Monthly Archives: April 2011

Sawen..Pertanda Kecil Yang Ikut Membantu Terciptanya Keamanan Masyarakat Di Bali

Standard

Pernah pada suatu kali seorang teman ikut saya pulang kampung. Dalam perjalanan, ia terkesima melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya di tempat lain.  “Itu punya siapa”  Tanyanya menunjuk tumpukan hasil bumi yang berjejer diletakkan di pinggir jalan sepanjang jalur Kintamani – Bangli .  Ada nangka, labu siam, kelapa, sayur mayur dsb.  ”Punya orang” Jawab saya sekenanya. Tentu saja saya tidak tahu itu punya siapa. Tapi yang jelas tentunya itu milik para petani atau penduduk  di desa –desa sekitar itu (Pengootan, Kayubihi, Bangklet dsb). Biasanya mereka letakkan di pinggir jalan untuk memudahkan pengangkutan ke pasar induk (Pasar Kumbasari) di Denpasar.  

“Loh? Petaninya kemana? “ tanyanya lagi setelah saya jelaskan seperti itu. “Manalah saya tahu. Pulang ke rumahnya barangkali” Kata saya, mengingat memang hari sudah mulai malam.

Mendengar jawaban saya, teman saya menjadi sangat heran. “Lalu, hasil panen sebanyak itu siapa yang nungguin?” Tanya teman saya lagi..”Ya nggak ada” kata saya. “Nggak hilang ya?”. Tanyanya dengan wajah yang bertambah heran. “Harusnya sih nggak! Kan orang tahu kalau hasil panen itu ada yang punya. Jadi orang lain tidak akan mengambil ” kata saya. Lalu saya menunjuk pada ranting kecil yang ditancapkan mirip bendera di tiap tumpukan hasil panen itu.  Selalu ada penanda kecil di atas setiap tumpukan itu. Jika bukan ranting, mungkin dedaunan dan sebagainya. “Itu namanya Sawen Kata saya.

SAWEN  di Bali digunakan sebagai pertanda atau isyarat tak tertulis yang artinya bahwa suatu benda itu ada yang punya. Karena ada yang punya, jadi tidak boleh diambil. Setiap orang yang lewat di daerah itu, jika melihat tanda Sawen, harusnya menghormati tanda itu dan tidak boleh mengambil. Karena jika mengambil sesuatu yang ada pemiliknya tanpa ijin, berarti itu mencuri. Dan tentunya mencuri adalah perbuatan kriminal yang dilarang yang tidak akan dilakukan orang di sekitar tempat itu. Jadi dengan sendirinya hasil panen yang memiliki tanda Sawen itu tentunya tidak akan ada yang mengambil. Begitulah tradisi yang berlaku selama berpuluh-puluh atau bahkan mungkin ratusan tahun. Kenyataannya memang tak ada yang mengambil.

Kedengarannya memang dangkal dan tidak masuk akal. Masa’  kok hanya sepotong ranting seperti itu saja sudah mampu menghindari terjadinya pencurian. Tapi memang iya. Demikianlah kebenarannya di Bali. Faktanya bertahun tahun sejak saya kecil, para petani memang selalu saya lihat meletakkan tumpukan hasil panennya dipinggir jalan hanya dengan tanda sawen tanpa sedikitpun pengawasan, untuk esok harinya siap diangkut untuk dibawa ke pasar besar di Denpasar. Dan terus terang,  sekalipun saya belum pernah mendengar berita tentang pencurian atas hasil panen itu terjadi. Pertama, tentu karena masyarakatnya memang tidak mau mencuri. Dan kedua, karena memang hasil panen itu telah ditandai dengan Sawen, yang artinya mohon jangan diambil karena sudah ada yang memiliki. Saya pikir memang letak keberhasilan keamanannya sebenarnya bukanlah pada ‘tanda’ Sawen itu sendiri, tapi lebih pada norma-norma moral yang dianut oleh penduduk desa sekitar yang diletakkan pada tanda Sawen itu. Sawen dalam hal ini hanyalah sekedar alat bantu yang cukup sukses.

Kata Sawen juga diapplikasikan bukan saja oleh para petani dalam konteks menjagi hasil taninya, namun juga tetap relevant untuk hal-hal lain. Kadang kita melihat para buruh di jalan juga meletakkan tanda yang sama di atas pasir yang akan digunakan untuk membangun rumah. Ya, artinya bahwa pasir itu ada pemiliknya – jadi mohon jangan diambil. Atau bisa juga kita temukan diapplikasikan pada pagar rumah, kebun dsb. Bahkan sering juga kita mendengar kalimat olok-olok bahwa seorang gadis A yang ayu nan jelita sudah ‘disawen’ (maksudnya sudah ada yang punya/sudah punya pacar), jadi sebaiknya jangan diganggu. Tentu saja dalam hal ini pertandanya bukan ranting atau dedaunan. Tapi mungkin berupa cincin pertunangan. Masih banyak lagi penggunaan sawen ini bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi Sawen memang merupakan salah satu pertanda kecil dalam kehidupan masyarakat di Bali sehari-hari yang berperanan penting dalam membantu menata kondisi masyarakat yang aman. Bebas pencurian. Bebas gangguan. Sehingga, jika kita perhatikan dengan baik,  Bali memang merupakan daerah yang terhitung sangat aman dan relatif rendah kasus pencurian dibandingkan daerah lain.

