Monthly Archives: April 2014

Drh. Paulus Mbolo Maranata: Veterinary Surgery & His Passion.

Standard

Dr Paulus M Maranatha 1Pernahkah membayangkan sesuatu yang buruk terjadi pada hewan kesayangan anda? Misalnya penyakit yang berbahaya atau luka serius yang membutuhkan bantuan dan penanganan yang lebih mendalam lagi? Atau bahkan terpaksa harus mengalami tindakan bedah?

Beberapa orang, mungkin akan sedikit mengernyitkan alis ketika mendengar operasi bedah dilakukan pada hewan. Sebagian mungkin tidak bisa membayangkan betapa mewahnya? Mengapa hewan perlu diperlakukan sama dengan manusia? Pakai operasi bedah segala? Wong duit  untuk biaya rumah sakit manusia saja nggak punya, boro-boro buat ngurusin hewan?  Atau sebagian lagi barangkali teringat praktikum Biology waktu di bangku sekolah, dimana kita  diajarkan membedah katak untuk mempelajari otot-otot dan organ tubuhnya.

Bedah pada hewan! Alias Veterinary Surgery telah dilakukan sejak jaman dulu kala. Baik dengan tujuan untuk kepentingan penyelamatan hewan itu sendiri maupun untuk kepentingan manusia.

Untuk kepentingan dan kesejahteraan hewan itu, misalnya bedah yang dilakukan untuk membantu hewan dari penyakit yang berbahaya (tumor, cancer, pengangkatan batu ginjal, jantung dsb) atau kecelakaan yang mengakibatkan patah/rusaknya organ tubuh hewan sehingga membutuhkan operasi pemotongan/amputasi, penyambungan tulang dan sebagainya. Tentu semua tindakan itu dilakukan demi kesehatan dan kesejahteraan hewan itu sendiri.

Selain itu, bedah pada hewan juga dilakukan demi kesejahteraan manusia. Misalnya adalah bedah Kastrasi/Kebiri yang banyak dilakukan pada hewan ternak dengan tujuan untuk meningkatkan berat badan ternak dengan cepat,  operasi pengangkatan rahim /indung telur & uterus (Ovario-Hysterectomy) tanpa indikasi medis yang dilakukan karena pemilik hewan tidak ingin hewannya beranak pinak banyak di rumahnya, dan sebagainya hingga operasi kosmetik untuk kecantikan hewan itu sendiri ataupun demi keamanan pemiliknya, seperti misalnya Tail docking, Ear trimming, Livestock Dehorning/pemotongan tanduk pada ternak dsb.

Dr Paulus M Maranatha 2Memang untuk yang saya sebutkan terakhir itu masih terjadi kontroversi – bahkan di kalangan dunia Veterinary sendiri – apakah itu against terhadap Animal Welfare atau tidak, karena pada kenyataannya hewan tak mampu mengatakan kepada manusia apakah ia senang dan setuju untuk dioperasi atau tidak. Masih terjadi perbedaan pandangan dari satu negara ke negara lainnya.

Namun apapun  pandangannya, kenyataannya kedua jenis operasi bedah pada hewan itu baik dengan indikasi medis maupun tidak, baik untuk kesejahteraan hewan maupun kepentingan manusia memang banyak dilakukan. Pada akhirnya memang tergantung daripada individu masing-masing. Dan tentunya bagi Dokter Hewan,  yang paling penting adalah bagaimana melakukan semua proses surgery itu sesuai dengan standard procedure Kedokteran dan peraturan yang berlaku.

Membicarakan masalah Bedah pada hewan, saya jadi teringat kepada Drh Paulus Mbolo Maranata, seorang dokter hewan yang jam  terbangnya dalam melakukan pembedahan hewan  cukup panjang.  Dokter Hewan jebolan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana di Denpasar ini, bersama keluarganya pada saat ini berdomisili di Batam.  Dokter inilah yang juga sempat meng’initiate’ diskusi yang cukup ‘hot’ di grup bb kami tentang pro-cons Cosmetic Surgery on Pets & Livestocks.

Nah, sangat kebetulan, ketika beberapa saat yang lalu saya ada urusan pekerjaan di Batam, saya berkesempatan bertemu dengan dokter yang sangat humoris dan penuh tawa ini, beserta keluarganya.

