Sang Initiator…

Standard

 

Siang tadi  saya creambath di sebuah salon di mall. Sebelum pulang saya memutuskan untuk mampir ke lady’s rest room dulu. Waduuh! Tidak saya sangka, antriannya ternyata sungguh sangat panjang. Apa boleh buat. Untung saya masih belum terlalu kebelet. Masih bisa menahan untuk beberapa saat. Dengan sabar terpaksa saya harus menunggu. Bersama wanita-wanita lain yang telah lama berada di jalur antrian itu.

Untuk membunuh kebosanan, saya lalu membaca status teman-teman saya di facebook lewat blackberry. Bosan melihat  facebook, lalu saya pindah ke blog. Bosan melihat blog , lalu pindah chat dengan teman teman saya.  Namun masih juga saya belum dapat giliran. Sebelum saya mati kebosanan, maka saya memperhatikan ke sekeliling dan orang-orang yang mengantri di situ.

Ada beberapa ibu-ibu dengan anak kecil. Ada seorang nanny atau baby sitter sedang sibuk membujuk anak asuhannya yang kebelet menahan pipis. Ada gadis kecil yang sibuk memainkan gadgetnya. Ada wanita setengah baya yang dandanannya sangat wah dan berjambul, mirip ibu pejabat. Wajahnya  kelihatan tidak sabar. Ada lagi seorang wanita muda yang berdiri menghadap ke cermin sambil mematut-matut dirinya. Lalu seorang SPG yang diam saja sambil menyilangkan lengan di dadanya. Masih banyak sekali yang lainnya.

Belum selesai saya memperhatikan semuanya, tiba-tiba seseorang bertanya “ Kenapa toilet yang ditengah itu?” . Seorang lain di antrian yang dekat ujung menjawab “Tahu tuh! Rusak barangkali”.  Saya baru sadar kalau sebenarnya Rest Room itu memiliki 3 buah bilik toilet. Namun antrian hanya  terjadi di dua bilik. Jadi ada satu buah bilik toilet yang tidak berguna, barangkali karena memang rusak seperti kata orang itu.

Namun seorang ibu yang lain saya dengar berkata “ Nggak rusak kok. Tapi jorok! Ada kotoran yang nggak disiram”. Katanya sambil bergidik. Jelas sekali rasa jijik terpancar di wajahnya.  Yang lain pun ikut membenarkan dan sekarang kasak kusukpun  mulai merebak. Orang-orang membicarakan siapa pelakunya. Saya menangkap sepintas bahwa yang lupa menyiram itu adalah seorang wanita kaya dengan pakaian bermerk. Ooh..! “ Tidak sesuai kelakuan dengan penampilannya”kata seseorang sambil mencela. Sementara Office Girl yang bertugas di toilet itu tidak kelihatan.Saya hanya diam sambil terus memperhatikan dan mendengarkan apa yang dipercakapkan. Yang lainnya mulai menggerutu dan menyalahkan Office Girl yang entah kemana tidak kelihatan batang hidungnya. Sebagian lagi mulai ada yang mengeluarkan sumpah serapahnya dengan wajah tidak senang.

Tiba-tiba seorang gadis belasan tahun keluar dari antrian  dan masuk ke bilik toilet ke dua yang katanya kotor itu. Saya lihat ia memeriksanya sebentar dari depan pintu, lalu ia masuk. Tak berapa lama saya mendengar suara flushing dari air toilet. Rupanya ia memutuskan untuk membersihkan toilet itu sendiri tanpa menunggu Office Girl datang.  Tak berapa lama iapun keluar dari toilet dengan wajah riang. Antrian barisan langsung terpecah dari dua menjadi tiga. Benar-benar luar biasa!!!!

Dengan melakukan hal itu, ia tidak saja menolong dirinya sendiri, namun juga sekaligus menolong banyak orang yang juga sudah sangat kebelet dengan cara memperpendek alur antrian. Ia memecahkan masalah yang dihadapi banyak orang! Hebat!!!

