Catatan dari Sebuah Dinding Sekolah
Tadi pagi saya ke sekolah anak saya untuk mengambil rapot. Sambil menunggu giliran berkonsultasi dengan guru atas perkembangan kemampuan akademis anak saya, maka saya melihat-lihat dinding kelas, tulisan dan hiasan-hiasannya. Entah kenapa semua itu membuat pikiran saya melayang ke masa berpuluh puluh tahun silam saat saya masih di bangku Sekolah Dasar.
Pada sebuah dinding kelas saya dulu, terpampang tulisan tangan guru saya yang berbunyi “Pikir Itu Pelita Hati”. Saya masih ingat betapa indahnya tulisan tangan guru saya itu. Dan saya juga masih ingat guru saya menjelaskan kepada saya bahwa makna dari gurindam tua itu adalah “ Jika pelita itu padam, maka gelap gulitalah hati kita”. Artinya, setiap kali jika kita ingin melakukan suatu perbuatan, hendaknya kita pikirkan terlebih dahulu dengan matang-matang segala dampak baik dan buruknya, agar kita tidak terjebak dalam perangkap kegelapan.
Mengingat itu, tiba tiba saya terkenang akan semua perjalanan hidup saya sejak saat itu. Banyak hal yang telah saya lakukan. Perbuatan baik dan juga beberapa perbuatan buruk menurut takaran saya. Entah kenapa, walaupun telah diajarkan dengan sangat baik oleh guru saya, ternyata saya tak selalu memanfaatkan gurindam itu sebagai pertimbangan dalam melakukan sebuah perbuatan. Terkadang ketika saya merasa benar dan yakin, beberapa kali saya hanya mengikuti kata hati saya dan mengabaikan pertimbangan pertimbangan akal sehat yang diberikan teman, saudara atau kerabat di sekitar saya. Walhasil dari perbuatan saya yang ‘tidak umum’ itu, terkadang jika beruntung saya merasakan dampak yang positive, namun tak jarang juga saya merasakan dampak yang negative. Dan saya benar-benar baru menyadari bahwa itu adalah akibat saya tidak menyalakan pelita hati saya, alias tidak mikir matang-matang sebelumnya.
Malam ini, saya memikirkan kalimat itu kembali dengan mata yang berkaca kaca. Sudah tentu banyak perbuatan yang akan saya lakukan ke depannya. Ada yang telah saya rencanakan dan ada yang berupa ide-ide baru yang akan muncul pada saatnya nanti. Berharap saya akan mampu menyalakan pelita hati saya dengan baik, menyinarinya dengan terang benderang, agar jalan saya tidak tergelincir dalam kegelapan. Biarkanlah saya berjalan mengikuti kata hati saya yang telah diterangi oleh pikiran yang sehat dan pertimbangan yang baik dan matang.
Malam ini saya sangat merindukan guru sekolah dasar saya itu. Entah dimana sekarang beliau berada, berharap semoga beliau selalu dalam keadaan baik jika masih ada, atau beristirahat dengan baik di sisiNYA jika memang sudah meninggalkan kami semua. Alangkah sedihnya ketika mengingat betapa saya belum sempat mengucapkan sepotongpun kata terimakasih pada beliau.