Monthly Archives: March 2013

Meet Me In The Deer Park…

Standard

RusaSetelah lima jam berjuang agar lepas dari kemacetan di Pintu Ciawi, akhirnya kami kembali berjuang untuk naik ke Puncak.Walaupun pergerakannya lambat saat di  bawah, namun kendaraan bisa melaju dengan baik setelah Cipayung ke atas. Sepotong Pizza kecil setengah jam yang lalu, tentu tidak berasa seperti sudah makan siang. Maklum anak-anak dibesarkan dengan nasi. Suami saya menyarankan kami untuk tidak berhenti dulu guna makan siang (eh sore, ding..) sebelum benar-benar sampai ke Puncak. Takutnya ntar penutupan jalur berikutnya keburu dilakukan lagi.  Saya dan anak-anak setuju.

Sepanjang perjalanan,kami hanya melihat-lihat. Puncak kelihatan seperti berbenah kembali, setelah sempat meredup akibat penurunan jumlah pelalu lintas sebagai dampak dibukanya tol Jakarta-Bandung beberapa tahun yang lalu. Saya lihat banyak sekali Hotel, Villa, Resto dibuka baru atau direnovasi kembali. Read the rest of this entry

Tiga Jam Di Pintu Ciawi II.

Standard

Penunjuk jalanGerimis mulai berkurang, beberapa orang lelaki  lengkap dengan helpnya mengacung-acungkan tangannya. Awalnya saya agak bingung. Apa yang dilakukan oleh orang-rang itu?Mengapa ia mengetok-ngetok jendela pengemudi dan memberi tanda dengan telunjuknya? Akhirnya saya ingat, bahwa mereka adalah orang-orang yang  membujuk pengendara agar mau mengikuti mereka melalui jalan pintas menuju Puncak. Tentu saja dengan maksud agar mendapat upah sebagai penunjuk jalan. Profesi baru yang muncul akibat kemacetan. Kami tidak mau. Terutama karena sebelumnya kami pernah mencoba jalur itu, bahkan lebih parah macetnya ketimbang jalan besar yang lebih resmi. Ujung-ujungnya kami sampai di Puncak  setelah hampir lima jam berjuang di jalan sempit yang penuh dengan para Pak Ogah yang meminta uang di setiap tikungan. Jadi tak ada gunanya juga mengikuti mereka.  Toh hasilnya tidak akan lebih baik juga. Read the rest of this entry

Tiga Jam Di Pintu Ciawi I.

Standard

Macet Di CiawiLong weekend.  Saya bermaksud menghabiskan waktu di kota Sukabumi bersama suami dan anak-anak. Udara yang dingin dan sejuk, serta air yang mengalir. Selalu membuat saya merasa segar setiap kali mengingatnya. Sayangnya perjalanan ke kota itu, kali ini benar-benar melelahkan. Macetnya luarbiasa!. Berangkat pukul 10 pagi lewat tol JakartaBogor, kami baru bisa mendekati pintu Ciawi pada pukul 12 siang. Dan harus bengong tak bergerak selama tiga jam di Pintu Ciawi, karena jalur Puncak baru dibuka pada pukul 3 sore. Perjalanan keluar pintu Ciawi yang biasanya ditempuh selama satu jam itu kini harus ditempuh dalam waktu lima jam! Sungguh T E R L A L U !. Prestasi buruk yang luar biasa. Read the rest of this entry

Just Imagine….

Standard

Just imagine…

Just imagine all the things that we… could be…

Imagines all the places we could go… and see…

Imaginations’fun for you and me…

 Taman Mini Indonesia Indah

Yang saya salin di atas adalah lyric lagu kanak-kanak dari Barney yang merupakan favorite saya. Ketika anak saya masih balita, jika saya sibuk  mengasuh anak sambil harus membereskan pekerjaan rumah,  biasanya anak saya dudukkan di bangkunya yang bertali pengaman. Lalu saya putarkan cerita atau lagu-lagu dari DVD. Berganti-ganti tentu saja, agar anak saya tidak bosan. Salah satunya yang paling saya ingat adalah Barney dan lagunya di atas itu. Saya juga ingat, lagu itu dilatar belakangi dengan istana yang indah *barangkali terbuat dari papan tripleks atau styrofoam, mana saya tahu…*. Lalu anak-anak diajak oleh Barney untuk berimajinasi menjadi apa saja, pergi ke mana saja.. Sesuatu yang menyenangkan!. Read the rest of this entry

Maret Mau Habis. Ayo Lapor Bayar Pajak!

Standard

Lapor Pajak

 

Apa artinya tanggal 31 Maret? Ya..besoknya tanggal 1 April , kata saya.

Ya betul sih. Tapi bukan begitu maksudnya. Bulan Maret sebentar lagi habis. Kita diuber-uber untuk segera menyelesaikan laporan pajak penghasilan”, Kata teman saya. Saya menggaruk-garuk kepala saya.

Ya. Bagi sebagian orang (terutama yang bekerja di bagian Finance & Accounting), membuat laporan pajak tentu perkara yang mudah dan ringan. Tapi bagi sebagian orang yang lain (terutama yang bekerja di department lain), rasanya kok jadi tambahan beban ya.  Dan rasanya setiap tahun,harus nanya kembali, gimana ya cara ngisinya. Lupa lagi dan lupa lagi. Read the rest of this entry

Pembalut Untuk Anakku.

