Pernahkah membayangkan sesuatu yang buruk terjadi pada hewan kesayangan anda? Misalnya penyakit yang berbahaya atau luka serius yang membutuhkan bantuan dan penanganan yang lebih mendalam lagi? Atau bahkan terpaksa harus mengalami tindakan bedah?
Beberapa orang, mungkin akan sedikit mengernyitkan alis ketika mendengar operasi bedah dilakukan pada hewan. Sebagian mungkin tidak bisa membayangkan betapa mewahnya? Mengapa hewan perlu diperlakukan sama dengan manusia? Pakai operasi bedah segala? Wong duit untuk biaya rumah sakit manusia saja nggak punya, boro-boro buat ngurusin hewan? Atau sebagian lagi barangkali teringat praktikum Biology waktu di bangku sekolah, dimana kita diajarkan membedah katak untuk mempelajari otot-otot dan organ tubuhnya.
Bedah pada hewan! Alias Veterinary Surgery telah dilakukan sejak jaman dulu kala. Baik dengan tujuan untuk kepentingan penyelamatan hewan itu sendiri maupun untuk kepentingan manusia.
Untuk kepentingan dan kesejahteraan hewan itu, misalnya bedah yang dilakukan untuk membantu hewan dari penyakit yang berbahaya (tumor, cancer, pengangkatan batu ginjal, jantung dsb) atau kecelakaan yang mengakibatkan patah/rusaknya organ tubuh hewan sehingga membutuhkan operasi pemotongan/amputasi, penyambungan tulang dan sebagainya. Tentu semua tindakan itu dilakukan demi kesehatan dan kesejahteraan hewan itu sendiri.
Selain itu, bedah pada hewan juga dilakukan demi kesejahteraan manusia. Misalnya adalah bedah Kastrasi/Kebiri yang banyak dilakukan pada hewan ternak dengan tujuan untuk meningkatkan berat badan ternak dengan cepat, operasi pengangkatan rahim /indung telur & uterus (Ovario-Hysterectomy) tanpa indikasi medis yang dilakukan karena pemilik hewan tidak ingin hewannya beranak pinak banyak di rumahnya, dan sebagainya hingga operasi kosmetik untuk kecantikan hewan itu sendiri ataupun demi keamanan pemiliknya, seperti misalnya Tail docking, Ear trimming, Livestock Dehorning/pemotongan tanduk pada ternak dsb.
Memang untuk yang saya sebutkan terakhir itu masih terjadi kontroversi – bahkan di kalangan dunia Veterinary sendiri – apakah itu against terhadap Animal Welfare atau tidak, karena pada kenyataannya hewan tak mampu mengatakan kepada manusia apakah ia senang dan setuju untuk dioperasi atau tidak. Masih terjadi perbedaan pandangan dari satu negara ke negara lainnya.
Namun apapun pandangannya, kenyataannya kedua jenis operasi bedah pada hewan itu baik dengan indikasi medis maupun tidak, baik untuk kesejahteraan hewan maupun kepentingan manusia memang banyak dilakukan. Pada akhirnya memang tergantung daripada individu masing-masing. Dan tentunya bagi Dokter Hewan, yang paling penting adalah bagaimana melakukan semua proses surgery itu sesuai dengan standard procedure Kedokteran dan peraturan yang berlaku.
Membicarakan masalah Bedah pada hewan, saya jadi teringat kepada Drh Paulus Mbolo Maranata, seorang dokter hewan yang jam terbangnya dalam melakukan pembedahan hewan cukup panjang. Dokter Hewan jebolan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana di Denpasar ini, bersama keluarganya pada saat ini berdomisili di Batam. Dokter inilah yang juga sempat meng’initiate’ diskusi yang cukup ‘hot’ di grup bb kami tentang pro-cons Cosmetic Surgery on Pets & Livestocks.
Nah, sangat kebetulan, ketika beberapa saat yang lalu saya ada urusan pekerjaan di Batam, saya berkesempatan bertemu dengan dokter yang sangat humoris dan penuh tawa ini, beserta keluarganya.
Sebenarnya saya ingin sekali melihat aktifitas bedah pada pasien yang ia tangani di kliniknya. Namun sayang sekali waktu kunjungan yang sangat pendek (dan juga dikurangi lagi dengan acara makan malam di luar+ ngobrol panjang), tidak membuat saya berhasil melakukannya. Akhirnya di sisa waktu yang ada itu, hanya ada 2 ekor pasien yang sempat ditangani. Yakni seekor kucing dengan gangguan gastroenteritis dan seekor anjing pemburu yang terlihat lemas dan kurang bersemangat setelah kelelahan berburu.
Saya sangat tertarik melihat anjing pemburu itu dan banyak bertanya kepada pemiliknya. Barangkali karena baru pertama kali ini saya melihat seekor anjing pemburu. Ada tanda bintang di tubuhnya. Pemiliknya sengaja memberi tanda untuk memudahkan pengenalan saat dibawa berburu. Rupanya cukup banyak juga jenis anjing pemburu dipelihara di sekitar area itu. Anjing itu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan awal yang simple. Cukup untuk indikasi awal.Kelihatan ada parasit yang menginvasi area telinganya. Jika tidak membaik mungkin masih membutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk memahami apakah ada keterlibatan microfilaria dari Dirofilaria imitis dalam menyebabkan kelemahan gerakan anjing pemburu ini, mengingat kasus cacing jantung ini menurutnya juga pernah ditemukan di Batam.