Terus terang sejak meninggalkan Bali saya sudah nyaris lupa dengan kata Sawen ini, hingga saya melihat anak saya yang kecil mengambil sebuah apel dari atas meja makan, menggigitnya sedikit lalu meletakkannya kembali di tempat buah. Saya perhatikan ia meninggalkan jejak giginya di buah apel. “Itu punyaku. Sudah ada tanda giginya. Jadi jangan ditukar” Katanya sambil lewat di sebelah meja makan lalu lari bermain keluar rumah. Ia meninggalkan Sawen pada buah apel itu, tanpa ia sadari.

Melihat ini, seketika saya teringat akan adik saya yang bungsu yang kelakuannya hampir sama dengan anak saya yang kecil ini.  Ketika kami masih kanak-kanak, adik saya yang bungsu pernah menggigit jambu biji yang masih menggelantung di pohonnya di halaman rumah kami dan meninggalkan jejak giginya di buah itu. Dan ketika buah jambu itu membesar dan matang di pohonnya, kami semua tetap tahu itu adalah miliknya dengan cara melihat jejak giginya yang tidak teratur pada buah jambu biji yang sekarang mulai membesar seiring dengan membesarnya ukuran buah itu. Tentu saja tak seorangpun dari kami kakak-kakaknya ada yang berani mengambil buah itu.

Itulah Sawen. Penanda untuk mencegah orang lain mengambil milik kita. Mengingat kata Sawen jadi membuat saya kangen akan kampung halaman. Betapa tentram dan damainya. Tenang dan aman tanpa kasus pencurian.

Isah.. Kisah Pembantu Rumah Tangga Yang Tinggal Selama Seminggu.

Standard

Ada sebuah peristiwa yang sangat berkesan dalam hidup saya, yang memberikan saya kesadaran tentang keikhlasan dalam membantu sesama. Saya ingin share dengan teman teman, bukan dalam rangka membanggakan kedermawanan saya. Namun karena saya merasa kisah ini cukup aneh & menarik. Selain itu saya  juga ingin mengajak teman-teman ikut merenungkan soal pintu rejeki. Read the rest of this entry

Sayur Asem Ala Jineng.. Hidangan Di Hari Minggu

Standard

Seorang adik saya bilang bahwa ia menyukai  sayur berkuah yang didalamnya ada isinya kacang tanah dan melinjo. Karena besar di Bali, rupanya adik saya tidak tahu bahwa yang ia maksudkan itu adalah Sayur Asem. Padahal Sayur Asem adalah masakan wajib 3x seminggu di atas meja makan di rumah saya karena suami saya adalah pencinta berat Sayur Asem. Saking seringnya Sayur Asem terhidang di meja makan, pernah seorang keponakan suami  yang saat remajanya tinggal bersama saya (sekarang sudah menikah dan tinggal di kota lain), suatu kali menelpon saya berencana akan mengunjungi saya di Jakarta namun dengan sarat jangan ada Sayur Asem kegemaran Om-nya itu di atas meja makan. Rupanya ia sudah hapal dan bosan akan apa yang pasti ada di atas meja makan.

Orang bilang, masakan ibu adalah masakan terenak di dunia bagi setiap anak. Dan itu berlaku juga buat suami saya. Barangkali dulunya Ibu mertua saya selalu menghidangkan Sayur Asem di atas meja makannya, sehingga anaknya menjadi penggemar berat Sayur Asem. Dan sebagai akibatnya, dalam rangka agar selalu menyenangkan hati suami, maka sayapun berusaha keras untuk belajar membuat Sayur Asem enak agar ‘match’ dengan  rasa Sayur Asem bikinan ibu mertua saya. Saya mendapat ide ini setelah saya membaca sebuah tulisan tentang penyanyi tenor Italia, Luciano Pavarotti. Menurut artikel itu sang penyanyi tak kan mungkin meninggalkan istrinya konon karena  sang istri pintar memasak makanan kegemaran suaminya sehingga sang penyanyi itu telah terjerat lidahnya oleh masakan istrinya. Sejauh jauh ia pergi, maka ia pasti pulang karena kangen masakan istrinya. Jadi saya berpikir, jika saya pintar memasak Sayur Asem yang rasanya mirip dengan Sayur Asem bikinan Ibu Mertua saya, tentulah suami saya akan selalu menyanyangi saya.

Bagi sebagian besar orang yang tinggal di Betawi dan Jawa Barat, tentulah ini bukan hal yang baru. Namun saya tetap ingin sharing tentang cara membuat Sayur Asem bagi teman-teman yang kebetulan tinggal di daerah lain yang tidak biasa memasak Sayur Asem.

