Daily Archives: December 19, 2010

My Sunny Brighty Zinnia

Standard

Zinnias were common flowes I found in my childhood home garden in Bangli, a small town in the central of Bali. They gave my home garden the splashes of colour and seasonal interest. My dad has very passion for flowers and often asked me to help him to take care the plants, cut the old stem, watering, clean them from pest manualy… while my mum… she really happy to cut them and arrange them for offering or .. to beautify our rooms. Balinese and flowers, they are always together. Read the rest of this entry

Good Food = Good Mood …. Warm Ginger Drink – Spice Up Your Night! Let him back to his best mood…

Standard

Back home from the office, exhausted… and find husband is not in the good mood? Mmm.. what can we do? You don’t want to let him down, while you also need to refresh yourself, right?

What about Ginger drink? For both you and your husband? A  friend (Wiwied) wrote on his FB wall – Good Food = Good Mood – Thanks Wiwied, for the idea. Read the rest of this entry

What Is Your Job, Mom?

Standard

Anak saya bertanya kepada saya “ Mom, apa sebenarnya pekerjaanmu di kantor?”.
Saya menjawab “Marketing”.
Anak saya telihat berpikir sejenak dan wajahnya terlihat tidak puas. “I know Marketing. Tapi apa yang dikerjakan olehmu setiap harinya”.
“Menjual Produk” kata saya kembali.
“Mengapa saya tidak pernah melihatmu berjualan di toko?” Ia bertanya heran.
“Mmm… membuat produk yang akan dijual” kata saya meralat ala kadarnya. Rupanya ia masih tidak puas .
“Apakah pekerjaanmu benar-benar mengaduk aduk bahan dan membuat sabun?. Seperti membuat pancake yang kita bikin berdua waktu itu?” tanyanya penasaran.
“Tentu saja tidak! Saya tidak mengerjakannya secara langsung” Kata saya sambil tertawa.
Tambah heran. Ia mengerenyitkan dahinya “Lalu apa pekerjaan Marketing itu sesungguhnya? “

Mmm.. bertahun tahun bekerja di marketing, saya tidak pernah menyangka akan ada seseorang menanyakan detail pekerjaan saya seperti itu. Dan sekarang saya harus menjelaskan kepada seorang anak kecil yang sedikitpun tidak memahami ilmu ekonomi. Wah.. bagaimana akan saya jelaskan kepadanya? Haruskah saya jelaskan kepadanya segala tetek bengek pekerjaan saya mulai dari menggali idea guna mencari peluang yang mungkin menghasilkan uang, memahami prilaku pasar dan konsumennya, mendevelop brand concept & strategynya agar memenuhi selera pasar dan beda dengan yang orang lain tawarkan , memastikan formula, kemasannya disukai oleh konsumen yang saya targetkan dst, dst banyak sekali … hingga mengarahkan ke channel mana produk ini akan dijual biar konsumen mudah mendapatkannya, memastikan supply yang memadai, pemajangan di toko yang baik agar konsumen mudah melihatnya, mengkomunikasikannya lewat iklan, mendorong konsumen untuk mencoba, melakukan repeat penjualan dan meningkatkan volume penjualan dan berakhir di masalah financial. Memastikan bahwa apa yang saya lakukan itu menghasilkan duit bagi company, baik dari sisi penjualan dan keuntungan. Semuanya memang UUD – ujung ujungnya duit. Ngga ada perusahaan yang mau berbisnis untuk merugi.

Hmm… kalau dijembrengin ternyata banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang Marketer. Belum sempat saya menuliskan semuanya, rasanya saya sudah penat mendengarkannya. Tapi tentu saja saya tidak menceritakan semua itu kepada anak saya. Akhirnya saya hanya mengatakan kepadanya dengan bahasa sederhana bahwa saya bersama sama teman-teman saya bertugas membuat dan menjual produk dan tugas saya adalah memastikan agar produk yang terjual itu disukai oleh pembeli dan akhirnya menghasilkan keuntungan buat perusahaan tempat saya bekerja agar bisa membayar gaji saya biar kami bisa makan dan beli ini itu… he he he..
Entah ia mengerti atau tidak, ia mendengarkan namun sejenak kemudian tenggelam kembali dengan PSPnya. Sibuk dengan idenya dalam games untuk membangun peternakan besar dengan ladang yang luas untuk menampung para ayam, domba dan sapi..