Kasus-kasus Bedah Yang Banyak Ditangani.
Dokter hewan Paulus bercerita tentang cukup banyaknya kasus-kasus bedah yang ia tangani, baik bedah minor maupun bedah mayor, termasuk di dalamnya penangan tumor, kastrasi, cherry eye, tail docking dan sebagainya. Menurutnya kasus bedah yang paling banyak di Batam adalah Kebiri/kastrasi dan Ovario- Hysterectomy.
Anjing di atas mengalami kasus yang disebut dengan “Cherry Eye” . Cherry Eye adalah istilah untuk menyebutkan kondisi mata, dimana terdapat benjolan daging berwarna merah pada sudutnya. Apa yang terlihat sebagai benjolan daging berwarna merah ini sesungguhnya adalah glandula/kelenjar air mata ketiga yang bertugas untuk membersihkan kotoran yang masuk ke dalam mata anjing. Oleh karena suatu sebab, misalnya infeksi bakteri, parasit dsb, jaringan di sekitar kelenjar itu melemah dan posisinya pun bergeser dan mendesak ke arah bola mata sehingga mata anjing mengalami gangguan. Penanganan umumnya adalah melalui tindakan bedah untuk mendorong kelenjar airmata ketiga itu ke posisinya semula atau memotongnya.
Ini adalah gambar anjing yang sama setelah operasi yang dilakukan oleh dokter Paul di Kliniknya. Anjing kelihatan lebih sehat, lebih senang dan lebih cantik, tentunya.
Sebagaimana halnya manusia, hewan pelihataan juga tidak terlepas dari kemungkinan mengalami gangguan tumor ataupun kanker yang tentunya mengganggu kesehatannya. Dan sama menderitanya. Oleh sebab itu membutuhkan pertolongan dari tenaga medis yang handal. Gambar diatas menunjukkan salah satu bentuk tumor testicle yang menyerang anjing dogo argentino yang dishare oleh dr Paul.
Dan berikutnya adalah gambar anjing yang sama 3 hari pasca operasi. Warna biru gelap diakibatkan oleh penyemprotan cairan pelindung agar lalat tidak datang mengerumuni.
Dan yang di atas ini adalah foto area operasi dogo argentino setelah sembuh total.
Selain itu dokter Paul juga banyak melakukan Hysterectomy, yakni operasi bedah untuk mengangkat uterus seperti dalam foto di atas.
Masih ada beberapa gambar yang dishare oleh dokter Paul. Semuanya menunjukkan kepada saya bukti-bukti kesetiaannya pada profesi sebagai Dokter Hewan dan “passion’ tinggi yang dimiliki oleh dokter Paul terhadap dunia Veterinary Surgery. Ia tidak pernah mengclaim tentang passion-nya ini, namun foto-foto itu berbicara sendiri.
Social Services
Rupanya dokter kita yang satu ini juga tidak semata menjalani profesinya demi mengejar uang. “Nggaklah. Biasanya lihat-lihat juga sih. Kalau pemiliknya kira-kira kurang mampu ya paling bayarnya sedikit saja atau kadang malah pernah juga gratis” katanya. Begitu juga jika ia kenal cukup baik, atau tetangga. Anggap saja sebagai suatu bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal kesehatan hewan. Dengan begitu, masayarakat sekitar juga sangat baik kepada mereka sekeluarga . “Kalau lewat suka disapa dan dipanggil-panggil. Pak dokter! Pak dokter!” cerita istrinya kepada saya. Tak jarang juga dibawakan oleh-oleh, kue atau dibayar dengan buah-buahan. Ia merasa sangat senang dan tidak pernah merasa rugi karenanya.
Namun kadang-kadang ia juga mengenakan “charge” dengan harga ‘professional’ sesuai dengan seharusnya kepada pemilik hewan yang ia anggap mampu secara finansial, yang datang ke kliniknya. Dengan demikian, secara umum iapun tidak mengalami kerugian untuk menutup biaya operasional.
Mengobrol dengan dokter Paul sangat menyenangkan. Banyak tawa dan canda diseling dengan pembicaraan yang sedikit lebih serius. Pendapatnya banyak yang menarik dan inspiratif. Sehingga tak terasa malam sudah terlalu larut. Sayapun pamit untuk kembali ke hotel tempat saya menginap dan diantarkan oleh drh Paul dan istrinya.
Continuous Education.
Di perjalanan, saya mengenang kembali sejarah persahabatan kami sejak sama-sama di kampus Kedokteran Hewan Universitas Udayana, di Denpasar – BALI. Selepas dari sana, kami menjalani hidup masing-masing, mengikuti panggilan hati dan nasib yang harus dihadapi, lalu tiba pada hari ini dengan membawa hasil campuran dari pendidikan yang kami terima di bangku sekolah dan kuliah serta ketekunan dan passion kami sendiri-sendiri selama menjalani kehidupan. Ia telah berkembang dan terasah oleh pengalamannya yang sangat kaya di jalur ‘bedah hewan’ alias Veterinary Surgery, yang disebutnya dengan sangat tepat sebagai ‘Continuos Education“. Setiap hari adalah belajar. Setiap pengalaman baru memberikan pelajaran baru. Setiap penanganan kasus baru, juga memberikan pelajaran baru.
Senang bertemu dengan sahabat lama. Setiap orang menjadi unik dan memiliki kisahnya masing-masing untuk diceritakan kembali.
“Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat…”
= Gurindam VI dari Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji=