Hari Raya Kuningan dan sehari setelahnya (Hari Manis Kuningan) adalah hari terbaik bagi pengunjung pulau Bali khususnya kabupaten Bangli untuk melihat berbagai macam barong dalam konteks aslinya. Mengapa saya katakan dalam konteks aslinya, karena pada hari-hari itu kita bisa menyaksikan barong dalam fungsi dan keadaan aslinya dan bukan untuk tujuan komersial wisata.
Pada Hari Kuningan dan Manis Kuningan ini, hampir semua warga banjar dan desa yang ada di Bangli tedun (turun ke jalan) untuk ngiring duwe (benda-benda pusaka, barong, rangda dan sebagainya milik tenpat suci) ke tempat penyucian. Kadang barong ini juga kita lihat sedang ngelawang (menari di jalan – biasanya penduduk menghaturkan canang dan dana punia untuk keperluan upacara) atau terlibat dalam pementasan sakral calon arang seperti yang diadakan pada malam Manis Kuningan yang lalu di Banjar Pande, Bangli.
Jadi ketika kita sedang beruntung melewati jalur Bangli – Kintamani pada hari itu, mungkin kita bisa menyaksikan 5-6 iringan barong saat sekali melintas. Memang luar biasa banyaknya. Menurut saya Bangli memiliki jenis barong yang sangat banyak. Walaupun saya tidak tahu persis berapa banyaknya. Hampir setiap Banjar atau Desa memiliki barong. Dan jenisnya juga berbeda-beda.Ada beberapa macam Barong yang saya tahu ada di Bangli.
Pertama tentu saja barong yang berwujud Singa yang disebut Barong Ket atau Barong Mas. Wajahnya berwujud Singa, bulunya dari serat Bagu (semacam pohon pandan) dan dipenuhi hiasan dari kulit berukir dengan prada emas dan kaca yang membuat Barong ini tampil wah dan berkilau. Barong Ket ini adalah jenis yang bisa ditemukan di pertunjukan barong misalnya di daerah Batubulan. Namun jika kita menyaksikannya di tempat dan situasi aslinya (misalnya di jalan raya di Bangli, pada hari Raya Kuningan), tentu sangat berbeda dengan pertunjukan barong komersial yang dipentaskan untuk konsumsi pariwisata. Suasana sakral, penuh takzim dan khidmat sangat terasa. Ada banyak Banjar/desa di Bangli yang di tempat sucinya memiliki Barong Ket ini. Kalau tidak salah antara lain adalah Banjar Blumbang, Banjar Bebalang, Demulih, Pengotan,Kayubihi dan sebagainya yang saya tidak hapal semua.
Barong berikutnya adalah Barong Sampi. Sesuai namanya, barong ini berwujud sapi jantan berwarna hitam. Wajahnya berupa sapi yang sangat berwibawa, badannya terbuat dari kain beludru hitam dengan sedikit hiasan kulit berprada emas dan kaca. Disimpan sebagai pusaka di tempat suci di Banjar Kawan. Irama gamelan yang menyertainya sangat khas dan beda dengan irama gamelan untuk barong-barong yang lain. Saya ingat, ketika kecil jika sudah mendengar suara gamelan Barong Sampi yang unik dan beda ini, maka sayapun akan lari terbirit-birit ke luar ke jalan raya agar tidak ketinggalan menontonnya.
Barong ke tiga yang saya tahu adalah Barong Macan. Barong ini adalah milik tempat suci Banjar Pande, Bangli. Sesuai namanya kembali, Barong macan memiliki wajah berupa macan dengan badan loreng berwarna kuning bergaris garis hitam terbuat dari bahan kain. Selain di Banjar Pande, Bangli – sayapun menemukan Barong ini sedang melintas ketika saya sedang berada di depan pasar Gianyar pada malam harinya.
Barong ke empat, adalah Barong Bangkung. Barong Bangkung atau Barong Kucit, lagi-lagi sesuai dengan namanya adalah barong yang berwujud Babi . Berbulu hitam, juga dengan hiasan kulit berprada emas dan hiasan kaca. Saya tidak ingat banjar mana yang tempat sucinya memiliki Barong Bangkung ini. Kalau tidak salah ingat, barangkali Kayubihi atau Taman Bali. Pada hari Manis Kuningan saya sempat melihatnya melintas di daerah Desa Kubu, Bangli dan malam harinya saya lihat ada juga di daerah Taman Bali.
