
Ketika semua pada sibuk merayakan Imlek dengan lampion-lampion merahnya yang meriah, saya menerima ajakan seorang sahabat untuk berkunjung ke kebunnya. Sahabat saya ini sedikit agak berbeda dengan yang lainnya. Karena kebanyakan sarjana sibuk mencari kerja atau membuka usaha di kota besar begitu mereka menyelesaikan kuliahnya, namun sahabat saya ini malah memilih kembali ke kota kelahirannya untuk berkebun dan menjadi petani. Kembali ke desa. Pilihan hidup yang jarang dan berani ia jalani bersama istri tercintanya. Tentu saja saya menerima ajakannya dengan sangat antusias, karena saya memang selalu mencintai alam pedesaan yang tentramdan damai. Anak-anak juga pasti akan sangat menyukainya karena bisa bermain di ladang sepuasnya. Ia dan istrinya menerima kami dengan sangat ramah dan baik. Beberapa saat kemudian, berangkatlah kami dari rumahnya ke kebun dengan mengendari kendaraan kebunnya yang tahan banting. Read the rest of this entry