Animal Behaviour : Territorial Defense.
Di rumpun bambu di tepi kali belakang rumah saya, tinggalah sepasang burung Kipasan. Pasangan burung itu kelihatan selalu mesra dan bahagia. Setiap saat mereka bermain dan mencari makan dengan riang gembira. Mereka terbang dari pohon kersen, menclok di semak-semak, istirahat sejenak di atas tembok. Menari berlenggak lenggor sambil mengembangkan sayapnya yang indah, bernyanyi bersiul siul memamerkan suaranya yang gacor. Hidup sehat dan bahagia, dengan stock makanan berupa serangga-serangga pinggir kali yang melimpah ruah jumlahnya. Cukup mudah buat saya untuk menemukan burung ini. Pertama tentu dari suaranya yang khas, yang bisa saya dengar dan identifikasi dari jarak jauh. Kedua dari kebiasaannya berada. Karena sering melihat saya jadi hapal mana-mana saja dahan yang menjadi tempat favoritnya untuk bertengger.
Suatu sore menjelang maghrib, saya melihat seekor Burung Kipasan sedang terbang turun naik, hinggap lagi di pohon kersen. Saya heran melihat tingkah lakunya yang aneh. Terbang dengan gerakan -gerakan gila seolah sedang menyerang sesuatu yang tak terlihat. Suaranya pun aneh seperti sedang marah. Tak berapa lama datang lagi pasangannya. Juga menunjukkan perilaku yang aneh. Ada apa ya?
Saya melihat kejadian itu dari jarak sekitar 20 meter. Tanpa begitu mengerti akan apa yang sedang terjadi, sayapun memotret kedua burung itu. Sayang hari sudah mulai gelap. Karena saya tidak menggunakan lampu tambahan pada kamera saya, ditambah dengan jarak burung itu yang cukup jauh dari tempat saya berdiri, membuat gambar-gambar yang saya hasilkan menjadi sangat kabur. Ketika saya men’zoom’ hasil jepretan, barulah saya sadar akan apa yang rupanya sedang terjadi. Ternyata ada seekor burung lain yang terlihat sangat stress terbang kepinggir dan akhirnya berdiri di pojokan sedang diserang oleh Burung-burung Kipasan itu. Itu adalah Burung Kedasih. Aduuuh kasihannya!. Pantes saja sebelumnya saya ada mendengar suara burung ini dari kali.
Burung Kedasih dan Reputasinya Yang Buruk.
Hampir semua orang tentu tahu Burung Kedasih bukan? Setidaknya pernah mendengar nama dan reputasinya yang buruk. Ya. Burung Kedasih alias Daradasih (Cocomantis merulinus), walaupun namanya terdengar sangat cantik, namun memiliki perangai buruk yakni sangat malas dan tidak mau membuat sarang sendiri. Juga tidak mau merawat dan memberi makan anaknya sendiri. Ia lebih suka menitipkan telornya di sarang burung lain dan berharap induk burung lain lah yang akan bekerja memberi makan dan merawat anaknya. Tak jarang burung kedasih juga mencuri telor di sarang burung yang ditargetkannya.Anak burung Kedasih biasanya lebih cepat besar karena rakus. Ia juga sering menendang anak burung lain keluar sarang hingga terjatuh dan mati. Itulah sebabnya mengapa banyak burung lain tidak menyukainya dan selalu berusaha menyerangnya.
Selain itu, burung Kedasih juga dianggap sebagai burung pembawa berita kematian. Suaranya yang mendayu ” tiiiiir..tiir tiir tiir tiir tiir, terdengar sangat sedih. Sehingga banyak orang tidak ingin mendengarkannya. Saya tidak tahu kebenarannya, namun mitos ini rupanya ada di berbagai suku di tanah air, dan bahkan pada bangsa lain juga. Banyak tulisan mengenai mithos ini bisa kita baca.
Saya mendengar cerita di kalangan orang tua jaman dulu di Jawa Barat, jika ada mendengar suara burung ini, maka biasanya orang akan membakar tikar dengan harapan kesialan segera pergi. Saya juga pernah membaca bahwa di Lithuania juga ada cerita rakyat tentang seorang wanita yang kehilangan ketiga orang anaknya di medan perang dan mendapatkan kabar menyedihkan ini dari seekor Burung Kedasih. Sejak itu ibu itupun mengembara, berusaha mencari kuburan anaknya. “you can only understand the song of a cuckoo, if you suffer from a pain” . Kebenarannya memang tidak pernah ada yang tahu. Namanya juga mitos. Dan faktanya, walaupun banyak yang sering mendengarkan suaranya, memang tidak banyak orang yang pernah melihat rupa burung ini aslinya.
Beberapa hari setelah melihat burung ini, kebetulan sekali memang saya menerima kabar kalau satu-satunya kakak ibu saya meninggal dunia. Sayang saya tidak bisa pulang, karena saat itu saya sedang tugas di Malaysia. Tentu saja saya tidak menghubungkan kematian paman saya itu dengan suara burung ini. Itu hanya sebuah kebetulan. Bagi saya Burung Kedasih ya memang hanya seekor burung saja yang punya nada suara yang terdengar menyedihkan.
Kipasan, Si Penjaga Teritori.
Burung Kipasan (Rhipidura javanica) adalah salah satu burung yang sangat aggresif dalam menjaga teritorinya selamam usim berbiak. Setahu saya ia memiliki wilayah dekat sarang yang dijaganya dengan sangat ketat. Lalu memiliki wilayah untuk menangkap capung, laba-laba, lalat, belalang dan sebagainya serta minum yang tak jauh dari sarangnya. Dan berikutnya wilayah jelajah yang agak lebih luas untuk bermain-main. Terutama pada musim berbiak, mereka tidak akan pergi jauh-jauh dari sarangnya. Ia tidak segan-segan mengusir burung lain yang mendekati sarangnya. Dan tentu saja, jika mengetahui ada seekor Burung Kedasih betina yang mendekati sarangnya, sudah pasti akan sangat berang. Tentu ia tidak mau sarangnya kemasukan maling. Ia tidak mau burung Kedasih itu memakan telornya dan menukarnya dengan telor burung Kedasih. Sekarang saya mengerti mengapa burung Kipasan itu berlaku sangat aneh.
Saya merasa sangat terkesan dengan cara Burung Kipasan itu mengelola dan menjaga wilayahnya dengan baik.
1. Burung Kipasan membagi wilayahnya dengan baik. Mana wilayah utama dimana ia menempatkan sarangnya, mana wilayah mencari makan dan mana wilayah bermain-main dan bertamasya. Ia sangat fokus pada wilayah utamanya. Saya sangat sering melihat burung ini berjaga di ranting-ranting yang sama setiap hari tak jauh dari rumpun bambu tempat tinggalnya.
2. Ia berpatroli secara bergantian dengan rajin untuk memastikan tidak ada binatang lain yang mendekati sarangnya. Apalagi mencuri telornya.
3. Jika ia melihat seekor musuh (dalam hal ini adalah Burung Kedasih) yang sedang berusaha mendekati sarangnya. maka ia akan berteriak-teriak dan menyerangnya dengan tanpa kenal lelah. Berjam-jam lamanya, hingga burung Kedasih itu bergeser mundur dan menjauh dari wilayahnya.
Tingkah laku Burung Kipasan ini jadi mengingatkan saya akan anak-anak dan keselamatannya. Apakah selama ini kita sudah cukup memberi perlindungan dan penecagahan terhadap kemungkinan kejahatan terhadap anak-anak kita? Misalnya memastikan rumah terkunci saat kita meninggalkan anak-anak sendiri tanpa penjagaan? Atau mentraining anak-anak bagaimana caranya menghadapi orang tidak dikenal yang mencoba masuk ke dalam rumah?
Mari kita lindungi keluarga anak-anak dan kita tercinta…
ternyata suara burung kedasih itu lebih menakutkan dari burung hantu ya mbak…
LikeLike
Ya..Da. Suaranya sebenarnya sedih..bukan menakutkan, tapi..ya ..ujung-ujungnya orang takut mendengarnya he he..
LikeLike
pernah dulu diceritakan soal burung kedasih, padahal namanya bagus ya, burung penuh kasih, dadardasih.. jadi malah mirip burung gagak, pembawa berita jelek..
kog hafal gitu mbak jenis burung? dari suara apa dari kepakan?
LikeLike
Ya..mungkin karena suaranya yang sedih banget gitu Mbak Tin, jadinya Kedasih dihubung-hubungkan dengan kesedihan juga.
Ya..sejak kecil aku memang seneng banget sama burung, Mbak. Suka manjat-manjat pohon buat melihat sarangnya. Jadi sejak kecil memang suka mempelajari literatur-literatur tentang burung lalu nyocok-nyocokin dengan yang kutemukan di alam. Sampai sekarang kayanya aku punya belasan buku tentang burung sih.. sampai sobek-sobek saking seringnya kubaca.
Tapi aku tidak tahu semua burung kok. tahu beberapa jenis saja. Biasanya ya dari tampangnya dulu…lalu jika sudah sering lihat baru hapal suaranya. Tapi kalau burung Kedasih ini, aku lebih hapal suaranya baru belakangan aku tahu wajahnya..