Saya terpesona melihat gadis itu yang sekarang sibuk mencuci tangannya di wastafel. Daripada  ikut menggerutu dan bersumpah serapah atau diam termangu tanpa menyelesaikan masalah. Ia justru berinisiatif membersihkan toilet itu untuk dirinya sendiri dan selanjutnya bisa digunakan normal kembali oleh yang lainnya. Tentu saja ia harus menahan bau dan rasa jijik atas kotoran yang ditinggal pengguna sebelumnya itu. Terus terang saya tidak terpikir untuk melakukan hal itu sebelumnya. Mengapa gadis sebelia itu memiliki hati yang lebih mulia dari semua orang yang mengantri dan bersumpah serapah di situ? Termasuk  dari diri saya sendiri yang hanya bisa termangu saja dan menjadi penonton pasif atas  sebuah ‘ketidakberdayaan’ masyarakat.

Untuk segala sesuatu yang mandeg dan macet, selalu dibutuhkan initiator untuk mentrigger berjalannya kembali  sebuah proses. Untuk segala sesuatu yang berlangsung lamban, selalu dibutuhkan sebuah catalisator untuk mempercepat terjadinya sebuah proses. Dan jika keadaan menjadi sangat rawan dan sulit, selalu dibutuhkan seorang relawan alias volunteer yang mau mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak. Clearly, she is the volunteer. She is the catalisator. She is the initiator!. Saya salut dan angkat topi untuknya.

Sekarang saya jadi merasa malu juga pada diri saya sendiri. Apakah layak memanggil diri sebagai seorang yang berbudi baik, sementara untuk berkorban menjadi pemrakarsa kecil seperti ini saja tidak terpikir oleh saya…

36 responses »

  1. Terkesima membacanya, salut dengan gadis belia tokoh postingan ini.
    Terlebih pada Jeng Ade yang ‘menghidupkan ketokohan’ yang memaknai setiap hal yang diperjumpakan dengan apik. Selamat menikmati kebersamaan keluarga.

    Like

  2. Senang masih ada gadis belia di Indonesia yang tidak manja bahkan punya inisiatif begitu.

    Kalau di sini mbak, cukup sering terjadi di WC Umum yang murahan. Karena biasanya WC Umum di tempat yang bagus, seperti mall WC nya otomatis semua. Flush juga otomatis berdasarkan sensor, dan ini membuat banyak orang Jepang jadi “tergantung” dan menganggap semua WC otomatis. Sepanjang tidak keluar dari WC (kotoran masih di dalam WC) saya juga akan bertindak spt gadis itu. Tapi kadang di WC stasiun, joroknya memang minta ampun, dalam arti kotorannya sampai keluar kakusnya, nah kurasa tidak ada yang mau membersihkannya, karena tidak cukup dgn flush saja.

    Like

  3. Kalau saya jg gak akan berani ambil insiatif seperti membersihkan toilet umum sprt itu Mb Dani. Saya masih suka merumput bersama ketimbang keluar barisan 🙂

    Like

  4. Bila saya membaca tulisan itu, emazing kata anak2 abg.
    asli tulisan itu asik untuk dibaca, mengalir kayak air, padat berisi, merayap kayak tol macet…

    ibu berbakat dalam menulis. .. .

    semoga ibu bisa membuat buku nantinya.

    amien.

    Like

  5. Kalau pas ada disitu, kayaknya saya juga bakal berdiri mematung dalam barisan antrian deh.
    Makasih mbak, telah menuliskan kisah ini, mengingatkan kembali untuk berbuat sesuatu daripada hanya menggerutu dan menyalahkan

    Like

  6. belia itu kira-kira usianya berapa ya mba?

    maaf sebelumnya kalo kata-kata saya tidak disukai, “pemenang selalu kelebihan satu cara, dan pecundang selalu kelebihan satu alasan dan menyalahkan orang lain” saya pun salut sama gadis itu

    Like

  7. Sayangnya tidak banyak orang sekarang yang bisa jadi initiator dan catalisator itu. Apalagi relawan atau volunteer yang mau mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak.Kalaupun adaorang yang mendaftarkan diri menjadi sukarelawan ketika terjadi suatu bencana (seperti Tsunami di Aceh), biasanya juga mengharapakan balas jasa ….. 🙂

    Like

  8. Kisahnya kereeeen banget, mbaaaak…seorang inisiator ternyata tidak harus melakukan hal-hal besar yang dilihat banyak orang. Cukup menjadi orang yang punya inisiatif buat membersihkan toilet, maka wuuussshhhh…dia sudah bisa menjadi penyelamat banyak orang…
    *ikutan introspeksi*
    🙂

    Like

Leave a comment