Sebenarnya saya ingin sekali melihat aktifitas bedah pada pasien yang ia tangani di kliniknya. Namun sayang sekali waktu kunjungan yang sangat pendek (dan juga dikurangi lagi dengan acara makan malam di luar+ ngobrol panjang), tidak membuat saya berhasil melakukannya. Akhirnya di sisa waktu yang ada itu,  hanya ada 2 ekor pasien yang sempat ditangani. Yakni seekor kucing dengan gangguan gastroenteritis dan seekor anjing pemburu yang terlihat lemas dan kurang bersemangat setelah kelelahan berburu.

Saya sangat tertarik melihat anjing pemburu itu dan banyak bertanya kepada pemiliknya. Barangkali karena baru pertama kali ini saya melihat seekor anjing pemburu.   Ada tanda bintang di tubuhnya. Pemiliknya sengaja memberi tanda untuk memudahkan pengenalan saat dibawa berburu. Rupanya cukup banyak juga jenis anjing pemburu dipelihara di sekitar area itu. Anjing itu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan awal yang simple. Cukup untuk indikasi awal.Kelihatan ada parasit yang menginvasi area telinganya. Jika tidak membaik mungkin masih membutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk memahami apakah ada keterlibatan microfilaria dari Dirofilaria imitis dalam menyebabkan kelemahan gerakan anjing pemburu ini, mengingat kasus cacing jantung ini menurutnya juga pernah ditemukan di Batam.

Kasus-kasus Bedah Yang Banyak Ditangani.

Dokter hewan Paulus bercerita tentang cukup banyaknya kasus-kasus bedah yang ia tangani, baik bedah minor maupun bedah mayor,  termasuk di dalamnya penangan tumor, kastrasi, cherry eye, tail docking dan sebagainya. Menurutnya kasus bedah yang paling banyak di Batam adalah Kebiri/kastrasi dan Ovario- Hysterectomy.

Cherry eyes in dog. Pre surgery

Anjing di atas mengalami kasus yang disebut dengan  “Cherry Eye” . Cherry Eye adalah istilah untuk menyebutkan kondisi mata, dimana terdapat benjolan daging berwarna merah pada sudutnya. Apa yang terlihat sebagai benjolan daging berwarna merah ini sesungguhnya adalah glandula/kelenjar air mata ketiga yang bertugas untuk membersihkan kotoran yang masuk ke dalam mata anjing. Oleh karena suatu sebab, misalnya infeksi bakteri, parasit dsb, jaringan di sekitar kelenjar itu melemah dan posisinya pun bergeser dan mendesak ke arah bola mata sehingga mata anjing mengalami gangguan. Penanganan umumnya adalah melalui tindakan bedah untuk mendorong kelenjar airmata ketiga itu ke posisinya semula atau memotongnya.

post surgery cherry eyes in dog(1)

Ini adalah gambar  anjing yang sama setelah operasi yang dilakukan oleh dokter Paul di Kliniknya. Anjing kelihatan lebih sehat, lebih senang  dan lebih cantik, tentunya.

tumor testicle pra surgery dogo argentino dog(1)

Sebagaimana halnya manusia, hewan pelihataan juga tidak terlepas dari kemungkinan mengalami gangguan tumor ataupun kanker yang tentunya mengganggu kesehatannya. Dan sama menderitanya. Oleh sebab itu membutuhkan pertolongan dari tenaga medis yang handal. Gambar diatas menunjukkan salah satu  bentuk tumor testicle yang menyerang anjing dogo argentino  yang dishare oleh dr Paul.

3 days post surgery.....slightly blue the colour cause spraying gusanex for avoiding flies coming(1)

Dan berikutnya adalah gambar anjing yang sama 3 hari pasca operasi. Warna biru gelap diakibatkan oleh penyemprotan cairan pelindung agar lalat tidak datang mengerumuni.

IMG_20140419_170328

Dan yang di atas ini adalah foto area operasi dogo argentino setelah sembuh total.

hysterectomy anjing...(1)

Selain itu dokter Paul juga banyak melakukan  Hysterectomy, yakni operasi bedah untuk mengangkat uterus seperti dalam foto di atas.

post surgery tail docking in mini poodle

Masih ada beberapa gambar yang dishare oleh dokter Paul.  Semuanya menunjukkan kepada saya bukti-bukti kesetiaannya pada profesi sebagai Dokter Hewan dan “passion’ tinggi yang dimiliki oleh dokter Paul terhadap dunia Veterinary Surgery. Ia tidak pernah mengclaim tentang passion-nya ini, namun foto-foto itu berbicara sendiri.

