Anakku dan Kucingnya.

Standard
Anakku dan Kucingnya.

Anakku memiliki seekor kucing. La Kitty namanya. Nama pemberiannya, yang terdengar lucu di telinga. Ia mengadopsinya dari seekor kucing liar yang terlantar disebuah ruko atas ijin satpam penjaga. Karena sudah beberapa bulan tinggal bersama kami, La Kitty sekarang sudah berada di fase ‘domestikasi’ yang cukup baik sebagai kucing rumahan.  Tampilannya mulai jauh berubah, dari seekor kucing yang kurus kering, kotor dan liar menjadi lebih terawat dan bersih.

Suatu pagi kami menemukan La Kitty ribut mengeong-ngeong dengan sedihnya dari atas atap dapur. Anakku langsung bangun untuk melihat apa yang terjadi. Rupanya semalam La Kitty naik ke atap melalui dinding samping, berjalan-jalan di atas atap dapur dan  terjebak di sana. Bisa memanjat, namun tak bisa turun. Air mukanya terlihat sangat ketakutan dan penuh permintaan tolong. Ia melihat ke bawah dari tepi atap dengan khawatir. Oh kasiannya, La Kitty!. Dengan cepat anakku berinisiatif mengambil tangga dan meminta tolong ayahnya untuk membantunya turun. Rescue Time! Wah, usaha pertolongan yang sangat baik. La Kitty kembali ke dalam gendongan anakku dengan selamat. Kami lalu sibuk membicarakan La Kitty dan membahas berbagai kemungkinan & penyebab mengapa La Kitty bisa terjebak di atap dapur hingga mengobrol tentang bagaimana rasanya jika kita yang menjadi La Kitty. Intinya, semua pembicaraan hari itu bernada sypmphaty & emphaty yang tinggi terhadap La Kitty.

Sore harinya sepulang kerja, aku mendengar cerita dari anakku yang khawatir, bahwa La Kitty memanjat dinding lagi dan terjebak lagi di atas atap. Sejak  siang hingga aku pulang, La Kitty masih ada di atas atap. Anakku ingin sekali menyelamatkannya, namun dilarang oleh ayahnya. Ia mengadu dengan sedihnya. Betapa sedih rasanya tidak mampu berbuat apa-apa, sementara tahu kucing kesayangannya sedang berada dalam musibah.   Aku mencoba mencari tahu dari ayahnya, mengapa kita tidak menolong La Kitty kali ini. Suamiku menjelaskan bahwa kita harus memberi pelajaran kepada La Kitty. Ia telah melakukan kesalahan dengan memanjat dan tidak bisa turun sendiri, merasa sangat ketakutan akibatnya dan sudah kita tolong, namun mengulang lagi kesalahan yang sama. Tidak ada usahanya sedikitpun untuk menarik pelajaran dari sana. Ia malah mengulangi lagi dengan sengaja perbuatannya itu.  Aku tertawa di dalam hati.  Ia anak seekor kucing liar. Jiwa petualangannya memanggil. Lagipula kucing tak secerdas anjing yang lebih mudah menangkap pelajaran & perkataan manusia.  Namun aku tidak membantah apa yang dikatakan suamiku.

Akhirnya kami makan malam dengan diiringi oleh bunyi La Kitty yang mengeong sedih meminta tolong. Malam menjelang tidur, barulah suamiku mengambil tangga dan  membantu La Kitty turun. La Kitty tampak gemetar ketakutan (dan mungkin juga kelaparan) karena terlalu lama terjebak di atas atap. Segera anakku menggendong La Kitty dengan penuh kasih sayang. Menghiburnya agar jangan khawatir lagi karena kini ia sudah ada dalam pelukannya. Ia mengambilkan La Kitty makanan sambil memberi nasihat agar jangan lagi melakukan perbuatannya yang nakal itu. Ia makan dengan lahap. Malam itu La Kitty bisa tidur pulas di sofa favoritnya dengan nyenyak. Kelihatannya ia akan kapok kali ini. Setelah berjam-jam terjebak di atas atap tanpa pertolongan dan makanan.

Hari berikutnya aku berangkat ke kantor. Kudengar anakku memberi nasihat kepada kucingnya agar jangan sekali lagi melakukan perbuatan nakal naik ke atap. Memanjat bisa tapi turun tidak berani. Sepulang kerja, ternyata anakku membawa berita baru. Hari ini La Kitty naik ke atap lagi, namun sudah bisa turun sendiri!. Tanpa pertolongan sedikitpun. Dan La Kitty sudah melakukannya berulang hari ini!

Oh!. Upaya yang tak mengenal lelah dan tak mengenal kapok. Belajar memanjat dan belajar turun. Tapi pada akhirnya ia sukses!!!.   “Bagus kan, Ma? La Kitty pintar!” kata anakku dengan  bangganya. Aku tertawa sambil mengusap-usap kepala La Kitty yang sekarang juga terlihat bangga akan kepintaran barunya. Mengapa ia sekarang sukses?

“Karena ia terus berusaha dan nggak kenal kapok!” kata anakku. “Rupanya La Kitty juga bepikir keras menyusun akal baru untuk turun saat lama nggak ditolong papa. Mungkin waktu tidur ia berpikir-pikir..” sambungnya lagi.

Anakku dan kucingnya, seolah-olah sedang bebicara kepadaku bahwa untuk menjadi sukses, kita harus secara konsisten berpikir dan berusaha keras untuk mewujudkannya.

49 responses »

  1. Setuju ama Mbak Imelda, anaknya cakep Mbak…:D
    La Kitty lucu ya, mau belajar dan tak kenal putus asa. Jadi malu sama diri sendiri yang kalau gagal malah jadi males nyoba lagi..Mesti memetik hikmahnya nih aku 😀

    Like

  2. Bu dokter, komentar tapi konsultasi, cucu perempuan saya (5 tahun) senang sekali dengan kucing peliharaannya. Kucing tersebut dijadikannya seperti boneka digendong, diciumi, bahkan kalau tidur harus bersamanya. Kucingnya kelihatan sehat saja demikian juga dengan cucu saya sepertinya sehat juga. Kucing tak akan menularkan penyakit ke manusia ya? Terima kasih Bu.

    Like

    • Pak Eman, sebenarnya kucing tidak lebih berbahaya dibandingkan mahluk lain (termasuk manusia) dalam hal menularkan penyakit ke manusia,Pak. Memang ada penyakit yang mungkin ditularkan oleh kucing yang sedang sakit ke manusia jika kebetulan kucing itu memang sedang mengidap penyakit tersebut. Misalnya, toxoplasma, bisa memicu gangguan kehamilan hingga keguguran pada wanita hamil. Kucing bisa menjadi induk semang bagi parasit ini. Namun tentunya hanya kucing yang sedang mengidap toxoplasma yang bisa menularkan toxoplasma itu ke wanita yang bergaul dengannya & tanpa sengaja memasukkan tangan yang tercemar tinja kucing yang mengandung toxoplasma ke mulutnya. Jika kucingnya sehat dan tidak memiliki toxoplasma di tubuhnya, tentu saja tidak bisa menularkan toxoplasma itu ke manusia. Sebaliknya, kontaminasi toxoplasma bisa saja terjadi walaupun kita tidak memelihara kucing, mis karena kita terkontaminasi tinja, atau makan daging binatang lain yang kebetulan terkontaminasi cyste toxoplasma. Karena cyste toxoplasma bisa juga kita temukan pada sapi, kuda, kambing maupun ayam. jadi yang perlu dipastikan adalah kesehatan kucing itu sendiri,Pak.
      Untuk mencegahnya, beberapa tips yang bisa saya sampaikan adalah :
      1. jangan berikan daging mentah pada kucing peliharaan kita.
      2. jangan buang tinja kucing sembarangan – kalau perlu sediakan bak pasir, agar kucing tidak pup sembarangan.

