Kisah Lain Tentang Service Excellence.
Jumat itu banyak sekali yang harus saya kerjakan, sehingga tidak sempat keluar untuk istirahat makan siang. Sibuk untuk menyelesaikan tugas bersama seorang teman saya di ruang meeting di lantai empat . Untuk menghemat waktu, maka saya meminta tolong kepada Office Boy agar memesankan makan siang. Office Boy menawarkan menu Ayam Bakar plus Tempe, Sambal dan Lalapan untuk saya dan teman saya. Saya setuju. Lalu kembali tenggelam dalam laptop kami masing-masing di ruang meeting yang sunyi itu.
Beberapa lama kemudian, Office Girl lantai itu datang mengantarkan makanan yang kami pesan dari Office Boy rekannya tadi. Makanan itu sudah ditata rapi di atas piring. Teman sayapun mengajak saya istirahat sebentar untuk makan siang. Saya lalu pergi ke Pantry sebentar untuk mencuci tangan saya. Untuk jenis makanan tradisional seperti ini saya lebih suka menikmatinya dengan cara yang juga tradisional, yakni dengan menggunakan tangan saja. Sekembalinya dari Pantry, saya segera makan. Memeriksa makanan saya sebentar dan menyadari ternyata tidak ada sambal. Nah lho?! Kemana sambalnya ya? Padahal untuk Ayam Bakar Lalapan seperti ini, sambal adalah sebuah keharusan. Waduuh, tanpa sambal tentulah makanan ini sama sekali tidak mantap!. Saya lalu bertanya kepada teman di sebelah saya, barangkali sambal saya nyasar ke piringnya dia. Teman saya bilang, memang dari tadi tidak ada sambal. Iapun tidak kebagian sambal. Tapi buatnya, tidak ada sambal bukanlah masalah. Karena teman saya yang satu itu memang bukan penggemar sambal. Ia bahkan tidak tahan pedas. Lalu kemana perginya sambal saya ya?
Saya lalu kembali ke Pantry untuk menanyakan kepada Office Girl yangmenghidangkan makanan saya itu ke piring. Barangkali sambal saya tertinggal di tas kresek pembungkus makanan itu? Barangkali saja. Siapa tahu ketemu. Office Girl itu menjelaskan bahwa memang dari tadi juga ia sudah heran karena tidak melihat ada sambal. “Barangkali Office Boy yang tadi bertugas membeli kelupaan minta sambal, Bu” Katanya. “Ya oke deh, kalau begitu. Mungkin Office Boy itu memang kelupaan melakukan checking. Tapi nggak masalah lah” kata saya sambil tersenyum kepada Office Girl itu. Saya pun menanyakan apakah ia sudah makan siang atau belum, yang dijawabnya dengan kata sudah. Akhirnya saya kembali ke tempat duduk saya dan mulai makan ayam bakar itu tanpa sambal. Agak kurang mantap sih, tapi yaah..lumayan juga. Karena pada dasarnya sebelum dibakar kan ayam itu sudah diungkep dengan bumbu juga. Selain itu juga ada tempe. Dan barangkali juga karena lapar, dalam waktu singkat makanan saya itupun habis juga.
Ketika tinggal sesuap lagi, tiba-tiba Office Girl tadi tergopoh-gopoh masuk ke ruangan. Nafasnya terengah-engah. Di tangannya terdapat sebotol saus sambal dan bungkusan kecil “Ibu, maaf tadi Office Boynya memang kelupaan memastikan sambalnya. Tapi ini ada Saus Cabe dan Sambal Ijo Padang buat Ibu.Kasihan Ibu makan nggak pake sambel.” Katanya sambil menyerahkan botol saus cabe dan bungkusan sambal ijo itu kepada saya. Entah darimana ia mendapatkan Saus cabai dan Sambal Ijo Padang itu. Barngkali dari lantai bawah. Nafasnya masih terengah-engah. Hah??? Ya ampuun. Saya benar-benar terkejut dan merasa tidak enak. Office Girl itu rupanya sampai lari terbirit-birit hanya untuk mencarikan saya sambal. Adduuuh bagaimana saya harus menyampaikan rasa terimakasih saya dan sekaligus perasaan tidak enak saya telah merepotkan orang lain. Sungguh tidak pernah sedikitpun saya duga Offie Girl itu akan datang dengan sambal. Saya tidak pernah meminta Office Girl itu mencarikan saya sambal yang lain, saya hanya bertanya barangkali ia ada melihat sambal saya di tas kresek pembungkus makanan saya tadi.
Akhirnya untuk tidak mengecewakan hatinya yang telah bersusah payah turun ke lantai bawah hanya untuk mencarikan saya sambal, maka sambal itupun saya terima dan makan dengan nasi yang sisa sesuap itu. Walaupun tentu saja sama sekali tidak nyambung antara ayam bakar,lalapan Sunda dan sambal ijo Padang. Namun saya makan juga agar tidak mubazir. Tentu saja tidak lupa saya mengucapkan rasa terimakasih saya kepadanya. Iapun meninggalkan saya dan kembali lagi ke Pantry.
Sepeninggalnya, saya berpikir. Banyak sekali hal-hal positive yang telah ditunjukkan di hadapan saya untuk saya ambil pelajarannya dan saya tiru. Lagi-lagi saya menemukan contoh sikap yang sangat baik ditunjukkan oleh orang di sekeliling saya. Melakukan sesuatu melebihi dari standard yang diminta. Service Excellence!!!Sungguh luar biasa!.
Saya berharap saya selalu ingat untuk membalas jasanya dan meniru keteladanannya.
iya, ka, ingat kebaikannya ya, kaaaaaaaa………………
LikeLike
kejadian yg sama baru saja kualami,
tanpa sempat mampir ke mejaku, si ob bawa lagi bungkusan pecal lele ke warung krn sambal dan lalapannya belum dimasukkan
baru nyadar baru saja mendapat pengalaman service excellent juga
LikeLike
terkadang apa yang mereka lakukan tanpa pamrih seperti yang dilakukan office girl itu… sedikit kebaikan yang mereka lakukan akan memperoleh kebaikan pula suatu hari kelak.. 🙂
LikeLike
inisiatifnya bagus sekali office girl-nya. semoga saya kalo bekerja bisa seperti itu.
LikeLike
bertanggung jawab dan profesional…. contoh dan teladan yang baik..
LikeLike
pecinta sambal juga ya,,,,
hehhehe
LikeLike
biasanya kalau titip makanan saya terima apa adanya bun 🙂 gak enak sudah merepotkan soalnya
LikeLike
contoh karyawan yg berdedikasi, lam kenal
http://sekelumitinfo.wordpress.com/
LikeLike
Sungguh pelajaran yang sangat berharga…
Dan pasti bukan karena sambalnya tapi usaha dan tanggungjawabnya itu.
LikeLike
waaah Office Girl itu semestinya menjadi lebih dari Office girl… kemampuan untuk menyediakan semampunya yg melebihi permintaan itu jarang dipunyai oleh anak-anak muda sekarang. Di Jepang namanya kikubari….
LikeLike
Trimakasih Jeng Ade berbagi pembelajaran Service Excellence dari sambal ayam bakar. Selamat melayani melalui karya hari ini. Salam
LikeLike
Jangan lupa tips mbak hehehe kidding.
LikeLike