Ketika mampir di sebuah ruko, anak saya yang kecil ikut turun. Ternyata ia mengejar seekor anak kucing liar yang menawan hatinya. Ia merengek ingin membawa anak kucing itu pulang. Awalnya saya melarangnya. Mengingat bahwa suami saya sama sekali tidak suka kucing. Wah, saya bisa mendapatkan masalah jika mengabulkan permintaannya itu. Saya bilang tidak, pada anak saya. Kucing kecil itu terlihat kurus dan kotor. Saya lalu memeriksa kesehatannya sekilas sekedar ingin tahu. Karena anak saya terus merengek, akhirnya sayapun melunak juga.
Lalu saya menanyakan tentang siapa pemilik kucing itu ke petugas Satpam yang menjaga pertokoan. Menurutnya, kucing itu liar. Tidak ada yang punya. Tinggal di atap sebuah toko yang kosong. Sering mencuri makanan dari restaurant –restaurant sekitarnya. Sehingga dianggap pengganggu dan sering dipukul. Atas seijin Satpam, akhirnya anak kucing kecil itupun kami bawa pulang.
Saya dan anak saya lalu membelikannya tempat makan dan minum serta sebungkus makanan kucing siap saji dari sebuah supermarket. Anak kucing itu makan dengan lahap. Anak saya lalu memandikannya hingga bersih dan mengeringkan badannya dengan handuk. Anak kucing itu rupanya dengan cepat mengenali ‘bos’nya. Yaitu anak saya. Dengan cepat merekapun terlihat akrab bermain-main.
Anak kucing itu sangat sigap dan gesit. Berlari ke sana kemari dengan riangnya. Mungkin karena ia anak kucing liar dan dibesarkan di alam liar, maka terlihat lebih trengginas dan waspada. Anak kucing itu ia beri nama “La Kitty”. Lucu juga namanya, pikir saya. Saya lalu mengajarkan anak saya untuk membuat mainan kupu-kupu dari kertas untuk dipakai bercanda dengan La Kitty. Sungguh bahagia melihat anak gembira bermain dengan binatang kesayangannya.
Sore harinya, ketika suami saya tahu ada anak kucing liar dibawa pulang, seperti yang sudah diduga iapun mengatakan ketidaksetujuannya. Sebenarnya saya cukup bisa mengerti. Suara kucing yang ribut mengeong ngeong mungkin memang mengganggu orang yang menyukai ketenangan suasana. Demikian juga kebiasaan kucing mendekati meja makan. Seolah-olah menunggu orang makan untuk menghadiahinya sepotong daging, juga mungkin agak mengganggu. Karena kalau dari urusan suka menyuka kucing, di dunia ini memang ada 2 kelompok orang. Yakni orang-orang yang menyukai kucing (ailurophiles) dan orang-orang yang membenci kucing (ailurophobes). Anak saya dan suami saya berada di dua kelompok yang berbeda. Yang satu penggemar kucing dan yang lainnya lagi pembenci kucing. Apa boleh buat. Mungkin besok saya harus mengantarkan kembali anak kucing liar itu kembali ke tempat asalnya di ruko itu.
Esok harinya, suami saya terbangun dan menyadari bahwa tiba-tiba tidak ada seekor tikuspun yang hadir bertandang ke halaman belakang rumah kami semalam. Padahal selama ini, halaman belakang rumah kami cukup rajin dikunjungi tikus liar, karena berada di tepi sungai. Tikus tikus liar itu memanjat tembok lalu menuruninya pada malam hari. Sangat sulit diberantas. Jebakan dan racun tikus sudah tidak mempan. Juga sudah tidak ada seekor kucing pun yang ditakuti oleh para tikus itu selama ini. Sebaliknya bahkan para kucing itulah yang takut pada tikus. Dunia memang sudah terbalik!.
Namun kali ini sungguh berbeda. Pembantu rumah tangga kamipun mengatakan memang tidak ada melihat ataupun mendengar suara tikus semalam. Lalu suami saya bergumam “ Hmmm. .tidak ada tikus. Apa karena kucing liar itu ya?”. Dengan cepat sayapun mendukung dugaannya. Akhirnya suami saya bilang “ Mm.. ternyata ada manfaatnya juga anak kucing itu”. Karena itu La Kitty akhirnya tidak jadi dipulangkan. Malam-malam berikutnya tetap tidak ada seekor tikuspun yang berkunjung. Tikus-tikus itu seolah-olah lenyap ditelan bumi. Walaupun kecil, anak kucing liar itu ternyata terlihat jauh lebih berwibawa dan menakutkan di mata para tikus dibandingkan kucing-kucing besar lainnya yang pernah melintas di rumah kami. Anak saya tetap merawat dan memberinya makan setiap hari. Kini La Kitty tumbuh besar dan sehat, serta badannya lebih berisi namun tetap geist dan sigap. Suami sayapun tak pernah mempermasalahkan keberadaan La Kitty di rumah kami lagi.
Hal menarik yang saya pelajari dari kejadian ini adalah, bahwa ketidaksukaan terhadap sesuatu sebenarnya bisa ditoleransi dan dikurangi. Terutama jika kita berusaha mencari dan menemukan sisi baik dari hal yang kita tidak sukai itu. Kelihatannya itu sih berlaku untuk hal-hal lain juga. Misalnya kita tidak menyukai seseorang. Jika kita hanya melihat hal-hal buruk dari orang tersebut, maka kitapun tidak akan pernah menyukainya. Setiap hari ada saja yang kita lihat salah atau tak menyenangkan dalam dirinya. Namun jika kita berusaha untuk melihat hal –hal baik dalam dirinya, mungkin berikutnya kita bisa menemukan lebih banyak lagi hal-hal baik lain yang menyebabkan kita berpikir bahwa teman kita itu sebenarnya nggak jelek-jelek banget. Dan lama-lama, mungkin kita bisa melihat bahwa iapun sebenarnya sama dengan teman yang lainnya atau bahkan dengan diri kita sendiri yang tak luput memiliki sisi baik dan buruk.
Pingback: Cinta Yang Harus Diperjuangkan… « nimadesriandani