      Penyakit lain yang sering diberitakan adalah asma. Asma adalah sebuah bentuk penyakit alergi terhadap sesuatu. Prinsipnya sama saja dengan alergi terhadap debu, atau alergi terhadap udang dan sebagainya. Alergi bulu kucing hanya terjadi pada anak tertentu (sama dengan kasus alergi terhadap debu – tidak semua orang mengidap alergi terhadap debu. Demikian juga terhadap bulu kucing). Faktanya, hanya sedikit jumlah orang yang memang mengidap alergi terhadap bulu kucing. Tapi memang ada orang yang alergi, walaupun tidak banyak. Jika memang demikian, ya.. barangkali sebaiknya dihindarkan memelihara kucing. Tapi jika anak tidak ada riwayat alergi terhadap bulu kucing.. ya sebenarnya tidak ada masalah membiarkan anak bergaul dengan kucing.

      Demikian kurang lebih, Pak Eman. Mudah-mudahan penjelasan saya membantu. Salambuat cucunya Pak Eman..

      Like

      • Oh, terima kasih atas jawabannya selama ini selalu khawatir dan takut berlebihan, kadang orang tua melarang sesuatu kepada anak dengan tidak ada alasan yang kuat

        Like

      • Memang itu issue yg beredar di masyarakat, Pak Eman.
        Mungkin krn pernah mendengar berita ada orang yang tertular penyakit dari kucing, lalu menganggap semua kucing berbahaya.”jangan bergaul dg kucing, krn kucing itu berbahaya”. itu serupa dg jika kita mendengar ada orang tertular penyakit tbc(misalnya) dari orang lain lalu menganggap semua orang berbahaya ” Jangan bergaul dengan manusia, karena manusia itu berbahaya” Memang mengandung berita yang benar, tapi kan salah menarik kesimpulan.

        Like

  3. Setuju dengan akhirnya mbk kalau kita tanpa usaha dan kerja keras tidak akan membuahkan hasil yang maksimal, tapi jika kita melalukannya dengan tanpa putus asa maka akan membuahkan hasil yang maksimal :D.

    Like

  4. wahah iya emang kadang gregetan kalo liat tingkah kucing. kucing betinaku juga gitu. awal2 dia takut turun setelah manjat dan sampai di bingkai jendela kamarku. tapi lama2 dia berani juga lompat, walau disusul suara erangan aneh, seolah2 menerjemahkan adrenalinnya yang terpacu. ”haduh selamet..slamet..” gitu mungkin yang di pikirkannya. haha.

    Like

    • Dalam keadaan sehat sih, bulu kucing nggak apa-apa pak Irfan. Kecuali kalau putranya mengidap alergi terhadap bulu kucing. Seperti halnya ada orang yang alergi terhadap udang,atau ada juga yang mengidap alergi terhadap logam, atau ada juga yang alergi terhadap debu, atau terhadap sari bunga dan sebagainya – pada kenyataannya ada juga beberapa orang yang alergi terhadap bulu kucing. Walau tidak semua orang mengidap alergi ini. Tapi kalau putranya sehat dan kekebalan tubuhnya baik serta tidak ada riwayat alergi terhadap bulu kucing sih harusnya nggak apa apa, pak irfan.

      Like

  5. Bu, Made. Anaknya ganteng banget. Calon artis tuh… 😀

    Selamat Tahun Baru 2012 buat bu Made Sri Andani sekeluarga. Semoga sukses selalu…

    Like

  6. kucing memang binatang yang sangat manja apalagi bila sang tuannya sangat baik hati….tapi kt tetap harus hati2 mb Ni (khusus buat perempuan yg sedang mengandung) karena dikhawatirkan terkena virus dari kucing itu sendiri, yaitu virus toksoplasma…..
    btw …your son is very handsome…..!
    sukses slalu ya !

    Like

  7. Pingback: Cinta Yang Harus Diperjuangkan… « nimadesriandani

Leave a comment