LikeLike
dari dulu pengen banget denger suara burung hantu.. ku kan punya pendengaran kurang.. jadi kalu ada lagu kuku kuku kukukukukuku, emang gitu ya suara burung hantu?
pernah ikutan mbahkung berburu burung di hutan.. cuma ya ga denger suaranya aja, lihatnya pake keker..
LikeLike
Kalau setahuku sih nggak.kalau yang berbunyi kuku kuku kuku itu justru suara burung Kukuk. Burung Kedasih ini termasuk ke dalam keluarga Burung Kukuk. Dan biasanya memang banyak yang mengkaitkannya dengan waktu.. sehingga kalau diliuar kita mengenal ada jam dinding yang disebut Cuckoo clock karena setiap berdentang bunyinya kaya bunyi burung Kukuk.
Kalau burung hantu biasa bunyinya ” Puuk. Puuk . ” terputus putus. makanya di ebebrapa daerah disebut juga dengan Burung Celepuk, karena suara “puuk” nya itu. Ada beberapa jenis burung hantu lain yang suaranya juga agak berbeda.. misalnya yang jenis Burung hantu elang Sumatera ( Bubo sumatranus) suaranya ditelingaku kaya ” kerkk … kerrkk…” . Aku tahu karena pernah memeliharanya jaman dulu.
LikeLike
Ingat cerita jaman baretooo ttg wanita yg namanya Darsih, apa Kadarsij ya lupaaa.. Yg jadi wanita simpanan yg berakhir tragis.. Jadi hantu kalo ngga salah .. Ini lg muter ingetan jaman kecil dulu hehe maaf kalau salah 🙂
Suara di Cuit ungcuing jg waduuh ngga tau nama indonesianya nih, itu jg bawa berita sedih, sama halnya burung Gagak yah?
Eh disini banyak burung Gagak juga jd mitos ngeri ttg burung Gagak disini mah ngga terlalu seserem di Indo.
Burhan alias burung hantu bunyinya uhuuu…huuuuu….huuuu… bukan?
Sambil lehernya berputat 180 derajat 🙂
LikeLike
iya mbak cuma tau nama daradasih dari novel2 bersetting Jawa, fisiknya nggak pernah lihat mbak
LikeLike
Aku baru tahu tentang burung kedasih & kipasan disini mb… dua burung yang memiliki karakter berbeda ya 🙂
LikeLike
kenken burung kedasih ento munyinne mbok?
LikeLike
Di kampung saya, masih banyak yang meyakini mitos burung kedasih ini jika berbunyi terus menerus di sekitar rumahnya.
begitu detailnya Bu Dani menceritakan tingkah laku burung kipasan ini memberi gambaran burung ini begitu nyaman memiliki teritori di belakang rumah Njenengan.
LikeLike
violance, it’s all about mother nature mbak……..
jd intinya tetaplah waspada!
LikeLike
Aduh benar2 malas burungnya..
LikeLike
Saya malah fokus cara motret burungnya itu Mbak..hehehe…soalnya aku gagal terus motret burung..
Aku belum pernah liat burung Kedasih, padahal aku tinggalnya di desa.. hiks
LikeLike
Terkesima dengan cara Jeng Dani mengenali burung dari bunyinya. Belajar dari burung Kipasan yang gigih mengupayakan kenyamanan keluarga dan melindunginya dari intervensi Kedasih. Matur suksma.
LikeLike
Bagus ya, serasa barang filosofi burung.. Salam kenal 🙂
LikeLike
Bagus ya, serasa belajar filosofi burung.. Salam kenal 🙂
LikeLike
Salam kenal Fanny. Tadi saya mampir ke tempatmu..
LikeLike
Ternyata, burung pun bisa jadi refleksi sifat-sifat manusia ya. Rakus, egois, pemalas.
Alam memang balance, ada yang baik ada yang jahat.
Harus bisa melindungi keluarga kita dari ancaman bahaya.
LikeLike
say abaru tau namanya burung kedasih bun
LikeLike
Ternyata tak hanya manusia yang berperingai buruk ya Mbak…burung pun ada yang seperti burung Kadasih ini, gambarnya tak seberapa jelas…akan tetapi saya masih seneng di Bali masih bisa menemui burung-burung yang dulu hanya saya liat di TV atau buku.
LikeLike
burung kedasih sngat merugikan bagi pecinta burung berkicau 😦 termasuk sya. adakah solusi cara mengusirnya???
LikeLike
Sudah beberapa minggu ini ada suara burung kedasih di kamoung halaman namun tidak ada yg meninggal mungkin itu hanya mitos
LikeLike
Ya. Saya rasa itu memang mitos. Di kali di belakang rumah saya malah habitat burung kedasih
LikeLike