Bumbu Utama dari Sayur Asem adalah:

  1. Bawang Merah
  2. Lengkuas
  3. Cabai merah
  4. Kemiri
  5. Asem (lebih baik yang muda, kalau tidak bisa juga digunakan asem yang sudah tua)
  6. Terasi
  7. Garam
  8. Gula Merah/Gula Pasir
  9. Daun salam

Bahan bahan:

  1. Jagung dipotong potong
  2. Pepaya Muda
  3. Kacang Tanah (Boleh yang sudah dikupas, boleh juga yang masih dengan kulitnya namun sudah dicuci bersih. Kaang tanah juga bisa diganti dengan kacang lain, misalnya kacang merah atau kacang bogor).
  4. Buah Melinjo
  5.  Daun Melinjo dicabik cabik.
  6. Kacang panjang di potong potong
  7. Cabai Hijau dibuang bijinya dan dibelah/potong serong
  8. Nangka & Labu Siam dipotong persegi – bagi yang suka.

Cara Membuatnya:

  1. Ulek bawang merah, cabai, kemiri,lengkuas,  garam, terasi dan gula hingga halus.
  2. Masukkan bumbu yang sudah diulek ke dalam air yang sudah mendidih di dalam panci sayur.
  3. Bersihkan buah asem muda dengan mengerat kulitnya dengan punggung pisau dapur (jika asem muda tidak ada, bisa diganti dengan asem kawak). Cuci lalu masukkan ke dalam panci.
  4. Masukkan potongan potongan sayur yang keras ( jagung, buah melinjo,kacang tanah, nangka ataupun labu siam) terlebih dahulu ke dalam panci. Biarkan mendidih dan bergolak. Sesuaikan rasa dengan menambahkan garam ataupun gula sesuai selera.
  5. Cabik cabik  daun salam yang sudah dicuci bersih, lalu masukkan ke dalam panci untuk memberi aroma yang kuat.
  6. Kecilkan kompor.
  7. Menjelang  makan, panaskan Sayur Asem kembali, lalu taburkan potongan kacang panjang dan cabikan daun Melinjo. Biarkan matang dan tetap hijau segar saat dihidangkan.

Catatan: Jika daun Melinjo & potongan kacang panjang dimasak bersamaan dengan kacang tanah, maka daun ini akan terlalu matang saat dihidangkan dan kurang terlihat hijau segar.

Sayur Asem sangat sesuai jika dihidangkan dengan Ikan Asin dan Tahu Tempe maupun Ayam dengan Lalapan serta  Sambel Terasi.

Bunga Jempiring, Putih Wangi Nan Anggun…

Standard

Salah satu bunga cantik yang menjadi favorite saya  semenjak masa kanak-kanak adalah Bunga Jempiring, Alias Kaca Piring alias Pecah Piring  (Gardenia, Gardenia jasminoides). Nenek saya menanamnya di pojok merajan, sedangkan ayah saya menanamnya di taman pekarangan di tepi kolam.  Saya memetiknya setiap hari dan menjadikannya rangkaian bunga indah yang anggun dan wangi  guna menghias meja guru saya di sekolah dasar. Read the rest of this entry

Mencari Pembenaran Atas Kesalahan Yang Kita Lakukan…

Standard

Saat jam makan siang  di sebuah restaurant yang cukup menyenangkan,  rupanya teman sebelah saya memperhatikan kebiasaan buruk saya yang kurang banyak minum air putih.

Saya perhatikan ibu kurang sekali minumnya” Katanya sambil menuangkan air putih  ke dalam gelas saya yang kosong.  Saya berterimakasih.  “Oh.., iya. Saya selalu lupa untuk menambah minum.” Jawab saya membenarkan apa yang ia perhatikan dan simpulkan atas kebiasaan saya.  Saya hanya meneguk air putih yang tersedia di atas meja saya, tanpa upaya untuk mengisi ulang gelas saya kembali setiap kali gelas minum kosong.

“Itu kurang sehat lho, Bu!” katanya menegur. “Iya. Saya tahu” Jawab saya sambil seketika sadar dan cepat-cepat minum. Saya tahu persis kalau kurang minum air putih, akan mengakibatkan tubuh kekurangan air, kulit cepat kering, wajah yang kurang cerah, hingga berbagai gangguan kesehatan yang lebih buruk lagi. Tapi mengapa saya tetap melakukannya? Kadang kadang bingung juga memikirkan ini. Di satu sisi, saya tahu persis bahwa kurang minum merupakan  hal yang tidak baik. Tapi kenyataannya di satu sisi lain, saya tetap juga tidak rajin minum air putih. Mengapa ada gap antara pengetahuan dan perbuatan ya? Aneh! Dan sebenarnya agak malu juga dengan fakta ini..

Lalu saya mencoba mencari jawabannya. “ Ya.. karena saya terlalu sibuk, sehingga tidak sempat minum”. Atau’ Ya..karena letak dispenser airnya agak jauh dari tempat saya duduk” Dan sebagainya alasan yang tiba-tiba muncul untuk membuat diri saya nyaman atas kesalahan yang telah saya perbuat. Teman saya tertawa mendengar berbagai penjelasan yang saya gunakan untuk menjustifikasi kesalahan saya itu. Namun lama –lama saya berpikir, agaknya mencari pembenaran atas kesalahan yang telah kita lakukan itulah yang sesungguhnya membuat kita merasa selalu berada di zona yang nyaman. Yang walaupun menyadari kesalahan itu dan mengakuinya, namun tidak berupaya untuk melakukan koreksi atau perbaikan yang selayaknya. Alih alih melakukan perbaikan, saya malah menjadikan itu sebagai kebiasaan buruk .

