Ada sebuah tanah kosong di daerah seputar Graha Raya Bintaro yang sering saya lewati. Jika akhir pekan, tanah lapang itu penuh. Di sana ada banyak kuda-kuda tunggang dan kuda delman yang disewakan. Ibu-ibu pun rajin datang ke sana beserta anaknya. Sesekali saya pun ikut nongkrong di sana untuk ikut melihat keindahan dan ketangkasan kuda -kuda itu berlari di padang rumput buatan manusia itu.
Melihat kuda-kuda yang banyak merumput di situ, tiba-tiba saya teringat akan sebuah pertanyaan anak saya yang kecil dulu, “Ma, mengapa kepala kuda itu ditutup kain?“. Sayapun melihat ke arah kuda-kuda itu. Memang benar kepalanya ditutup, entah dengan kain ataupun bahan lain dan hanya menyisakan sedikit lubang di kedua matanya. “Oh! Itu namanya kacamata kuda” jawab saya. “Mengapa kuda disuruh memakai kacamata?“tanya anak saya lagi. “Supaya kudanya tidak menengok ke sana kemari. Nanti Pak Kusirnya susah ngasih tahu kudanya agar jalan ke tujuan yang diinginkan” kata saya. Untuk mencapai tujuan, kuda perlu fokus dan, kacamata kuda itu memang perlu.
Mengingat itu, saya jadi berpikir, kadang-kadang kacamata kuda itu sebenarnya perlu juga digunakan oleh kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Seorang teman bercerita kalau dulunya ia pernah kuliah. Namun tidak menyelesaikan pendidikan S1-nya, karena kepalang kenal uang. Saat itu ia telah menuntaskan semua mata kuliahnya, tinggal menyusun skripsi. Beberapa bulan lagi tentu ia bisa maju untuk sidang, lalu lulus dan di wisuda. Ia mulai menyusun proposal penelitian dan berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya. Saat mengerjakan itu, ia merasa punya banyak waktu yang luang. Rupanya dosen pembimbingnya tak selalu ada setiap kali iamembutuhkan bimbingan. Kadang harus menunda konsultasinya sehari- dua hari. Saat itu seorang trmannya memberi informasi lowongan part time di sebuah perusahaan. Ia pikir, kalau bisa mulai bekerja lebih cepat mengapa tidak? Toh juga tujuan kuliah ujung-ujungnya untuk mencari kerja. Ia pun mencoba melamar dan diterima.
Sebulan berlalu ia mengerjakan skripsinya dengan baik sambil bekerja. Horee! Pertama kali mendapat gaji atas jerih payah sendiri memang sangat membanggakan. Bulan ke dua, ia semakin semangat bekerja dan tetap berusaha mengerjakan skripsinya. Namun karena kadang dosennya tidak ada saat ia ke kampus, ia mulai merasa agak malas. Bulan ke tiga semakin malas lagi dan semakin malas di bulan-bulan seterusnya. Ia merasa lebih baik menghabiskan waktu dengan kerja lembur untuk mendapatkan tambahan uang.Bulan demi bulan berlalu, dan tahun demi tahun pun lewat dan skripsi itu tetap tak jadi jadi, hingga akhirnya ia dinyatakan Drop out dari kampusnya. Di kantor pun ia mengalami kesulitan untuk naik posisi karena kalah saing dengan anak-anak sekarang yang memiliki gelar S1 atau S2.
Sekarang ingin melanjutkan lagi, tapi biaya kuliahpun semakin tinggi dan tidak terjangkau oleh penghasilannya sendiri. Sementara orang tuanya sudah tua dan pensiun dan tak mampu lagi membantunya. Saya sedih mendengar ceritanya.
Cerita yang lain datang dari teman yang memegang project pengembangan sebuah produk baru. Awalnya ia mengikuti keseluruhan step step yang perlu dilakukan dengan tertib dan teratur. Mulai dari Ideation, research-research, pembuatan konsep dan sebagainya. Masalah mulai terjadi ketika ia masuk ke fase Development. Ia telah mendapatkan formula yang bagus dengan wangi yang enak. Tinggal menunggu kemasan yang designnya sedang dibuat.
Suatu hari atasannya mereview projectnya dan berkata, “Ini wanginya agak kurang seger ya. Coba lihat ada nggak alternatif fragrance lain?” Ia menjelaskan bahwa fragrancenya itu sudah lolos test konsumen. Tapi atasannya mengatakan “Kan masih ada waktu.Sementara kamu menunggu designnya jadi, bisa test ulang lagi. Masih cukup waktunya kan? Kalaupun mundur paling sebulan” kata atasannya sambil memberikan contoh.
Ia mencari fragrance baru lagi. Ngetest lagi dari awal. dan tentunya itu membutuhkan waktu beberapa bulan. Ketika design kemasannya jadi, ia merasa ada yang kurang sreg dengan element grafiknya. “Sementara menunggu fragrance yang baru, tidak ada salahnya aku perbaiki dulu sekalian. Masih ada waktu.Kalaupun telat, paling sebulan” pikirnya. Maka ia pun melakukan brief ulang ke Creative Designer. Ketika fragrance yang baru selesai dan sudah lolos test, atasannya berkomentar bahwa “Skin feel-nya kok agak kurang enak ya? Masih ada waktu kan? Toh juga masih menunggu design? Bisa coba perbaiki sedikit nggak?” Atasannya mengambil sample sebuah produk dari luar dan memebrikan sebagai referensi.”Ide skin feelnya ini kaya gini” lanjut atasannya. ia mencoba dan memang terasa enak. “Wah. Ide bagus juga” pikirnya.