Standard

Pembalut wanita.Teman saya mempunyai seorang anak yang tahun ajaran lalu, menginjakkan kakinya di bangku SMP untuk pertama kalinya. Tentu saja teman saya itu sangat senang dan bangga sebagai mamanya.  Ia selalu berusaha mendukung anaknya. Mempersiapkan segala keperluan dan perlengkapan sekolahnya  untuk memastikan agar  sekolah anaknya berjalan dengan lancar dan mudah. Intinya, ia sungguh seorang ibu yang baik dan sangat perhatian. Saya tahu dari  ceritanya sehari-hari.

Setelah melakukan pendaftaran kembali,  anaknya mendapatkan informasi bahwa pada minggu pertama, siswa baru akan menjalani  orientasi yang disertai dengan berbagai kegiatan outdoor. Semua siswa baru diminta untuk membawa perlengkapan yang akan digunakan dalam  acara itu. “Mama, besok aku disuruh bawa kapas dan pembalut”kata anaknya kepada mamanya.  Begitu mendapatkan informasi keperluan anaknya itu, teman saya segera membuka lemarinya dan menyiapkan sendiri keperluan  untuk anaknya. Read the rest of this entry

Potato & Chicken Curry.

Standard

Kare Kentang Ayam.

kare kentang 1

Weleh! Judul postingan ini kelihatannya keren kalau pake Bahasa Inggris.   Padahal nama aslinya ya Kari Kentang Ayam, atau dalam bahasa Balinya ya… Kare Sentang Be Siap. He he..satu lagi resep warisan yang sering dimasak oleh ibu saya jaman dulu. Awalnya saya kira Kare ini adalah masakan yang hanya ada di Bali saja. Namun setelah melanglang ke kota-kota lain, Kare dengan rasa sedikit berbeda atau warna yang berbeda ternyata juga banyak dimasak. Ada yang menyebutnya dengan Kari. Ada juga yang serupa, namun dengan tampang lebih pucat yang disebut dengan Opor. Ada juga yang serupa Kare dan orang menyebutnya dengan gulai.  Terus ada yang suka menyajikannya kering, ada juga yang berkuah. Tapi yah.masih serumpunlah itu. Read the rest of this entry

Dunia Pinggir Kali III: Mengajak Anak Mengamati Burung Terkwak.

Standard

 Burung Terkwak 1Sore mulai menjelang. Matahari mulai meredup cahayanya. Saya memutuskan untuk pulang dan merasa sudah menghabiskan waktu yang cukup dengan anak saya untuk mengamati burung-burung Pipit dan burung Peking. Persis ketika anak saya mengeluh bahwa kakinya dikerubungi nyamuk, tiba-tiba saya melihat sesuatu bergerak di semak-semak.  Sayapun segera meminta anak saya untuk menahan diri kembali. Yang saya khawatirkan hanya ular. Suara ribut terdengar dari balik semak-semak. Terrrrr…kwaakkk…. terrrrr kwaakkkk….terrrr kwaakkkkk…. Saya mengenali suara itu. Seketika kekhawatiran saya sirna, berubah menjadi senyum yang sumringah. Itu suara burung Terkwak!. Read the rest of this entry

Dunia Pinggir Kali II: Mengajak Anak Mengamati Burung Pipit & Burung Peking.

Standard

Burung Pipit Dan Burung Peking 1Hari Minggu adalah hari yang sangat menyenangkan untuk bermain bersama anak. Seperti juga sore ini. Saya mengajak anak saya untuk melihat-lihat kehidupan di pinggiran kali di belakang rumah. Kelihatannya petugas kebersihan belum sempat membersihkannya belakangan ini. Rumput liar tampak menyemak. Belukarpun tumbuh subur. Saya hanya meminta anak saya agar berhati-hati terhadap ular yang mungkin saja tiba-tiba muncul di dekat kami. Anak saya mengerti. Sekelompok burung Pipit, burung Bondol dan burung Peking tampak sedang asyik memakan biji rerumputan. Beberapa ekor burung Bondol tampak terbang menjauh begitu melihat kami datang. Saya dan anak saya segera mengambil posisi yang terbaik agar bisa mengamati aktifitas burung-burung itu dari kejauhan. Lalu kami menahan diri untuk tidak menimbulkan gerakan yang mencurigakan agar burung-burung itu tidak kabur semuanya. Read the rest of this entry

Resep Masakan: Ikan Pindang Bumbu Tomat Ala Jineng.

Standard

Seri: Resep Masakan Warisan Ibu.

Ikan Pindang Bumbu TomatSaya kangen masakan ibu saya. Maka akhir pekan ini, sepulang dari Sekolah anak, saya mampir di pasar traditional untuk membeli bahan-bahan masakan yang kira-kira bisa saya pakai untuk memasak masakan yang sering dimasak oleh Ibu saya. Saya melihat ada ikan pindang ukuran sedang yang dipajang di tukang sayur. Harganya Rp 8 000/ekor. Sayapun membeli 2 ekor.  Lumayan. Jika tak habis dimakan buat 1x bersama keluarga, tentu masih bisa dipanaskan dan dimakan lagi berikutnya. Read the rest of this entry