Ngobrol tentang hal ini kemudian saya dan teman saya menemukan bahwa sebenarnya banyak sekali hal di dalam hidup kita yang serupa dengan itu baik yang kita lakukan sendiri maupun dilakukan oleh teman teman di sekeliling kita.

Teman saya bercerita tentang kebiasaan suaminya yang selalu menghabiskan sebungkus rokok sehari. Apakah ia tidak tahu bahwa merokok itu berbahaya, dapat mengakibatkan gangguan, jantung, paru-paru dan gangguan janin pada wanita hamil. Tentu saja tahu persis. Karena hal itu bukan saja diterangkan oleh para ahli kesehatan dan media massa, namun  bahkan banyak terpampang di iklan rokok itu sendiri. Suaminyapun juga bukan orang yang tidak rajin membaca buku kesehatan.  Sebagai istri, teman saya itu juga tak habis habisnya mengingatkan suaminya. Namun suaminya seperti tak punya pendengaran. Kebal terhadap semua nasihat itu. Dan suaminya bukanlah satu-satunya perokok berat yang ia tahu. Dan semua perokok pun tahu dampak buruk dari merokok. Tapi mengapa masih banyak orang yang merokok juga? Aneh kan? Jadi benar-benar terjadi gap yang sangat besar antara pengetahuan akan dampak bahaya kesehatan  dari merokok dan fakta perbuatannya sehari-hari. Ia bukan saja merokok sebatang sehari, tapi malah minimal sebungkus sehari.  Para perokok lalu mencari pembenaran untuk kebiasaan buruknya itu dengan alasan bahwa “ Kan nggak enak  menolak kalau ditawarin teman. Rasa nggak mau gaul dan kesannya kurang bersahabat kalau kita tidak ikut merokok” Atau alasan lain seperti “Gue nggak bisa kerja kalau gak roko’an. Lumayan nolong buat gue lebih rileks.” Atau “ Nyari inspirasi, bro!” dan lain lain alasan pembenaran diri yang membuat merokok akhirnya menjadi kebiasaan buruk. Lalu kapan nyadarnya? Nanti, setelah masuk rumah sakit dan mengalami fakta sendiri tiba-tiba susah bernafas dan tanpa sepengetahuan kita, rumbai rumbai kanker telah menjalar dan menggerogoti tubuh kita dan dokter menyatakan bahwa kanker telah berada di stadium IV. Alias tak bisa ditolong lagi.

Cerita lain lagi adalah menerima pertemanan dengan mantan kekasih di facebook. Bertahun tahun tak bertemu, ketika melihat foto orang yang pernah mencuri hati kita saat remaja ternyata sekarang ada di sana, bisa saja tiba-tiba kita merasakan kembali saat saat  indah kita bersamanya. Dengan detak jantung yang sama cepatnya. Dengan bunga bunga hati bermekaran yang sama meriahnya. Senang mengobrol dan chatting dengannya kembali. Kita tahu resikonya. Bila ketahuan, bisa dimarahi bukan saja oleh suami/istri kita sendiri, namun juga oleh istri/suami dari  kekasih kita itu? Kita juga tahu, sebenarnya itu bukan perbuatan baik. Karena kita sebenarnya tak mau menyakiti hati orang lain. Tidak mau menyakiti hati pasangan dan anak-anak yang kita cintai. Dan tentunya kita juga tidak mau merebut pasangan orang lain dan merampasnya dari anak-anaknya.  Namun mengapa banyak orang yang masih  tetap tergoda untuk  chatting dan ngobrol dengan mantan kekasihnya? Walaupun tidak melakukan ‘selingkuh’ secara fisik, namun semua itu tetap berpotensi bahaya, bukan?  Nah, disinipun ternyata ada gap antara pengetahuan dan perbuatan.  Lalu mencari pembenaran sendiri “ Yah.. aku kan ngobrol doang. Mengenang masa lalu. Nggak ngapa-ngapain, kok!”. Atau  “ Mm.. bukan salah gue. Siapa yang dapat membunuh cinta?. Kan cinta itu sudah ada sejak dari sononya..” . Atau “ Loh, kan duluan gue yang kenal sama laki lu. Gue masih berhak dong buat ber ha ha hi hi dengannya..” Dan beribu ribu alasan pembenaran diri yang jika dicari cari pasti akan selalu ada.  Dan jadilah kebiasaan buruk. Baru nyadar dan berhenti, setelah istri/suami dari mantan kekasih kita itu marah besar atas perbuatan tolol kita berchatting ria dengan pasangan resminya. Atau suami/istri kita marah marah menegur kita atas perbuatan kita yang sama sekali tidak menghargai perasaannya itu. Loh, ini serius toh perkaranya?

Masih banyak lagi contoh contoh perbuatan buruk yang mungkin kita lakukan yang sama sekali tidak ideal jika kita bandingkan dengan fakta bahwa sesungguhnya kita tahu, yang idealnya kita harus ikuti dengan konsisten.

Bermalas-malasan mengejar target penjualan, padahal kita tahu bahwa waktu sangatlah berharga.  Ketika kita tidak mencapai target bulanan yang telah ditetapkan oleh perusahaan kita, lalu kita mencari pembenaran bahwa pasar memang sedang lesu. Sedang musim hujan atau musim liburan anak sekolah. Sehingga jualan seret. Bukan kita saja yang tidak mencapai target, namun perusahaan pesaing kita juga. Ehm!.

