Ketika saya diajak bermain ke banjar Tegal Asah, di desa Tembuku, kecamatan Tembuku di Bangli, saya sangat terrtarik akan berbagai jenis dulang dan berjenis-jenis Sokasi atau keben ( besek – box yang terbuat dari anyaman bamboo) yang diproduksi maupun dihias di banjar itu. Rupanya rata-rata mata pencaharian penduduk banjar Tegal Asah itu adalah memperoduksi benda-benda itu.
Selain tertarik akan design serta motif yang diaplikasikan baik pada dulang maupun pada Sokasi, saya juga merasa sangat terkesan akan orang-orang yang berada di balik pesatnya perkembangan industri dulang dan sokasi ini. Salah satunya yang sempat ngobrol dengan saya adalah Sang Byang Areni, yang saat saya temui sedang berada di tokonya di Banjar Tegal Asah. Sang Byang telah menggeluti usaha ini sejak 23 tahun yang lalu. Saat ini memberdayakan 15 orang karyawan yang terdiri atas tukang kayu, (tukang potong dan tukang bubut), designer, tukang lukis dan sebagainya.
Walaupun saat itu karyawannya sedang libur karena hari raya Galungan, namun Sang Byang dengan sangat ramah dan gesit meladeni pertanyaan-pertanyaan saya dan mengajak saya melihat-lihat bengkel kerjanya. Wanita ini menceritakan kepada saya dengan detail, bagaimana proses pembuatan dulang dlakukan.Mulai dari proses sourcing kayu sebagai bahan dasar, pengolahan dan pembubutan kayu, proses pengeringan, pewarnaan dasar hingga finishing. Lalu proses perjalanannya serta penjualannya ke tangan konsumen. Untuk pemasaran, tak segan-segan Sang Byangpun melibatkan ketiga putrinya. Sementara suami beliau yakni Sang Guru, yang sebelumnya memiliki profesi lain juga ikut mendukung usaha istrinya dari balik layar. Jadi keseluruhan keluarga ini tampak sangat kompak dalam memajukan usahanya.
Ketika berbicara mengenai design dan motif-motif terbaru yang diaplikasikan pada Dulang maupun Sokasi yang diproduksinya, Sang Byang bercerita bahwa design-design itu dibuat dan ditentukannya sendiri dengan mengikuti trend pasar maupun trend-trend yang sedang terjadi di industry lainnya seperti misalnya pada industry Fashion di Bali. “ Trend dan style yang sedang diterapkan pada busana Bali baik itu pada kebaya,kain , sandal, tas tangan memberi saya inspirasi untuk membuat design pada keben maupun dulang-dulang ini”. Sang Byang meng’high-light’ bahwa betapa konsumen jaman sekarang sangat jauh berbeda dengan jaman dulu. Cepat berubah dan cepat bosan. Jadi sebagai produsen, Sang Byang pun merasa perlu bergerak lebih cepat dari konsumen untuk menjaga kegairahan konsumen terhadap barang-barang yang diproduksinya.
Kamipun ngobrol tentang berbagai jenis usaha industry rumah tangga yang ada di Bangli, ataupun di kecamatan Tembuku . “ Berbagai macam produk sebenarnya dihasilkan di Bangli. Mulai dari kerajinan kayu,kerajinan bambu, kerajinan kuningan, kerajinan spons, kerajinan emas, permata dan sebagainya hingga industry camilan, atau bahkan kopi. Semuanya ada di kabupaten Bangli. Tetapi sayang tidak banyak yang tahu kalau itu buatan Bangli”. Ya,memang sayang sekali . Barangkali karena lemahnya informasi yang keluar dan aktifitas promosi yang dilakukan, akhirnya produk-produk inipun hanya dikenal sebagai produk di tempat-tempat pemasarannya seperti pasar Badung, Sukawati dan sebagainya.
Mendengarkan Sang Byang berbicara dan menceritakan pengalamannya serta memahami akan cara pandangnya terhadap industry, peranan wanita di Bali dan kreatifitasnya dalam mendesign Dulang dan Sokasi, sungguh merupakan sebuah keberuntungan bagi saya .Saya melihat api semangat dan kemandiriaan yang teguh pada sosoknya yang sederhana. Tampil apa adanya tanpa sedikitpun sapuan make up. Seketika saya merasa sangat terkesan akan sosok wanita ini. Dan sekaligus kagum akan kinerjanya. Siapa sangka di balik tampilan fisiknya yang sederhana, wanita itu ternyata telah mampu membangkitkan gairah industry di daerahnya. Menyerap tenaga kerja dan membuatnya mandiri tanpa harus mengikuti arus urbanisasi ke kota-kota besar hanya untuk mencari nafkah.
Itulah Sang Byang Areni, wanita Bali yang tetap semangat dan teguh berkarya dalam kesederhanaan penampilannya. Semoga industry rumah tangga di banjar Tegal Asah ini semakin berkembang dan sukses.
jiwa enterpreuner Sang Byang Areni yang patut kita contoh ya bu made…:D
LikeLike
ya Pak Gusti. Jika semakin banyak yang memiliki jiwa entrepreneur spt Sang Byang ini, makin rendah angka pengangguran kita ya..
LikeLike
semoga tetap lestari dan terus berkembang….
made akakah anak muda yg menggeluti usaha ini ???
LikeLike
semoga kerajinannya banyak dikenal orang ya
LikeLike
Terimakasih Bu Made, melalui artikel ini saya baru tahu bahwa ada daerah pengerajin selain tempat biasa seperti sukawati. Semoga dari artikel ini banyak yang mengetahuinya.
LikeLike
Nggih. Sama sama Mb Ayu Widiari. Semoga lebih banysk lagi orang yang tahu…
LikeLike
bisakah saya minta kontak personnya…saya juga jualan tapi selama ini saya tidak tau dimana pengrajinnya
LikeLike