Tapi tak ayal pertanyaan itu masih meninggalkan sisa di kepala saya. Apa itu Marketing? Kalau dilihat dari sisi umum, mungkin jawabannya “ Menyediakan sesuatu dan menjualnya”. Tapi kalau dipikir kembali… gimana kalau tak seorangpun memerlukan “sesuatu” itu? Atau tidak menemukan “sesuatu” itu disekitarnya? Apakah hanya dengan menyediakannya kita akan masih mampu menjualnya? Rasanya tidak..
Ok.. coba kita revisi. Jadi, marketing adalah..”Menyediakan dan menjual sesuatu yang diperlukan konsumen di tempat mereka berbelanja”. Terdengar cukup bagus ya?

Tapi gimana kalau harganya tidak cocok? Atau gimana kalau di tempat itu ada juga “sesuatu” yang serupa dengan yang kita tawarkan? Atau gimana kalau misalnya ukuran, atau warna atau jenis wangi atau pun rasa yang ia sukai tidak tersedia, sementara pesaing kita memilikinya? Nah lo…apakah konsumen masih akan membeli apa yang kita tawarkan? Rasanya kita musti menawarkan sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen sedetail-sedetailnya dan memiliki hal hal yang beda yang membuat konsumen lebih memilih “sesuatu” kita itu dibandingkan merk lain. Jadi kalau begitu.. marketing adalah “ Menyediakan dan menjual sesuatu yang diperlukan konsumen dalam ukuran, warna ataupun rasa yang paling disukainya, dengan harga yang cocok dengan daya beli mereka di tempat mereka biasa berbelanja “ Wah…. definisi yang pengeng dan complicated banget ya…

Kalau kita lihat kembali, apapun yang disebutkan diatas tadi, baik itu sesuatu yang diperlukan, wana, ukuran, wangi, rasa, harga, kemudahan untuk ditemukan dsb –sebenarnya semuanya bisa kita sederhanakan sebagai “kebutuhan & keinginan konsumen”. Jadi sesungguhnya Marketing bukan hanya sekedar menyediakan dan menjual produk, tapi memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Saya senang dengan definisi baru itu..

Sayangnya, belum lima menit saya menikmati kesenangan itu, pertanyaan baru muncul di kepala saya… gimana kalau kita sudah mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen tapi ‘sesuatu” yang kita tawarkan itu ternyata tidak menghasilkan keuntungan ataupun bila tetap menghasilkan tetapi sangat sedikit? Misalnya, demi untuk mendapatkan awareness yang cukup baik, marketer lalu sangat jor-joran dalam memasang iklannya? Atau bersama teamnya mendevelop formula dengan biaya yang sangat tinggi namun menjualnya dengan harga yang semurah mungkin? Atau tidak mengontrol pengeluaran biaya promosi lainnya?

Waduh…..bila sesuatu yang kita tawarkan itu ternyata tidak mampu menyisakan keuntungan bagi perusahaan, lalu untuk apa marketing diadakan? Perusahaan yang merugi hanya mampu mengurangi karyawan, karena tak akan mampu membayar karyawannya dengan baik .

Nah.. jadi tugas mendasar lain dari seorang marketer sesungguhnya adalah untuk memastikan bahwa dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen itu, masih menyisakan margin yang cukup bagi perusahaan, yang ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan karyawannya dari tahun ke tahun. Jadi dalam hal ini maka definisi marketing menjadi bukan hanya sekedar menyediakan dan menjual produk, tapi memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dan sekaligus juga memuaskan kebutuhan dan keinginan stakeholder untuk mendatangkan profit.

Burung Gereja Yang Jatuh di Bawah Jendela

Standard

Sesampai di rumah sepulang dari tugas luar kota saya disambut anak saya dengan wajah yang penuh cerita. Dia mengabarkan bahwa pagi tadi ia menemukan seekor burung gereja yang jatuh di bawah jendela dan tak bisa terbang.

“Kenapa? Tanya saya. Ia menggelengkan kepalanya, namun menyampaikan dugaannya bahwa burung kecil itu mengalami cedera di salah satu sayapnya. Saya lalu menanyakan tentang tindakan yang telah diambilnya sejak melihat kejadian itu. Ia bilang hanya membantu memberinya makan beras dan meletakkannya dalam box yang hangat agar tidak dikerumuni semut.

“Apakah lukanya sudah diobati? “ Tanya saya. Ia menggelengkan kepalanya lagi. “Menunggu dokter hewannya pulang” katanya ringan sambil menarik tangan saya ke ruang belakang dimana ia meletakkan anak burung itu di dalam sebuah kardus bekas sepatu. Saya mengangkat burung kecil yang tampak mengantuk itu dan memeriksa pangkal sayap kirinya yang memang tampak cedera ringan. Saat saya lepaskan kembali ke kardus, berkali kali ia mencoba terbang, namun alhi alih bisa terbang, ia malah meloncat dan berputar karena keseimbangannya terganggu dan jatuh. Akhirnya burung kecil itu menghentikan usahanya karena kecapean.

