Sebagai wilayah yang dicanangkan untuk pariwisata, Cu Chi memiliki lokasi yang baik, karena letaknya tidak terlalu jauh dari Ho Chi Minh City yang merupakan bandar pusat perdagangan Vietnam. Karena letaknya ini,memungkinkan wisatawan untuk datang ke sana dengan mudah. Secara umum pengelolaan tempat wisata ini cukup baik.
Dari sudut “appeal’, tempat ini sudah pasti memiliki tingkat ‘ketertarikan’ buat pengunjung yang sangat tinggi. Semua orang mendengar tentang perang legendaris Vietnam vs Amerika ini hingga bahkan selalu menarik jika ditampilkan dalam film-film. Akibatnya, banyak orang yang datang ke Vietnam ingin melihat sendiri monument itu secara langsung. Sehingga potensinya sebagai tempat wisata sungguh sangat tinggi.
Cu Chi secara umum juga sudah mulai dikelola dengan baik. Jika kita datang ke sana, kita akan sampai di gerbangnya dimana kita bisa membeli ticket masuk, satu paket dengan tour guidenya. Sayangnya papan & leaflet yang disediakan di sana hanya berbahasa Vietnam. Sehingga pengunjung tidak bisa mengerti dengan baik seluruh isi pesannya. Barangkali jika dibuat dalam 2 bahasa ( misalnya Bahasa Vietnam dan Bahasa inggris) akan sangat menolong pengunjung yang umumnya lebih memahami bahasa inggris sebagai bahasa standard yang diigunakan dunia.
Di areal depan, terletak sebuah bisnis area dimana tersedia rest room sehingga pengunjung bisa tenang begitu memasuki areal terowongan yang terletak di tengah hutan kecil. Di halaman depannya dipajang berbagai sisa peralatan perang seperti pesawat tempur, helicopter, tank,meriam, bomb dan sebagainya yang menggiring pengunjung untuk ikut larut dalam kesedihan. Sebuah ‘teaser’ yang sangat baik.
Lepas dari area peralatan itu, tour guide akan mengajak kita menonton film dokumenter tentang perang Vietnam di Cu Chi itu. Film hitam putih yang sangat bagus walaupun sudah tua. Dimulai dengan penjelasan tentang Cu Chi sebelum perang dan saat perang yang membuat hati kita penenontonnya menjadi sangat sedih dan miris. Kalimatnya pembukanya kurang lebih begini…(saya sih sebenarnya nggak hapal persis)
“ Cu Chi, the land of many gardens, …” lalu digambarkan di sana betapa daerah itu dulunya sangat tenang, damai, banyak pepohonan yang menghasilkan buah-buahan dan sumber makanan lain. Lalu datanglah Amerika yang membom tempat itu menjadi porak poranda. Menghancurkan wilayah itu, membunuh banyak orang, termasuk wanita dan anak-anak. Tapi…” Cu Chi will never die”. Film itu memberikan pengantar yang sangat baik kepada penonton. Juga disertai dengan alat-alat peraga, seperti diorama tentang tunnels yang berlapis dan bunkers serta jebakannya, contoh alat yang digunakan untuk membuat terowongan berupa cangkul sederhana dan serokan anyaman bambu, serta tour guide yang memiliki pemahaman yang baik akan sejarahnya dan setiap hal mengenai wilayah itu. Sayangnya tour guide-nya juga masih membutuhkan penterjemah lagi kedalam bahasa inggris.
Kemudian pengelola juga sengaja memberikan ‘experience’ kepada pengunjung untuk mengalami sendiri bagaimana rasanya masuk ke dalam terowongan, ke dalam bunker maupun lubang perlindungan lainnya. Tunnels itupun sekarang telah diperbesar untuk muat badan pengunjung yang rata-rata lebih besar dari ukuran badan orang Vietnam yang kecil dan langsing. Upaya yang sangat baik. Dengan merasakan bahkan hanya dalam 5 menit saja berada dalam terowongan yang panas dan lembab itu sudah sangat melelahkan dan sulit bernafas, maka pengunjung dengan sendirinya akan mampu membayangkan betapa pilunya jika harus berada dalam tunnels itu selama sehari, seminggu, sebulan, setahun atau bahkan 20 tahun – selama perang itu terjadi. Makan di sana, tidur di sana dan bahkan menikah dan melahirkan anakpun di sana. Belum lagi kesehatan yang melemah dan ancaman binatang berbisa. Semua orang akan mengutuk perang! Karena tak ada seorangpun yang mau berada dalam perang.
Namun setelah melihat dan ikut merasakan pengalaman masuk ke dalam terowongan, pengunjung akhirnya disediakan juga kesempatan untuk mencicipi singkong rebus dan air kelapa – juga agar bisa merasakan begitulah makanan yang dimakan oleh gerilyawan setiap hari.
Para tour guide disini, walaupun tidak berbahasa Inggris dengan cukup baik yang mudah didengarkan telinga awam, namun keramah-tamahannya sangat menarik. Sehingga kekurangan bahasa bisa diatasi dengan senyum dan kode-kode gerakan tangan.
Di kompleks itu juga kita bisa melihat dapur serta tempat ‘military workshop’. Lalu ada tempat dimana kita bisa melihat foto-foto lama jaman perang itu. Ada juga tempat untuk membeli souvenir dan sandal ala gerilyawan Vietnam dan bahkan ada tempat dimana kita bisa mencoba untuk menembak dengan senjata sungguhan. Misalnya M60, M16, AK 47, Colt dan sebagainya. Saya sendiri mencoba dengan AK 47. Awalnya ragu-ragu, tapi setelah dijelaskan bagaimana caranya menembak dengan tepat, maka sayapun membidik papan target dengan baik. Walaupun telah menggunakan penutup telinga, namun tak urung saya sempat meloncat kaget juga mendengar suara letupannya yang sangat keras.
Sungguh sebuah Experiential Marketing yang sangat baik yang berakhir dengan Symphaty Marketing!. Pengunjung dibiarkan berinteraksi secara sensorial dan dilibatkan secara emosional sehingga secara keseluruhan berakhir dengan sympathy yang tinggi terhadap gerilyawan komunis Vietnam ini. Karena secara umum orang tidak senang akan penjajahan dan invasi asing. Dan cenderung menaruh sympathy lebih kepada pihak yang lebih lemah namun masih mau berusaha.
Beberapa pelajaran yang saya petik dari perjalanan ke Cu Chi ini antara lain:
1/ Kecil dalam ukuran dan infrastrukrur yang kita miliki, tidak selalu berarti akan membuat kita kalah dari yang besar dengan infrastruktur yang lengkap dan canggih. “Guerilla”merupakan contoh yang sangat baik.
2/ Semangat dan tekad yang penuh. Lagi-lagi merupakan api terbaik yang membakar diri kita sendiri untuk mencapai sebuah keberhasilan.
3/Menghormati perbedaan dan respek terhadap pilihan orang lain. Merupakan cara yang lebih baik dalam mencapai kedamaian dalam setiap hubungan dengan manusia yang lain.
4/ Menjaga warisan masa lalu. Seburuk apapun akan membantu kita belajar dari eksalahan untuk lebih baik lagi ke depannya.
Trimakasih sharingnya jeng (petikan 4 butirnya), Vietnam menjadi daya tarik unik wisata Asia Tenggara. …the land of many gardens….sedang bangkit. Selamat berkarya.
LikeLike
Ya kita doakan kesuksesan bagi Vietnam tetangga jauh kita – the land of many gardens yang sedang bangkit…
LikeLike
wah bagus jeng
LikeLike
makasih Kum. Ade masih belum bisa comment di tempatmu dari sini.
LikeLike
bunda ikutan masuk ke terowongannya juga ya? seram ga?
LikeLike
Cuma masuk ke bunkernya yang mudah dicapai dari permukaan saja, Mbak. Soalnya takut nyangkut… he he
LikeLike
waaahhh,,,seru banget ya. Semoga bisa segera nyusul maen ke vietnam
LikeLike
He he.. ya suatu saat pasti sempat ke sana. Rekomend deh..
LikeLike
Ulasan yang menarik. Senang bacanya 🙂
LikeLike
Thanks Pak Denny..
LikeLike
masih sempet2nya jepretin pemandangan 😀
Masih sempet2nya postting ditengah kesibukan kerja 😀
LikeLike
Iya.. biar hidup nggak monotone he he
LikeLike