Tidak melakukan olahraga yang rutin dan tetap ngemil banyak, padahal kita tahu olahraga sangat membantu meningkatkan kesehatan kita dan ngemil bukanlah perbuatan baik untuk menjaga kesehatan dan ukuran tubuh kita.  Ketika badan kita kelebihan berat dan pakaian mulai pada tidak muat, kita lalu membuat diri kita nyaman dengan membeli pakaian baru lagi dengan ukuran yang lebih besar. Bukannya berusaha keras menurunkan berat badan kita.

Memelihara burung di dalam sangkar, padahal kita tahu burung itu lebih suka hidup di alam bebas. Dan sebagainya  kisah serupa yang banyak sekali.

Belakangan, setelah diskusi panjang lebar dengan teman saya itu,  barulah saya  menyadari bahwa apa yang kita lakukan di atas itu rupanya sejalan dengan ide dari Leon Festinger tentang Cognitive Dissonance, dimana sebenarnya banyak orang yang mengetahui adanya gap antara pengetahuan dan pebuatannya sendiri  yang disebut sebagai fase Cognitive Dissonance dan merasa tak nyaman berada dalam kondisi  Cognitive Dissonance itu, lalu berusaha mencari pembenaran atas apa yang telah dilakukannya untuk membuat hidupnya menjadi lebih nyaman.

Jelas sekali bahwa seharusnya saya  berusaha lebih keras lagi memaksa diri saya untuk menjadikan Cognitive Dissonance itu sebagai fase peringatan bagi saya untuk melakukan perbaikan diri. Sambil menghabiskan tegukan air putih saya yang terakhir, saya memebereskan pekerjaan saya. Berterimakasih pada teman di sebelah  saya atas ide diskusinya yang menyenangkan dan inspiratif. Saya  berpikir dan berharap dapat melakukan perbuatan yang lebih baik  kedepannya daripada hanya sekedar selalu mencari cari alasan untuk membenarkan diri saya tiap kali saya melakukan kesalahan dan perbuatan buruk. Yah.. tahu sih, itu bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan. Tapi minimal berniat dulu, tentu itu lebih baik daripada tidak ada niat melakukan perbaikan diri sama sekali.

Menemani Anak Memelihara Bebek..

Standard

Anak anak saya sangat menyukai binatang. Dan saya sebagai ibunya cenderung untuk membiarkan saja kesenangan anak anak itu, mengingat  saat saya masih kecil orangtua sayapun tak pernah melarang-larang saya untuk menyukai binatang apa saja dan saya merasakan kebahagiaan atas pengertian orang tua saya atas kesukaan saya pada binatang. Dan bahkan ketika saya memutuskan untuk mengambil kuliah di Kedokteran Hewan Universitas Udayana, orangtua sayapun akhirnya tetap menghormati & mendukung pilihan saya. Namun untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik dan aman, sebagai orangtua saya hanya merasa perlu mengawasi dan mengarahkan anak anak saya agar semuanya berjalan lancar & natural serta tidak membahayakan.

Beberapa hari yang lalu, saat saya ajak pergi ke poultry shop untuk membeli anak ayam,  anak saya terlihat sangat tertarik pada anak bebek yang ditawarkan di sana dan bertanya pada saya apakah suatu hal yang mungkin jika ia meminta ijin pada saya untuk memelihara bebek di rumah. Tentu saja saya mengijinkan. Saya selalu berusaha melihat sisi positif dari keinginan anak saya pada binatang. Saya lalu membantu anak saya untuk melihat lihat dan memilih anak anak bebek itu.

Memilih Anak Bebek

Sama dengan memilih anak ayam, sebaiknya kita arahkan anak anak untuk memilih anak bebek yang terlihat aktif dan trengginas diantara kelompoknya. Anak bebek yang aktif, banyak bergerak, makan atau bermain dengan temannya menandakan bahwa anak bebek itu sehat.  Sebenarnya ada beberapa jenis bebek yang umum kita temui di Indonesia, namun pada akhirnya kita hanya akan bisa memilih dari apa yang tersedia di poultry shop itu pada saat itu.

Makanan Bebek

Karena ini bukanlah pemeliharaan bebek untuk skala ekonomi, maka pemberian makanan yang praktis adalah dengan memberinya makanan/ransum yang sudah diracik dan dijual untuk anak bebek di poultry shop. Jika tidak, bebek juga bisa kita berikan ransum sisa makanan kita berupa nasi, jagung maupun sayuran. Bebek juga senang jika kita beri cincang daging siput sawah, daun eceng gondok dsb.

Membuat Kandang Bebek

Kandang Bebek bisa dibuat dengan memanfaatkan kayu bekas/bamboo. Namun jika rumah kita berdekatan dengan sungai atau lahan terbuka, sebaiknya digunakan kandang yang lebih kokoh atau yang terbuat dari besai/kawat untuk menghindari serangan musang pada malam hari. Dalam membuat kandang, yang perlu diperhatikan adalah lokasi dimana nanti kita akan meletakkan kandang agar ventilasinya baik dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Sesekali bebek bisa dikeluarkan dari kandangnya dan biarkan anak anak mengajaknya berenang di air yang disediakan (misalnya di kolam rumah, ataupun di bak air/ember besar).

