Burung Gereja Di Atap Rumahku.

Standard

Burung Gereja 5Setiap orang tentu sangat familiar dengan burung gereja, bukan? Burung kecil keluarga dari paseriformes ini adalah burung yang sangat umum kita temukan di mana-mana. Sibuk terbang di halaman sekolah, mencari makan di halaman rumah,menclok di atap ruko, bertengger di pagar perumahan,bercerecet dari cabang pohon jambu di halaman kantor dan sebagainya. Itulah sebabnya mengapa burung ini dipanggil dengan nama lain House sparrow (Passer domesticus).  Karena keberadaannya sangat dekat dengan rumah.

Saya sedang berpikir, barangkali dulunya burung ini banyak  juga berkeliaran di halaman gereja – sehingga dipanggil burung gereja di Indonesia. Apapun panggilannya, mau House sparrow ataupun Burung Gereja, yang jelas burung  ini  adalah burung yang paling dekat dengan kehidupan manusia.

Di rumah saya, tinggal berpuluh-puluh burung gereja yang sangat riang bercerecet setiap hari. Saya senang memandangnya. Warnanya yang coklat, bercampur hitam dan sedikit putih memang tidak terlalu indah, namun tingkah lakunya cukup menggemaskan dan sangat menghibur.  Setiap hari sibuk memakan biji-biji rerumputan. Kadang saya menebar sejumput beras bagi burung-burung gereja ini. Merekapun turun ke halaman. Ia mau makan beras yang saya tebarkan. Dikasih sisa  nasi  pun burung ini  tidak keberatan.

JinengBarangkali karena tidak pernah diganggu, makin lama burung ini makin merasa nyaman berada di rumah. Bahkan  membuat sarang di atap rumah saya. Burung-burung itu bertelur dan membesarkan anak-anaknya di sana. Kalau tidak salah hitung barangkali ada lebih dari 50 sarang burung gereja di sana. Dengan adanya sarang-sarang burung di atap rumah ini, sudah pasti membuat halaman rumah saya selalu rame dengan suara burung gereja. Terutama pada pagi hari saat burung-burung ini baru bangun tidur dan bersiap untuk mencari makan.Dan pada sore hari saat burung-burung ini baru pulang kembali ke sarangnya. Mereka datang dari berbagai penjuru lalu masuk ke sarangnya masing-masing. Kadang-kadang ada juga anak burung gereja yang tergelincir saat belajar terbang di halaman. Walaupun demikian ia tetap semangat untuk belajar terbang lagi. Saya senang menontonnya.

Sarang burung Selama ini burung-burung ini belum menimbulkan masalah.Kalaupun ini bisa dibilang masalah, hanyalah atap rumah saya menjadi  terlihat bolong-bolong karena dijadikan pintu masuk oleh burung-burung itu. Pasalnya adalah karena atap rumah saya itu terbuat dari jerami alang-alang.  Rumah beratap alang-alang  ini kalau di Bali disebut dengan Jineng atau Klumpu.

Jineng, dalam bahasa Bali  artinya adalah sebuah bangunan traditional yang aslinya berfungsi sebagai tempat penyimpan padi sehabis panen dan setelah dikeringkan.   Sama dengan lumbung. Bagian atasnya,  adalah ruang untuk menyimpanan padi kering. Sedangkan bagian bawahnya, biasanya dipasangkan dipan atau bale-bale untuk menyimpan sementara padi yang masih belum 100% kering.  Dengan demikian, maka  mudah untuk dijemur dan diangkat kembali selama beberapa hari. Setelah benar-benar kering, barulah padi diangkat dan disimpan di atas.  Jineng, umum kita temukan di halaman rumah-rumah masyarakat agraris di pedesaan di Bali.

Namun di Jakarta, saya menggunakannya sebagai kamar tidur  pada bagian atasnya. Sedangkan bagian bawahnya, saya jadikan tempat untuk duduk-duduk.  Buat ngobrol,  buat makan lesehan rame-rame atau buat sekedar leyeh-leyeh sambil menikmati angin yang semilir.

Jineng ini dibuatkan oleh adik saya yang nomer empat.  Sangat kebetulan adik saya seorang Arsitek, jadi  Jineng itu pun sedikit dimodifikasi olehnya. Ukurannya disesuaikan agar  bagian atasnya bisa dijadikan kamar tidur  3 x 4m. Selain itu ketinggiannya pun disesuaikan dengan tinggi badan suami saya, agar jika ia berdiri di bale-bale di bawah,  kepalanya tidak kejedot lantai bagian atas Jineng.  Ia  membawa  tukang  atap khusus dari Bali  yang biasa memasang atap alang-alang.  Atap itulah yang sekarang menjadi rumah nyaman bagi burung-burung gereja itu.

Walaupun atap rumah saya agak bolong-bolong dibuatnya (*tapi belum sampai bocor), sebagai penggemar burung, tetap saja saya senang sekali akan keberadaan  burung gereja ini di rumah saya. Mendengar suaranya yang sangat riang,membuat saya ikut merasa riang dan bahagia.  Saya tidak pernah mengganggu burung-burung ini. Saya pikir lebih damai hidup selaras dengan nyanyian burung-burung gereja ini.

31 responses »

  1. Dulu di depan rumah saya, biasanya mereka bersarang di sela-sela tiang listrik. Mereka senang sekali memakan gabah (Beras yang masing ada cangkangnya), apalagi rumah saya dekat dengan penggilingan padi. jadi setiap kali kami menjemur padi hasil panen, mereka pasti menjadi musuh utama kami. Meskipun demikian, suara khasnya membuat rindu kampung halaman 😀

    Like

  2. Asri sekali rumahnya Mba. Senang sekali pasti Burung Gereja datang dan main-main. Di rumah saya setiap pagi juga ada sekumpulan burung gereja yang bahkan sampai masuk ke dapur untuk mencari biji-bijian yang terserak. Aaqil juga suka lihatnya..

    Like

Leave a comment