Minggu kemarin, ketika duduk-duduk di halaman rumah, ada seekor burung yang mampir dan sangat menarik perhatian saya. Burung berukuran sangat kecil, bahkan mungkin nyaris setengahnya dari ukuran burung gereja,namun warnanya sangat cemerlang. Terbang melintas dengan cepat, kelihatannya akan menuju semak Kacapiring (Gardenia jasminoides) atau ke pohon Pucuk Merah (Syzigium sp).Tapi karena ada saya di sana, burung itu memindahkan haluannya, lalu bertengger di pohon bunga Tabebuia yang dijadikan peneduh di halaman rumah. Hanya beberapa detik, lalu terbang lagi dengan cepat entah kemana. Saya sangat senang bisa melihatnya , namun juga sekaligus kecewa karena ia pergi terlalu cepat.
“Burung apa itu, De?” Tanya suami saya. “Belum tahu” kata saya. Ada beberapa jenis burung yang melintas di kepala saya, namun tentu saja saya perlu mengidentifikasi lebih lanjut. Sayapun menyusuri pohon-pohon penaung dan berjalan ke arah taman perumahan dimana ditanam pohon-pohon peneduh yang sekarang sudah tinggi. Berharap bisa melihat burung itu sekali lagi. Namun hasilnya nihil. Hanya cerecet burung –burung gereja. Akhirnya saya kembali lagi ke rumah.
Matahari semakin condong ke barat. Burung –burung gereja mulai banyak yang pulang. Hinggap di pohon-pohon di sekitar rumah saya. Diantara cerecet gereja yang sangat saya kenali, saya mendengarkan suara yang berbeda “ ceeet “ jeda. Lalu mulai lagi “ceeeet” jeda lagi. Tentu itu bukan suara burung gereja. Pasti burung lain. Sayapun mendongakkan kepala saya dan girang alang kepalang, karena saya melihat burung kecil itu masuk kembali ke halaman rumah saya.
Kali ini ia mampir ke dahan bunga Tabebuia, lalu pindah ke dahan bungan mentega (Oleander) yang berada persis di bawah pohon pucuk merah. Sayang, cuma beberapa detik. Lalu kabur lagi. Warna kepala dan dadanya merah padam, dengan perut abu-abu dan sayap berwarna hitam. Paruhnya agak runcing,berwarna hitam.Saya pikir itu adalah burung yang disebut Kedis Tabya-Tabya kalau di Bali. Sementara orang Betawi menyebutnya Burung Cabe. Nama resminya adalah Scarlet Headed Flowerpecker (Dicaeum trochileum). Disebut begitu, karena warna kepada dan dada atas jantannya memang sangat merah menyala, mirip Cabe. Sementara yang betina berwarna lebih redup.Tunggingnya berwarna merah,dengan bagian atas coklat dan bagian bawah putih suram.
Satu hal yang menarik hati saya,mengapa burung itu selalu berusaha mendekati pohon pucuk merah di halaman rumah saya. Ada apa ya? Setelah burung itu pergi,lalu sayapun mendekat ke pohon itu. Wow! Ada sarang burung! Satu, dua, tiga..namun posisinya cukup tinggi. Jadi saya tidak bisa mengintipnya dari atas. Saya tidak tahu itu sarang burung apa. Apakah itu sarang burung Cabe? Saya tidak terlalu yakin. Saya pikir selama ini burung –burung yang bersarang di halaman rumah saya hanyalah burung gereja saja.
Saya juga melihat kembali dahan pohon bunga mentega tempat burung cabe tadi bertengger. Banyak sekali benalu (Loranthus sp) tumbuh di dahannya.alangkah kasihannya tanaman itu. Makin lama tentu akan semakin kurus.sementara pohon benlau itu makan lama makin besar. Makin rindang dan makin menguasai si tanaman induk semang. Makin besar, berbunga dan berbuah. Karena kesibukan,saya belum sempat membersihkannya belakangan ini. Oh, sekarang saya baru ingat dan seketika mengerti,mengapa burung kecil merah itu rajin datang ke dekat pohon pucuk merah saya. Rupanya karena di dekatnya ada pohon bunga mentega yang dahannya penuh ditumbuhi benalu. Dan Burung Cabe, sangat menyukai buah benalu, selain juga menyukai serangga kecil dan biji-bijian. Pantas saja!.
Rupanya kemalasan saya kali ini menghasilkan sesuatu yang baik. Burung Cabe jadi rajin datang berkunjung.
pertama kali lihat burung cabe di mari Mba Made. Hihihi. Nambah ilmu terus setiap mampir ke sini. Etapi belom pernah lihat burung ini di sekitar rumah saya Mba Made. Padahal kalo burung pipit dan burung kecil lain banyak banget berkeliaran.
LikeLike
Baru tahu kalau namanya burung cabe. Burung jenis ini juga sering mampir di halaman rumahku, Mbak. Malah ada temannya yang sejenis tapi warnanya kuning. Biasanya mereka mampir pagi atau sore kalau halaman habis disiram dan di kelopak daun yang lumayan cekung ada air tertampung. Burung-burung itu suka mandi di situ 🙂
LikeLike
Ya..yang merah menyala namanya begitu Pak Chris.. Yang kuning barangkali cinenen bukan?
LikeLike
warna merahnya bagus sekali. Apakah karena merah mirip cabe jadi dinakan burung cabe
LikeLike
Belon pernah liat burung ini tp seneng ya mba msh bny burung dkt rumah
LikeLike
Cantikkkk! Aku blm pnh ngeliat burung kyk gn.
LikeLike
Sering lihat, tapi dimana yah? *mencoba mengingat2 wlw tak mungkin ingat, :D*
LikeLike
suka fotonya, kereen
LikeLike
rejeki banget mbak bisa lihat si merah cabe ini …, jadi biji benalu itu emang makanannya ya….
LikeLike
wah, yisha baru tau ada burung cabe. kayaknya di yisha ngga ada deh… 😦
LikeLike
Selamat malam,…Blogwalking,…Burung yang indah tu,…saya suka melihatnya walaupun hanya photo aja di postingan blog ini, salam bu Made.
LikeLike
Penampilan burung cabe yang cantik, kegesitannya terimbangi oleh kecepatan Jeng Ade mengabadikannya.
LikeLike
Gemes lihat burung cabenya…
LikeLike
wah seneng ya Made, kalau ada burung yang mampir ke halaman apalagi sampai bersarang… baru baru ini juga ke halaman belakang rumah saya suka datang burung holibri, saya berharap dia mau bersarang….
LikeLike
Senang baca artikel tentang tanaman dan burung.Taman depan rumah sudah sering jadi tempat burung mampir, seperti burung gereja, perkutut, kutilang, burung penghisap madu, burung emprit, burung prenjak.
Halaman depan sudah saya buat serindang mungkin dengan tanaman jambu, pucuk merah, alamanda, palem, termasuk ada pula delima. Semoga ada burung yang mau bersarang di salah satu pohon tersebut.
LikeLike