Penyakit Bebek Yang Umum.

Sebagai orangtua, kita perlu waspada akan beberapa jenis penyakit bebek yang mungkin saja diderita oleh bebek peliharaan anak kita. Beberapa penyakit yang cukup sering menyerang bebek antara lain:

  1. a.       Coccidiosis.

Penyakit ini disebabkan oleh sejenis protozoa yang disebut Coccidia. Umumnya bisa kita ketahui dari gejala gejalanya yang antara lain : bebek terlihat lemah dan tak mau makan, serta umumnya kotorannya terlihat encer dan kadang berdarah. Penularan penyakit umumnya terjadi lewat makanan/minuman yang tercemar.

  1. b.      Pasteurellosis

Penyakit Pasteurellosis cukup berbahaya bagi bebek, karena jika tidak kita tangani dengan baik bisa menyebabkan kematian pada bebek kesayangan anak kita. Gejala penyakit Pasteurellosis pada bebek yang mudah dikenali adalah  kotorannya yang berwarna putih –hijau, bebek keluar lender baik dari mata maupun hidungnya.

  1. c.       Salmonellosis

Salmonellosis  adalah penyakit pada bebek yang disebabkan oleh bakteri Salmonella yang gejalanya pada bebek adalah terjadinya pembengkakan pada muka bebek, keluarnya lender dari hidung dan mulut yang disertai dengan menurunnya nafsu makan bebek ini.

Sebenarnya masih ada beberapa jenis penyakit lain yang umum menyerang bebek juga yang tidak saya sebutkan disini. Namun jika terjadi gangguan kesehatan pada binatang kesayangan anak anda ini, sebaiknya segera meminta bantuan dokter hewan terdekat.

Jangan Menggantungkan Hidup Kepada Orang Lain. Kisah Hidup Si Pohon Benalu.

Standard

Pada suatu hari Sabtu  sore yang santai,  saya mengajak kedua anak saya untuk berjalan jalan di lingkungan perumahan sambil mengamat amati  & menjelaskan ke anak saya tentang beberapa jenis rumput yang bijinya disukai oleh burung-burung berparuh pendek. Anak saya sangat tertarik, karena heran melihat banyaknya burung burung pipit dan burung gereja yang hinggap di rerumputan. Di kiri kanan tanah rumput itu ditanamlah pohon penaung yang sudah cukup besar dan rimbun. Saat melintas di salah satu pohon penaung itu,  tiba tiba anak saya yang besar menunjuk ke atas.

“Apa itu, mom? Kenapa daun tanaman itu beda dengan daun yang lainnya?” Tanya anak saya. Seketika saya menoleh kepada  pohon penaung yang ditunjuk dan segera tahu bahwa yang ditanyakan oleh anak saya itu adalah pohon benalu. Pohon benalu yang sangat sehat dengan daun segar dan subur rupanya telah menginvasi tanaman penaung itu. Mungkin seekor burung yang tubuhnya tanpa sengaja tertempel biji benalu telah sempat hinggap dan meninggalkan biji benalu di pohon itu yang kemudian tumbuh dan berkembang di sana.

“ Ooh itu pohon benalu, nak” Kata saya. Anak saya heran, mengapa benalu bisa hidup di atas tanaman lain. Saya lalu menjelaskan bahwa pohon Benalu (Loranthus eurpaeus), atau dalam bahasa Balinya disebut pohon Kepasilan  itu adalah sejenis parasit tumbuhan yang hidupnya memang selalu bergantung kepada tanaman lainnya  yang berfungsi sebagai induk semang.  Tanaman ini tumbuh dengan cara menginvasikan akarnya ke dalam batang tanaman induk, mengisap air dan mineralnya untuk kepentingan pertumbuhannya sendiri sehingga sangat merugikan. Tidak berhenti hingga di sana, jika benalu ini berhasil tumbuh besar, bukan saja ia membuat tumbuhan induk semakin kurus, namun daun benalu yang sekarang tumbuh semakin subur, besar besar dan rindang juga sekaligus menghalangi daun tanaman induk yang kecil dan kurus untuk mendapatkan sinar matahari.  Anak saya terlihat tidak senang mendengar cerita itu. Kami lalu terdiam, sibuk dengan pikiran masing masing. Saya memperhatikan pohon benalu itu dan lalu mengambil kamera saku saya untuk memotretnya. Angin sore yang sejuk bertiup di lahan berumput itu. Sungguh sore yang sangat menyenangkan bersama anak-anak.

“Ma, tapi menurut mama apakah ada orang yang hidupnya seperti pohon benalu? Selalu bergantung kepada orang lain?”  Tanya anak saya kemudian.  Tidak terlalu mengejutkan saya. Karena saya sangat hapal akan kebiasaan anak  saya yang selalu mengembangkan pemikirannya sendiri atas setiap idea atau cerita yang ia dengar. Saya tertawa lalu bernyanyi untuk anak saya.

Ada senggak punyan kepasilan. Idup nyane setata megandong….” (artinya : Ada  perumpaan si pohon kepasilan/ benalu. Hidupnya senantiasa digendong..)

