Kalau ada yang merencanakan liburan ke Bali, mungkin ada baiknya mampir ke Bangli, kota kecil yang letaknya di tengah tengah pulau Bali. Bangli, adalah kota kelahiran saya. Di sana rumah saya. Di sana keluarga yang saya cintai tinggal dan menjalani kehidupannya. Selain memang menyimpan banyak kenangan indah dengan orang –orang yang saya sayangi, kota itu memang indah, sejuk dan tenang. Mungkin sebagian orang yang menyukai kehidupan kota yang hingar bingar mengatakan bahwa Bangli terlalu sepi, namun bagi orang yang menyukai ketenangan & ketentraman jiwa, Bangli yang sejuk & tenteram merupakan tempat tinggal yang menyenangkan. Sehingga tidak heran jika sebuah Rumah Sakit Jiwa yang besar (barangkali yang terbesar untuk kawasan Indonesia timur) mengambil lokasi disana. “Dari Bangli ya? Orang gila dong..” olok teman saya waktu saya kecil. “Lah..justru Bangli, tempatnya buat pemulihan jiwa!” begitu selalu jawab saya .
Kalau ke Bangli apa saja sih yang bisa kita lihat? Atau apa saja yang bisa kita lakukan? Kita bisa ngapain sih disitu? Apa yang bisa kita beli sebagai oleh-oleh? Dan sebagainya dan sebagainya pertanyaan sejenis itu ketika setiap kali saya menyarankan seorang teman untuk mampir ke Bangli. Jawabannya tentu “Banyak!” Ya, banyak sekali yang bisa kita lihat di sana. Mulai dari melihat pemandangan alam, melihat tempat tempat keagamaan, desa tua yang unik, kerajinan yang berskala rumah tangga, hasil bumi, dsb.
1. Kintamani , Kaldera, Danau Batur & Gunung Batur.
Banyak teman yang telah mampir ke Kintamani, tapi tidak tahu kalau Kintamani merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Bangli. Seperti diketahui, Bangli memiliki danau terbesar yakni Danau Batur dengan Gunung Batur berwarna merah disisinya serta dinding bukit dari kaldera bekas letusan gunung raksasa purba yang menyajikan pemandangan yang menakjubkan. Banyak yang bisa kita lakukan di sana, mulai dari menikmati indahnya pemandangan alam, menikmati hembusan angin dingin pegunungan, berjalan-jalan di batu cadas bekas lahar letusan gunung, berperahu, melihat ladang-ladang penduduk, naik gunung, memanjat tebing, memancing, makan ikan mujair bakar atau goreng, camping hingga mandi di air panas. Kalau banyak memiliki fitur alam (bukit-bukit, danau, gunung) pemandangan alamnya benar-benar menakjubkan dan tampak berbeda tergantung dari sudut mana kita memandangnya.
2. Desa Tua, Penglipuran & Terunyan.
Bangli juga memiliki desa-desa tua yang telah ada sejak jaman dulu kala dan 2 diantaranya cukup unik untuk dilihat, yakni Desa Terunyan dan Desa Penglipuran.
Desa Penglipuran, menarik karena desa ini masih mempertahankan konsep tata ruang desa-desa Bali jaman dahulu yakni Tri Mandala (Utama, Madya & Nista Mandala). Baik desa maupun tiap-tiap pekarangan rumah diatur sesuai konsep ini. Sehingga apabila kita masuk ke desa ini, kita merasa sedang berada dalam sebuah perkampungan buatan sesaat untuk keperluan shooting film, dimana semuanya tertata rapi dan teratur, walaupun sebenarnya kerapian dan keteraturan desa itu memang telah demikian adanya sejak jaman dahulu dan bertahan hingga sekarang. Desa ini berlokasi di Kecamatan Bangli, tidak seberapa jauh dari pusat kota Bangli yang kecil.
Desa Terunyan berlokasi di tepi Danau Batur. Desa tua ini menjadi unik, karena selain memiliki adat yang berbeda dengan desa-desa lain di Bali, juga karena memiliki system penanganan yang berbeda dalam upacara kematian. Warga Terunyan tidak membakar atau mengebumikan anggota warga yang meninggal, namun membaringkannya dalam cekungan tanah di bawah udara terbuka.
3. Tempat Suci yang menarik ( Pura Kehen, Penulisan , Pura Ulun Danu di Songan, dsb)
Seperti halnya kabupaten –kabupaten lain di Bali, Bangli tentunya memiliki ratusan atau barangkali ribuan pura maupun sanggah, baik besar maupun kecil. Beberapa diantaranya yang menarik adalah Pura Kehen, Pura Ulun Danu di desa Songan dan Pura Penulisan.
Pura Kehen, merupakan pura terbesar di Bangli yang ditata sangat indah di kaki Bukit Bangli.
Pura Ulun Danu di desa Songan menarik karena letaknya di hulu dari Danau Batur, tempat dilakukannya persembahyangan guna mengucapkan terimakasih atas melimpahnya air yang mengaliri sebagian besar sawah dan ladang penduduk Bali yang dipercaya berasal dari aliran dan rembesan air danau dan hutan hutan yang tumbuh lebat di perbukitan Kintamani dan sekitarnya.
Pura Puncak Penulisan, terletaknya di puncak ketinggian Kintamani, merupakan Pura besar yang tertinggi di Bali. Memiliki pemandangan yang sangat indah, walaupun untuk mencapai tempat persembahyangannya kita mungkin terengah engah terlebih dahulu karena harus menapaki anak tangga yang entah berapa ratus jumlahnya.
4. Perak, Emas dan Kerajinan Lain.
Para penggemar perhiasan emas dan perak Bali yang hanya mengenal daerah Gianyar sebagai tempat menjamurnya Art Shops, Gallery dan Jewellery Shops, banyak yang tidak tahu bahwa pengrajinnya (Pande) ada di Bangli.