Akhirnya ia datang lagi ke Laboratorium dan meminta bantuan perbaikan formula. Demikianlah seterusnya. Ia merubah formula lagi, design kemasan lagi, fragrance baru lagi, setiap kali ia atau atasannya punya ide baru. Tanpa terasa bulan demi bulan berlalu, menjadi setahun.Demikian juga tahun berlalu tak terasa akhirnya telah lewat dua tahun dan produk baru itu belum keluar juga ke pasaran.
Dua kisah di atas, jelas sekali menunjukkan kepada kita bahwa kacamata kuda itu kadang sangat diperlukan bagi kita juga. Walaupun kita terbuka untuk gagasan dan ide-ide baru, namun pada suatu titik kita harus fokus. Fokus, Fokus dan fokus. Jangan tergiur pada kindahan bunga-bunga yang kita temukan di pinggir jalan, yang mungkin saja memberhentikan langkah kaki kita untuk maju ke depan.
Pasang kacamata kuda dan tancap gas. Tidak usah pakai tengok kiri kanan lagi, tetap berjalan lurus dan pastikan tujuan kita tercapai dengan baik.
Ah ya, aku setuju mbak. Kadang perlu pakai kacamata kuda supaya tetap fokus pada tujuan yg mau dicapai. Selamat jumat 🙂
LikeLike
Terimakasih Mbak Messa. Ya kadang kita memang perlu bantuan untuk bisa fokus.
LikeLike
Pagi2 mendung begini dapat ‘pencerahan’ buat semangat akang dalam bekerja, terima kasih Mba 🙂
LikeLike
ha ha ha.. matahari barangkali,Kang..
LikeLike
betul mbak… kalau terus melenceng, mampir-mampir malah tujuan awalnya tidak tercapai.
LikeLike
itu yangs ering terjadi Mbak. Awalnya nggak terasa,melenceng dikit nggak apa-apa. tapi karena melenceng lagi dan melenceng terus ..akhirnya menjadi terlalu jauh dari tujuan awal.
LikeLike
Iyaaaa. kacamata kuda kadang perlu Mba untuk kehidupan.. 😀
LikeLike
iya banget Dan. Untuk membantu kita lebih fokus. Kadang kadang kita agak sukamelenceng juga ya.. he he
LikeLike
Setuju…kuda aja bisa dipaksa fokus, masa kita enggak hehehe..pake kaca mata kudanya : -)
LikeLike
ya..harusnya kita lebih bisa lagi ya Mbak..
LikeLike
sesuai niat , jangan goyah dengan rintangan, tetap lurus kedepan ya bun. Bun maaf baru bisa mampir lagi
LikeLike
tetap fokus Mbak.
Nggak apa-apa Mbak Lidya.. saya juga hanya bisa mampir belum tentu seminggu sekali..Tapi yang penting kan persahabatan kita jalan terus..
LikeLike
kadang juga perlu untuk cuek (buta dan tuli) terhadap sekitar untuk melakukan sesuatu.
LikeLike
ya..kadang-kadang perlu juga sih Pak. kalau kebanyakan tengok-tengok bisa melenceng jauh..
LikeLike
Yang penting sih ya fokus itu, Mbak, karena kalau terlalu melihat ke depan tanpa memperhitungkan kanan kiri juga bisa berbahaya juga, bukan?
LikeLike
Bener Pak Chris..kembali fokus itu perlu.. setelah kebanyakan melirik ke sana ke mari he he. Tapi memang benar sih.. kalau nggak nengok kiri kanan sama sekali juga malah berbahaya ya Pak..
LikeLike
menyimak 😀
LikeLike
terimakasih Pak
LikeLike
setuju mbak…, kalau lirik2 sana sini malah telat nyampenya ya
LikeLike
ya.. sering banget tuh kejadiannya begitu Mbak Monda..
LikeLike
Kayaknya aku perlu beli kacamata kuda nih biar gampang fokus
LikeLike
[lagi pasang kacamata kuda] biar fokus sama materi meeting, alihalih melirik makanan enak diujung meja..
LikeLike
ha ha ha.. jadi fokusnya malah pindah ya Mbak he he
LikeLike
Sepakat Mbak…kalo mata kesana kemari bisa2 tersandung kita…#arti harafiahnya di terapkan dalan menjalani kehidupan sehari – hari
LikeLike
ya Mbak.. apalagi keasyikan menengok ke kiri kanan.. lupa sama yang di depan..
LikeLike
mmmm…dideket sini dimana ya ada jual kacamata kuda? 😀
LikeLike
nah itulah.. dimana ya dijualnya he he
LikeLike
Saya suka tulisan ini Bu …
Kandidat the nine untuk 2014 nih hahaha
Bicara masalah product development … Memang tak pernah selesai … atas nama continous improvement … dan semangat untuk seeking the best option … Membuat produknya nggak di launch-launch ….
Keburu disikat kompetitor
Hahahs
Salam saya Bu
LikeLike
wah…terimakasih Om, jika bisa jadi kandidat he he
Ya.. itu yang paling sering terjadi dalam produt development.. akhirnya disikat habis kompetitors he he
LikeLike
bisa juga berarti fokus pada tujuan.
belajar dari kuda…
LikeLike
ya.. tapi kuda juga diajarin fokus oleh manusia he he
LikeLike
Apakah ini akibat selalu merasa kurang ya, sehingga tidak pernah sampai tujuan. Berkali-kali diperbaiki untuk mendapat hasil yang tidak pernah sempurna.
LikeLike