Pertama kali saya mendengar lagu ini dinyanyikan dalam sebuah pementasan kesenian rakyat Drama Gong  di Balai Banjar Pande Bangli saat saya masih kecil ( saya masih duduk di bangku SD), dan tetap terngiang ngiang hingga sekarang. Sepenggal lagu rakyat Bali ini berisi nasihat agar kita jangan meniru perbuatan si pohon kepasilan (benalu)  yang  hidupnya selalu menggantungkan diri pada orang lain. Intinya sebagai manusia yang telah dikaruniai tubuh, anggota badan yang sama dengan orang lain, hendaklah kita jangan bermalas-malasan belajar & bekerja, kurang keras berusaha dan selalu mengatakan diri kurang beruntung,  lalu selalu meminta kepada orang lain untuk membantu kita & membiayai  hidup kita. Kita hidup santai & enak-enakan, sementara orang lain harus membanting tulang kerja keras siang dan malam untuk ikut membantu membiayai makan & gaya hidup kita. Kita semua dikaruniai anggota tubuh yang sama (satu otak, dua mata, dua telinga, satu mulut, dua tangan, dua kaki, dst – semuanya sama,– tentu sama sekali tidak adil dan tidak baik perbuatan kita itu.

Kalau kita masih kecil, ma?. Kita kan belum bisa bekerja & menghasilkan uang sendiri. Sebenarnya kita mau bantuain mama..” Tanya anak saya dengan muka khawatir.

Nggak apa-apa. Niat membantu orang tua dengan cara belajar yang baik, dan sedikit sedikit memebreskan pekerjaan di rumah, itu sudah sangat baik” kata saya menghapuskan rasa khawatir di wajahnya. Saya lalu menambahkan, untuk anak-anak hingga usia tertentu, para orangtua yang telah melampaui usia produktif sehingga tak mampu lagi bekerja, atau para penyandang cacat baik karena lahir atau mengalami kecelakaan yang memang mengakibatkan tak mampu melakukannya sendiri , itu memang perkecualian.  Tidak diharapkan bagi mereka untuk bekerja keras dan mandiri jika belum saatnya, atau jika memang mereka sama sekali tidak mampu.  Itu semua merupakan tanggung orang dewasa /keluarga terdekatnya. Karena itu adalah masalah ketidakmampuan.

Tapi jika kita sebenarnya masih mampu bekerja, masih sehat, memiliki anggota tubuh yang lengkap, berusaha keraslah untuk bisa mendiri agar jangan selalu meminta bantuan kepada orang lain yang belum tentu lebih sehat dari kita. Jadi bedanya disini hanya masalah  kemauan dan usaha keras untuk menjadi mandiri saja. Bukan soal kemampuan. Kadang –kadang hanya faktor gengsi.  Merasa berasal dari keluarga terhormat, terpandang lalu tidak mau bekerja keras  karena merasa pekerjaan itu tidak layak untuknya. Padahal, cobalah kita tengok ke sekeliling kita, orang orang yang mau bekerja apa saja (tidak harus bekerja di sektor formal), menjadi buruh jalanan, tukang parkir, tukang becak, buruh di ladang, penjaga toko dsb) semuanya jauh lebih terhormat dibandingkan mereka yang tidak mau berusaha keras dan hanya menganggur menantikan pekerjaan manajer bergaji puluhan juta yang tak kunjung datang. Banyak orang yang sukses sesungguhnya datang dari mereka yang tidak gengsi melakukan pekerjaan apapun yang penting halal, berusaha keras dan konsisten sehingga pada akhirnya mereka sukses. Bukan saja mampu untuk menghidupi dirinya sendiri, namun juga mampu menghidupi orang lain.

“ Aku tidak mau jadi pohon benalu. Menyusahkan orang lain!. Itu tidak baik” Kata anak saya yang lebih besar.

“ Aku juga tidak mau. Bukan lagi menyusahkan, tapi merugikan!” kata anak saya yang satunya lagi.

Iya. Tapi itulah isi dunia. Kemanapun kita pergi, selalu ada yang baik dan selalu ada yang kurang baik. Yang penting kita berusaha mengurangi ketidak-baikan di dalam diri kita. Begitu kita menyadari ada yang kurang baik dalam diri kita, maka kita harus berusaha keras untuk merubahnya menjadi baik. Sehingga timbangan kebaikan kita jauh lebih berat dibandingkan kekurangbaikan kita ” Kata saya menasihati anak saya sekaligus diri saya sendiri. Saya berharap suatu saat ketika saya sudah tidak ada lagi di dekat mereka, anak anak saya masih mengingat kisah tentang si pohon kepasilan ini dan memikirkan yang terbaik untuk dirinya masing-masing. Perjalanan hidupnya masih panjang…

Zepyranthes, Si Lily Hujan Nan Jelita, Penghias Padang Rumput

Standard

Ketika kecil , setiap hari Minggu saya paling suka menonton  film seri ‘Little House On The Prairie’ yang mengisahkan kehidupan Laura Ingals Wilder, tokoh yang sangat menarik hati saya. Hingga berpuluh puluh tahun kemudian saya masih terbayang suasana padang rumput yang digambarkan dalam film itu berikut sound tracknya. Entah kenapa, gambaran rumput yang luas terhampar  dengan bunga bunga liar kecil di latar depan  selalu terbayang di angan saya.  Bunga kecil dan  rumput yang terhampar! Sungguh dua hal yang sangat memukau.