Barong yang jarang terlihat ngelawang adalah Barong Landung. Barong ini berupa sepasang laki-laki dan perempuan yang memiliki sosok tinggi jangkung (landung dalam bahasa Bali-nya). Yang laki berkulit hitam merupakan perwujudan dari Dalem (raja) Balingkang, sedangkan yang wanita berkulit putih dengan senyum ramah dan dahi agak nongnong merupakan perwujudan dari istrinya yang merupakan seorang putri China.
Barong lain yang juga jarang terlihat ngelawang adalah Barong Belas-belasan. Barong ini terdiri atas beberapa Barong tunggal lepas (belas) sehingga disebut Barong Belas-Belasan. Ada beberapa tokoh pewayangan dalam Barong belas-belasan ini antara lain adalah Subali, Sugriwa, Anoman, Anggada dan lain-lainnya. Seingat saya Barong ini berasal dari Serokadan, Bangli. Mudah-mudahan benar.
Seringkali Barong ini tampil dengan Rangda yang memiliki wajah mengerikan. Barong, seperti yang diketahui umum merupakan symbol dari Dharma (kebaikan), sedangkan Rangda merupakan symbol dari Adharma (keburukan). Dua hal yang tak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dimana sebagai manusia, dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita mengalami pergolakan antara kebaikan-keburukan. Kita dianjurkan untuk selalu berusaha memenangkan kebenaran dan kebaikan dalam pertarungannya dengan sifat buruk kita .
Kebetulan saya sedang berada di rumah kakek saya, di Banjar Pande Bangli. Sehingga walaupun tidak ikut tedun, saya sempat menyaksikan saat iringan Barong lewat di depan rumah. Sayangnya batere kamera saya habis, sehingga tidak sempat mengabadikan barong lain yang saya lihat hari itu.
Duh, kapan ya aku kedapatan lihat barong yg bukan untuk tujuan turis…Kayaknya cuma mimpi deh Mbak Dani…Bali itu unik banget Mbak…Budayanya juga terasa mistis bagi saya orang luar ini..Bau-bauannya juga khas banget..Love Bali 🙂
LikeLike
Sebenarnya kalau kita keluar dari tempat wisata standard (Kuta dan teman-temannya itu), Barong ngelawang (Barong yang bepergian) cukup sering bisa kita lihat. Bukan untuk tujuan turis,tapi memang untuk tujuan adat dan upacara. Melihatnya pun otomatis gratis. Tapi puncaknya memang sekitar Hari raya Galungan & Kuningan. Terutama Hari Kuningan dan manis Kuningan yang jatuhnya setiap 6 bulan sekali. Wah..kalau pada hari itu kita keluar ke jalan-jalan di Bali,kita pasti akan menemukan banyak sekali Barong.
Hari Raya Kuningan & manis Kuningan berikutnya akan jatuh pada tanggal 8 & 9 September 2012.
LikeLike
aku belum pernah lihat barong secara langsung mbak
LikeLike
Suatu saat kalau ke Bali, pasti akan berkesempatan melihatnya secara langsung Mbak..
LikeLike
saya pernah lihat barong waktu di mana ya itu lupa tempatnya, peretunjukannya hanya di jam tertentu, ada 2 penari, kemudian disusul pemeran2 lainnya…akhhh lupa…
saya pernah nyanyi untuk bali, kira2 masih di kenang tidak ya…hehehe
LikeLike
Mungkin ditempat pertunjukan barong untuk wisatawan ya Mbak Tina? Disana biasanya memang ada lakonnya. Tapi kalau lakon Calonarang asli atau Barong Ngunying biasanya bersifat sakral dan dibuka untuk umum tanpa tujuan komersial. Jarang. Adanya pada hari raya tertentu saja.
Nyanyi untuk Bali dalam rangka apa, mbak Tina?
LikeLike
Bali … Bali … Tampaknya belum sah jadi orang Indonesia kalau belum pernah ke Bali 😀
LikeLike
ya.. ayo . Ayo ke Bali dulu!.Sebelum merencanakan mengunjungi tempat lain di luar Indonesia…
Bali dekat dan masih di negeri sendiri – jadi apa-apa gampang he he..
LikeLike
kalo di desaku disebut barongan. tanggapan untuk orang yang punya gawe atau hajatan khitan atau pengantin bu made.
LikeLike
Mirip ya Bu Min.
Mungkin dulu asal muasalnya sama ya. Karena kebudayaan Bali juga banyak dibawa dari Jawa pada jaman Majapahit..
