarik dan menjual, apabila ia tahu latar belakang brand kita lebih banyak.
5. Designer memahami kapan ia harus menyerahkan hasil pekerjaannya tanpa perlu kita uber-uber dan marah marah, mengapa kok designer ini kerjanya lambat seperti keong racun. Karena apabila kita telah menuliskan ‘timingnya’ dengan baik, maka designer cenderung akan lebih komit terhadap waktu.
6. Brief yang tertulis sudah pasti sangat memudahkan designer untuk mengingat hal-hal yang kita arahkan karena dengan berjalannya waktu, designer kita dapat menengok kembali brief kita apabila lupa, tanpa perlu membuat kesalahan kesalahan yang tak perlu.
7. Brief tertulis juga memungkinkan kita untuk mengevaluasi seberapa bagus kinerja designer kita baik dari sisi kreatifitas, cost maupun waktu – terutama apabila semua hal itu telah kita tuliskan dengan jelas dalam brief.
Perlakukanlah Graphic Designer kita ataupun Design Agency kita sebagai partner dalam bisnis sehingga ia merasa ikut memiliki, bertanggungjawab dan memberikan kreatifitas terbaiknya bagi kepentingan brand kita. Kesalahan fatal bagi para pemasar adalah bila memperlakukan para Graphic Designer atau Agency ini sebagai hanya sekedar “tukang gambar” , bukan sebagai partner bisnis. Karena bila kita memperlakukannya sebagai tukang yang kita suruh mengerjakan saja, maka yang ia lakukan hanya sekedar mengerjakan, menerima bayaran lalu pergi. Selesai! Kita tidak mendapatkan design yang terbaik yang seharusnya didapatkan oleh brand kita.
Setelah mengirimkan Brief secara tertulis, selalu usahakan untuk melakukan brief dalam meeting, untuk memberikan kesempatan pemahaman yang lebih baik pada Agency.