Saat ini, dengan kondisi halaman rumah yang tidak seberapa luas, saya masih tetap mengangankan keindahan hamparan rumput dengan bunga-bunga kecil yang bermekaran. Maka Zepyranthes, atau yang di kenal dengan nama Lily Hujan kemudian menjadi pilihan favorit saya untuk di tanam di halaman. Anehnya, setiap kali memandang bunga ini dan hamparan rumput di sebelahnya, saya sering teringat akan film Little House On The Prairie itu.. walaupun jelas-jelas yang digambarkan di sana adalah bunga kecil liar padang rumput.

Zepyranthes, yang kita temukan beredar di pasaran bunga di Indonesia umumnya berwarna pink dan putih. Ada juga yang berwarna kuning. Belakangan ini, ada juga saya lihat jenis yang berbunga sedikit lebih besar (pink) ikut beredar.

Zepyranthes ini merupakan salah satu tanaman hias jenis umbi dari keluarga bawang-bawangan yang sangat mudah ditanam dan tergolong sangat rajin berbunga asalkan memenuhi dua sarat utama: cukup air dan cukup sinar matahari. Saya sangat menyukai bunganya yang putih. Tampak anggun, putih besih seperti bintang kejora yang menyembul diantara daunnya yang hijau bersih.

Menanam Zepyranthes sangat mudah. Cukup dengan memecah anakan umbi/ memisahkan dari umbi induknya dan kemudian ditanam di tanah yang digali dangkal.  Gunting daun lily hujan untuk mengurangi tampilan yang kurang indah karena daunnya yang langsing panjang  cenderung rebah saat baru ditanam. Beberapa saat kemudian kita akan kita lihat tanaman ini segera berdaun kembali dan berbunga. Kecil-kecil dan sangat indah. Apalagi saat musim hujan. Bunganya biasanya bertambah banyak . Mm… mungkin itu sebabnya, mengapa si jelita ini disebut Lily Hujan.

 

 

My Roses. My Roses.

Standard

“ I wanna lay you down in a bed of roses

For tonight I’ll sleep on a bed of nails

I wanna be just as close as your Holy Ghost is

And lay you down on a bed of roses…..”

Sepenggal lagu dari Bon Jovi itu menyebut bunga mawar.

Siapa yang tidak menyukai bunga mawar?  Bunga yang sangat popular ini selalu menjadi daya tarik tiap halaman rumah.  Sejak kecil saya menyukai bunga mawar, walaupun bisa dibilang tidak selalu sukses berhasil memelihara tanaman ini. Namun demikian, ketika saya membeongkar-bongkar foto foto koleksi saya, barulah saya sadari rupanya banyak juga bunga mawar yang pernah berhasil mekar di halaman rumah saya. Sayang, saya tak tahu persis nama setiap variantnya.

Ini adalah sebagian dari koleksi bunga mawar yang pernah ada di halaman rumah saya.

Menanam bunga mawar di Jakarta, gampang gampang susah  mengingat kebanyakan jenis mawar hidupnya lebih mdah di daerah dingin. namun beberapa jenis mawar sebenarnya masih bisa bertahan hidup di tempat yang panas juga.

Mawar telah dipergunakan untuk menyemarakkan perayaan perayaan penting dalam kehidupan manusia. Beratus ratus puisi dan lagu juga telah diciptakan untuk memuja kecantikan bunga ini. Jenisnya bermacam macam. Ada yang kuntumnya berukuran besar, sedang, kecil dan bahkan sangat mini. Ada yang hanya selapis,  semi double, beberapa lapis hinggabergumpal saking tebalnya lapisan mahkotanya. Warna juga tak kalah banyaknya. Berbagai gradasi merah, jingga, kuning, pink, ungu, putih  bahkan hijau. Ada yang merambat, ada yang pemanjat, ada yang berpohon. Ada pula yang kerdil. dan yang menarik, sebagian mawar mawar ini ada yang berbunga sangat harum elegant, walaupun sebagian lagi ada yang tidak  wangi sama sekali.

Mawar selalu tampil menarik, baik jika ditempatkan di dalam untuk menghiasi ruangan, maupun jika dibiarkan di pohonnya untuk menghiasi halaman.

Beautiful Green Moth – Kisah Kupu Kupu Malam Yang Terdampar Kesiangan Di Jendela.

Standard

One of The Best  Design From Mother Nature

Suatu hari saya melihat seekor ngengat  hinggap ditirai jendela rumah saya.  Sungguh mengejutkan, pertama karena warna dan corak  sayapnya yang sungguh  luar biasa cantiknya. Dan yang kedua karena saya belum pernah melihat ngengat jenis itu sebelumnya dalam hidup saya. Ukurannya pun cukup besar, hampir  sebesar  ukuran Kupu Kupu Barong alias rama rama alias Atlacus atlas yang umum kita kenal sebagai salah satu kupu-kupu terbesar. Ukuran badannya hampir serupa, namun sayapnya lebih pendek dan lancip. Read the rest of this entry