LikeLike
postingan made kali ini menunjukan betapa kayanya budaya di negeri ini… dari satu tempat yang sama juga dan dengan nama yang sama “barong” tapi dalam barong itu sendiri ternyata di dalamnya ada berbagai macam jenis barong..
LikeLike
Iya. Coba kita semua berbagi tentang semua adat istiadat,budayanya masing-masing – pasti ketahuan deh.. Indonesia itu memang kaya sekali.
Namun sayangnya memang banyak diantara kita bahkan ngeh-pun nggak dengan budaya sendiri. Boro-boro diharapkan untuk merawatnya.. Sayang banget
LikeLike
saya sendiri sangat suka akan kesenian daerah Made…
punya keinginan juga untuk ngepost tentang kesenian daerah khususnya jabar..
tapi sayang pengetahuan saya sangat terbatas…
LikeLike
ha ha.. kalau kita penduduk asli di suatu daerah, kita pasti memiliki pengetahuan tentang budaya dan kesenian daerah asal kita – yang pastinya jauh lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak tinggal di daerah tersebut. Saya juga menyukai kesenian Sunda – terutama Degung-nya. Dan belakangan saya juga baru tahu, ternyata lagu-lagu Sunda memiliki pakem yang sama persis dengan lagu Bali. Ada banyak pupuh Sunda yang sama dengan pupuh bali spt misalnya Sinom, Pucung, Mas Kumambang, Ginada, Ginati dsb ( saya melihatnya di blog seorang teman yang asli Sunda he he..)
LikeLike
selamat hari raya galungan dan kuningan 😀
saya masih beberapa bulan di bali. Pengen sebenarnta pergi ke seluruh tempat indah di bali. hanya saja saya gak hafal jalan 😀
Takut kesasar -_-”
Masih seputar sanur sama renon saja hafalnya.
Salam kenal ya
LikeLike
Salam kenal kembali. Ooh baru di bali ya. Gampang kok di Bali. Pulaunya kecil..nggak bakalan kesasar kemana-mana. Paling muter-muter disitu-situ juga he he..
Mudah-mudahan menyenangkan ya..
LikeLike
Oh.. acara ini ya
waktu pelaksanaan berikutnya kira2 kapan Mbak?
ke Bali waktu itu pas hari raya, itu saja sudah meriah dgn janur(istilah Balinya apa ya Mbak?),
apalagi kl bisa lihat arak2an ini lamgsung
LikeLike
hari Raya Kuningan & manis Kuningan akan jatuh tanggal 8 & 9 September 2012,Mbak Monda.
Kalau bambu yang melengkung di pinggir jalan dan dihias dengan janur di depan setiap rumah penduduk di Bali itu namanya Penjor, Mbak Monda. Itu lambang penghormatan kepada Gunung Agung (lokasi Pura Besakih – pura terbesar di Bali), karena telah memberikan jasa yang tak terhitung kepada penduduk dengan hujan abunya yang menyuburkan pertanian dan perkebunan penduduk serta air yang mengalir tanpa putus (hujan dari gunung & di tahan oleh pohon-pohon di hutan pegunungan yang memberikan mata air yang dimanfaatkan penduduk utnuk pengairan).
LikeLike
Salah satu impian saya nih pergi ke bali hehe,,,,,,
LikeLike
Ayo! Ayo! kita ke Bali .. Suatu saat pasti bisa ke Bali. Bali dekat dan ongkosnya juga tidak terlalau mahal untuk ke sana..
LikeLike
mbak deket itu mungkin kalo dsama mbak,, tapi sama saya mah jauh hehe,,,,,,,
LikeLike
ha ha ha.. iya bener juga ya. Relatif sih.. Kalau dari Sumatera ke Bali masih lebih dekat dibanding dari Sumatera ke Irian he he..
LikeLike
hemm,,, bener juga sih,,, hehe,,,,,,
LikeLike
jejak kaki saya sayangnya belum pernah smpai di Bali mb Ni…..
btw….barong itu dalamnya orang khan ya……sma spt halnya barongsai gitu ….?
maaf nich ya…..sya bener2 awam lho makanya nanya….
LikeLike
Iya. Sama. Dalamnya orang juga.
BTW kok commentnya Ben masuk ke spam ya? Hmm..aneh..
LikeLike
saya mau tanya sedikit waktu aanda beeada di br.pande anda di rumah soapakan berada…
saya rasa penngambilan foto anda itu tepat di depan rumah saya… jadii saya mw bertanya siapakahbkakek anda tersebut
LikeLike