Di Bangli, ketrampilan membuat perhiasan emas dan perak dipelajari turun menurun oleh warga Pande, sebuah marga di Bali yang berprofesi sebagai tukang emas, perak, besi, tembaga, perunggu, dsb. Komunitas Pande di Bangli sangat besar, dan bahkan sebuah banjar di kota Bangli bernama Banjar Pande, karena semua anggota warganya adalah keturunan Pande.
Selain emas dan perak, di Bangli juga terdapat kerajinan bambu, kayu, payung Bali dsb. Karena kebanyakan warga hanya berprofesi sebagai pengrajin tanpa memiliki ketrampilan berbisnis dengan baik, hasil kerajinan ini kebanyakan dikirim ke Ubud, Gianyar ataupun Denpasar , dan akhirnya tak banyak yang tahu bahwa cukup banyak diantara produk-produk yang dipajang dan dijajakan di pasar seni atau artshops tersebut adalah bikinan Bangli.
Nah, jadi banyak ya yang bisa dilakukan di Bangli? Belum lagi bagi yang tertarik akan bidangnya, di sana kita bisa melihat Museum Vulkanologi juga. Kalau mau makan, kita bisa mencari makanan favorit & khas Bangli yaitu Sate Ikan Mujair atau Ikan Mujair bakar, goreng, berbumbu dilengkapi dengan jukut Undis (sup kacang hitam), weeh.. mantap deh. Ikan ikan ini diambil dari Danau Batur di Kintamani. Jadi, jangan lupa mampir ke Bangli!.
Wahh bu, senang sekali membaca tulisan2 ibu.., baru kali ini sy berkomentar, meskipun sudah lama ikut menikmatinya hehe TOP BGT..lanjutkan karyanya bu…!
LikeLike
Hi Win.. thanks banget udah mau membaca tulisanku. Ya nih, mumpung lebih banyak waktu di rumah, aku mengisi waktu dengan menulis lagi dan membuat blog untuk menampung tulisan-tulisanku. Kunjungin blog-ku ya di nimadesriandani@wordpress.com. Thanks ya Win..
LikeLike
Pingback: Permata Baiduri Bulan, Seteduh Sinar Rembulan. « nimadesriandani
Penglipuran kami datangi pas liburan lalu, desa yang rapi dan indah sekali ya mbak,
ke desa Trunyan yang belum , mudah2an ada rejeki menengok Bali lagi
banyak banget yang masih ingin dilihat
LikeLike
Ya, desanya rapi sekali. Jaman dulu kebanyakn desa-desa di Bali seperti itu tata ruangnya Mbak Monda. Semuanya menggunakan konsep tata ruang traditional yang disebut Tri Mandala. Tapi seiring dengan perkembangan jaman, akhirnya semua berubah sesuai dengan selera dan kemampuan pemilik rumah. Tinggallah hanya desa itu yang lumayan rapi dibandingkan dengan desa-desa yang lainnya. ya mudah-mudahan lain kali dapat kesempatan main ke Bangli lagi Mbak. Thanks atas kunjungannya ya..
LikeLike
Halo mbaa.. 🙂
Saya mau hanimun ke bali hari minggu besok dan mmg berencana ke bangli, tepatnya desa penglipuran dan hutan bambu kalau sempat.
Tapi saya masih bingung lokasi tepatnya desa penglipuran itu dimana,gak nemu2 😦 kebetulan saya nginep di daerah kedewatan,ubud. Bisa minta tolong untuk rute yg singkat menuju kesana?
Saya udah coba google map,,ada 2 jalur berlawanan, yg pertama lewat sayan – goa gajah – bangli,,,yg kedua lewat kedewatan lurus ke utara sampe kintamani. Lebih enak yg mana ya mba?
Jujur aja saya cari2 info jalan menuju sana gak pernah ada yg ngasi tau lokasi tepatnya..
Makasi banyak ya mba infonya 🙂
*ngomong2 wanita bali panggilannya apa ya? Kebiasaan pake sebutan “mba” hehee*
LikeLike
Hi Mbak Fany…. maaf banget… Ini kelewatan di tumpukan.
Wah..senangnya yang mau hanimun. Selamat ya Mbak.
Desa Penglipuran itu letaknya tidak jauh dari kota Bangli,Mbak.
Kalau dari Ubud, setahu saya bisa lewat Goa Gajah lalu ambil arah Tampaksiring terus ikutin jalan hingga ke Pertigaan Kayuambua.
Dari Kayuambua, ada dua pilihan jalan:
1/.Ambil jalan ke arah Bangli lewat Susut, lalu sampai di Susut tinggal ambil arah ke desa Kubu lalu Penglipuran.
2/.Atau bisa juga ambil arah ke Kintamani, tapi begitu pertigaan Penelokan, lalu belok arah menuju ke Bangli. Desa Penglipuran akan bisa ditemukan beberapa kilometer sebelum mencapai Kota Bangli.
mana yang lebih direkomendasikan?
Tergantung waktu yang tersedia. Kalau cuma mau ke Penglipuran saja, ya mungkin lebih baik ambil rute 1. Tapi sayang ya… soalnya di Bangli sebenarnya banyak yang bisa dilihat. Mungkin ada baiknya main-main juga ke Kintamani dulu – ke Penelokan, memandang keindahan Kaldera dengan danaudan gunung Batur yang indah, atau sekalian turun ke desa-desa Kuno di tepi danau Batur. Terus kalau di Bangli sebenarnya bisa juga sambil melihat Pura Kehen, atau bermain di sentra-sentra kerajinan perhiasan di Banjar Pande di Bangli.
LikeLike