“ Biarkan saja ia istirahat. Mudah-mudahan besok bisa pulih kembali” kata saya sambil meletakkan kardus itu diatas meja kecil. Anak saya melihat saya dengan sorot mata ragu-ragu.
“ Bagaimana kalau dia kena Flu burung?” Saya agak terkejut mendengar pendapatnya. Sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikiran saya hari itu. Saya lalu melirik anak burung itu sebentar. Tidak terlihat mengalami gejala flu, namun entah kenapa saya menjadi khawatir juga.
“Kalau ternyata kena flu burung, apakah akan kau biarkan ia tetap ada di rumah ini? “Tanya saya. Ia berpikir sejenak, kemudian mengangguk dan berkata ” Iya. Harus ditolong tapi mungkin jangan dimasukkan ke dalam kamar” Saya tertawa mendengar jawabannya. Anak saya terlihat lebih tenang saat saya katakan bahwa burung itu tidak menunjukkan gejala flu. Tentu saja saya takkan mengijinkan anak burung itu masuk ke dalam ke kamar.

Setelah anak saya masuk ke kamar, saya coba periksa lagi dengan lebih hati-hati anak burung dalam kardus itu dan tetap tidak menemukan gejala yang saya curigai. Namun demikian, saya tetap merasa tidak nyaman menyimpan anak burung itu di rumah. Akhirnya saya letakkan di teras belakang. Rupanya suami saya menutup kardus itu agar tidak dimakan kucing yang barangkali iseng lewat. Sepanjang malam saya memikirkan anak burung itu dan sulit memicingkan mata. Di satu sisi ingin tetap menolongnya hingga ia pulih dan mampu terbang kembali, namun di satu sisi saya sangat khawatir jika ternyata anak burung yang ditolong itu ternyata membawa virus Avian Influenza strain H5N1. Rasa khawatir yang belum tentu benar, sangat menguasai saya. “Ketakutan” mengapa saya sulit sekali melepaskan diri darinya? Mencoba merenungkan ketakutan itu sendiri, akhirnya pelan pelan saya mulai betanya kepada diri saya sendiri. Apakah jika saya membiarkan rasa takut ini menguasai hidup saya, ia akan menolong menghilangkan Flu Burung itu? Tidak! Jika burung itu memang terkena flu, terlepas dari apakah saya membiarkan diri saya ketakutan atau tidak, burung itu akan tetap terkena flu. Saya tak bisa menolongnya apa-apa selain barangkali membantunya dengan makanan atau paling banter vitamin untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuhnya. Sebaliknya jika burung itu tidak terkena flu dan jika saya ketakutan, maka saya telah membuang waktu saya dikuasai oleh ketakutan yang tidak benar itu. Akhirnya saya putuskan untuk tidak terlalu memikirkan virus influenza itu dan tidur.

Esok paginya, begitu mata saya terbuka, saya langsung meloncat dari tempat tidur dan melihat ternyata anak burung itu telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ia sibuk berciap ciap & berkali-kali berusaha terbang, namun tetap belum mampu terbang dengan baik & selalu terjerembab kembali ke halaman. Saya meninggalkannya di halaman dan membiarkan ia berusaha sendiri.

Pada pukul 10 pagi, saya melihat dari pintu yang terbuka, tiba-tiba seekor burung gereja yang lebih besar datang menghampiri . Tubuh anak burung itu sempat terangkat sebentar , lalu terbanting dari ketinggian yang membuat ia berteriak kesakitan. Gerakannya seketika melemah dan saya mengembalikannya ke dalam kardus. Anak burung itu sekarang tampak gemetar kesakitan dan menciap dengan lemah. Pukul 11 siang, dengan sedih anak saya menemukannya telah mati di dalam kardus.

Saya tidak tahu apa yang saya rasakan saat itu. Saya berusaha meyakinkan diri saya bahwa yang terjadi adalah sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan virus influenza. Saya telah melihat potongan kejadian itu dan anak saya telah memilih sendiri jalan yang ditempuh untuk menolong memberikan naungan kepada anak burung itu, mengapa harus saya biarkan hati saya diliputi kekhawatiran? Bukankan apa yang telah ia pilih adalah suatu jalan yang mulia. Saya cuci tangan saya bersih-bersih dengan sabun dan kini saya yakin apa yang telah dilakukan oleh anak saya adalah yang terbaik. Memberikan pertolongan pada sesama dengan menomorduakan kekhawatirannya.

