Engkong Setion: Pedagang Kacang Rebus Di Tepi Danau Cipondoh.

Standard

Saya diajak teman-teman saya makan siang di sebuah rumah makan di tepi danau Cipondoh. Sebenarnya agak  ragu, khawatir terburu-buru karena akan ada meeting. Namun di sisi lain sebenarnya sudah lama saya ingin melihat dari dekat tepian danau yang tiap pagi saya lintasi dalam perjalanan ke kantor itu. Kebetulan juga saya sedang membawa kamera.Jadilah saya ikut sambil memastikan kepada teman-teman saya bahwa makan siang harus cepat dan jangan banyak ngobrol. Dengan demikian, saya mungkin masih bisa balik ke kantor on time.

Sementara teman-teman memesan makanan, sayapun membidik beberapa object yang saya pikir menarik di seputaran danau Cipondoh. Saat itulah saya melihat seorang kakek mendorong gerobak kacang rebus dan menawarkan dagangannya kepada kami. Saya merasa sangat terkejut dan heran. Wah! Kakek setua itu masih tetap sigap berjualan. Lalu sayapun menghampiri. Membeli kacang rebusnya dan mengobrol dengannya. Kakek itu sangat semangat dan humoris. Saya benar-benar kagum akan semangat juangnya menempuh hidup di usianya yang sudah sangat senja.

Namanya Engkong Setion. Usianya 85 tahun. Seorang Betawi yang tinggal seorang diri di daerah Cileduk dan hanya ngikut ‘boss’ nya  – sang pemodal gerobak kacang rebus. Tidak ada anak, istri ataupun cucu yang mengurus hidupnya. Hidup adalah untuk mencukupi dan mengurus diri sendiri – katanya. Beliau bercerita, bahwa jika keseluruhan kacang rebusnya habis, maka pendapatannya hari itu adalah 340 ribu rupiah. Target setorannya per hari adalah 300 ribu rupiah. Jadi beliau mengharapkan mendapatkan selisih sebesar 40 ribu rupiah sebagai modal untuk membeli makanan dan keperluan sehari-hari guna menyambung hidupnya.

Tidak selalu berhasil mendapatkan 40 ribu” katanya. Kadang bahkan tidak dapat sama sekali.

“Ya.. tidak makan!” Katanya sambil tertawa berderai.  “Makanya harus berusaha agar bisa makan “ – lanjutnya. “Kadang sulit juga untuk membeli obat kalau kebetulan sedang sakit”, paparnya tetap dengan nada ceria, bahkan walaupun sedang menceritakan kesulitan hidup. Saya sungguh terkesan. Tetap bercanda. Tetap berusaha. Dan tetap semangat memperjuangkan hidup!. Tidak sedikitpun terlihat wajah murung ataupun kelelahan yang ingin beliau tunjukkan.

Sayan nya saya harus buru-buru menyelesaikan makan siang saya dan kembali ke kantor. Namun percakapan pendek dengan beliau siang itu sungguh membuat saya merenung panjang. Kagum akan semangatnya dan caranya menghadapi hidup dengan penuh canda. Beliau memberikan saya inspirasi untuk tetap mejaga semangat saya hari ini.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s