Pisang Bakar Coklat Keju ala Jineng… kesukaan anak-anak

Standard

Buah pisang memberi banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Buah ini mengandung Kalium yang cukup tinggi sehingga memberi manfaat yang baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah serta memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Jadi, kalau melihat benefit ini – sudah benarlah kita dicekokin pisang oleh ibu kita sejak bayi… Read the rest of this entry

Pot Tanah Liat….Menyatukan Alam Dalam Kehidupan Kita..

Standard

Pot Tanah di tamanku..
Semakin berlumut, semakin terlihat natural..

Saya sangat menyukai penggunaan gerabah atau pot tanah untuk menampung tanaman-tanaman kesayangan saya. Terlihat sangat natural dan menyatu dengan element- element taman yang lain. Ketika kita memandangnya, kehidupan terasa mengalir di dalamnya. Mungkin karena Pot Tanah memiliki kelebihan dibandingkan dengan pot berbahan lain. Dindingnya berpori-pori, menjamin pernafasan akar tumbuhan berlangsung dengan sehat. Air bekas sirampun tidak akan berlebihan di dalam media yang digunakan dalam pot, sehinga suhu udara di dalam media juga stabil.

Banyak pot tanah juga memiliki ornament tembikar yang baik, sehingga menempatkannya di salah satu sudut taman akan memberi sentuhan etnik yang indah pada kesuluruhan tampilan taman…

Cara Memilih Pot Tanah

Hal pertama yang perlu kita perhatikan saat memilih pot tanah adalah memahami jenis tanaman yang akan kita pelihara dalam pot. Apakah jenis tanaman yang akan menggunakan media air/lumpur, tanah, pakis dsb., ukuran tanaman saat dewasa kelak, bentuk dan arah pertumbuhan tanaman dsb.

Untuk wadah tanaman air (teratai/tunjung, lotus/padama/seroja, iris air, dsb) sudah tentu harus kita pastikan agar pot jangan sampai bocor atau retak. Secara umum, pot berbahan tembikar yang dibakar dengan baik, tidak akan mengalami kebocoran kecuali bila terjadi keretakan atau pot pecah. Pot tanah yang dilapis semen pada bagian dalamnya juga dapat  membantu mengurangi kemungkinan air merembes keluar. Sementara jika kita menggunakan pot untuk tanaman yang bermedia tanah (mawar, crysan, dsb), pastikan pot memiliki lubang air, guna mengalirkan kelebihan air yang tak bisa diserap tanah dalam pot akibat penyiramm,an ataupun hujan. Dengan demikian busuk akarpun bisa dihindarkan. Terlebih jika kita memilih pot untuk tanaman anggrek,  kebutuhan akan lubang airpun meningkat.

Untuk tanaman besar (misalnya palem, lotus, cycas, dsb), siapkanlah pot dengan ukuran besar karena tanaman ini akan tumbuh besar jika dirawat dengan baik, sehingga kita tidak berdosa membatasi pertumbuhannya dengan hanya menyediakan pot yang kekecilan. Sedangkan untuk tanaman kecil, seperti misalnya beberapa jenis mini kaktus dsb, kita bisa siapkan pot berukuran kecil. Sisa tanaman yang lainnya mungkin bisa kita siapkan pot ukuran sedang.

Tanaman yang memiliki pertumbuhan ke samping, atau keindahannya bisa kita lihat secara optimal dari posisi atas (misalnya teratai, kapu-kapu dsb), ada baiknya kita sediakan pot yang pendek dengan mulut yang lebar.

 

Membalikkan Diri Dari Keterpurukan

Standard

Jika kita perhatikan sekeliling hidup kita, diantara teman, sahabat atau saudara, ada saja diantaranya yang sedang berada dalam keterpurukan. ‘Keterpurukan ‘yang saya maksudkan bisa bermacam macam bentuknya. Depresi, sedih, atau kehilangan gairah hidup. Entah itu karena kehilangan pekerjaan, kehilangan jabatan, kehilangan kebanggan diri, kehilangan orang yang dicintai- orang tua, kakak, adik, suami atau istri, ditinggal kekasih, menderita penyakit tertentu dsb.  Tingkat keterpurukanpun bervariasi. Ada yang bersedih tidak mau bertemu dengan orang lain, ada yang  tidak mau makan selama berhari-hari, ada yang bengong dengan pandangan tidak fokus, pikiran melayang entah kemana dsb. Ada yang cepat pulih kembali, tapi ada juga yang berlanjut hingga ke gangguan jiwa. Tidak jarang kita sebagai orang yang melihat situasi itupun merasa prihatin dan  berusaha keras untuk mengeluarkan  teman itu dari keterpurukannya. Sayangnya, tidak semua usaha yang kita lakukan berhasil dengan baik. Read the rest of this entry