Social Services

Rupanya dokter kita yang satu ini juga tidak semata menjalani profesinya demi mengejar uang. “Nggaklah. Biasanya lihat-lihat juga sih. Kalau pemiliknya kira-kira kurang mampu ya paling bayarnya sedikit saja atau kadang malah pernah juga gratis” katanya. Begitu juga jika ia kenal cukup baik, atau tetangga. Anggap saja sebagai suatu bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal kesehatan hewan. Dengan begitu, masayarakat sekitar juga sangat baik kepada mereka sekeluarga . “Kalau lewat suka disapa dan dipanggil-panggil. Pak dokter! Pak dokter!” cerita istrinya kepada saya. Tak jarang juga dibawakan oleh-oleh, kue atau dibayar dengan buah-buahan. Ia merasa sangat senang dan tidak pernah merasa rugi karenanya.

Namun kadang-kadang ia juga mengenakan “charge” dengan harga ‘professional’ sesuai dengan seharusnya kepada pemilik hewan yang ia anggap  mampu secara finansial,  yang datang ke kliniknya.   Dengan demikian, secara umum iapun tidak mengalami kerugian untuk menutup biaya operasional.

Mengobrol dengan dokter Paul sangat menyenangkan. Banyak tawa dan canda diseling dengan pembicaraan yang sedikit lebih serius. Pendapatnya banyak yang menarik dan inspiratif.  Sehingga tak terasa malam sudah terlalu larut. Sayapun pamit untuk kembali ke hotel tempat saya menginap dan diantarkan oleh drh Paul dan istrinya.

Continuous Education.

Di perjalanan, saya mengenang kembali sejarah persahabatan kami sejak sama-sama di kampus Kedokteran Hewan Universitas Udayana, di Denpasar – BALI.  Selepas dari sana, kami menjalani hidup masing-masing, mengikuti panggilan hati dan nasib yang harus dihadapi, lalu tiba pada hari ini dengan membawa hasil campuran dari pendidikan yang kami terima di bangku sekolah dan kuliah serta ketekunan dan  passion kami sendiri-sendiri selama menjalani kehidupan. Ia telah berkembang dan terasah oleh pengalamannya yang sangat kaya di jalur ‘bedah hewan’ alias Veterinary Surgery, yang disebutnya dengan sangat tepat sebagai ‘Continuos Education“. Setiap hari adalah belajar. Setiap pengalaman baru memberikan pelajaran baru. Setiap penanganan kasus baru, juga memberikan pelajaran baru.

Senang bertemu dengan sahabat lama. Setiap orang menjadi unik dan memiliki kisahnya masing-masing untuk diceritakan kembali.

 

“Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat…” 

= Gurindam VI dari Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji=

 

 

Burung Bondol Yang Kembali Ke Alam Bebas.

Standard

Burung Pipit merahSabtu siang saya sedang mengamati kupu-kupu bersama anak saya yang kecil. Suami saya menyusul dan ikut sibuk membidikkan kameranya ke arah pohon keluwih yang tumbuh di seberang. “Wah..burung apa itu? Merah!” serunya. Saya pun  melihat ke arah yang ditunjuk suami saya.

Benar seekor burung kecil sebesar pipit tampak hinggap di dahan pohon itu. Tampangnya mirip pipit. Tapi berwarna merah. Sayang posisinya agak jauh dan sulit dilihat dengan mata minus saya. Sehingga yang saya lihat hanya warna merah kecil nongkrong di sana.

Wow! Amandava amandava!” teriak saya sok tahu. Seketika bersemangat. Saya benar-benar ingin melihat burung Amandava ini dari dekat.  Amandava amandava, adalah burung pipit berwarna merah padam dengan bintik-bintik putih serta sayap dan ekor kehitaman. Nama lainnya adalah Burung Pipit Benggala. Walaupun banyak sumber mengatakan bahwa Burung Pipit Benggala ini ditemukan juga di tanah air, namun terus terang saya belum pernah melihatnya. Terakhir saya melihatnya di ladang-ladang di daerah pedesaan di Bangalore, tak jauh dari wilayah Andra Pradesh India ketika tahun yang lalu saya berkesempatan berkunjung ke sana. Terbang berduyun-duyun di semak-semak di tepi ladang di sore hari menjelang malam.

Burung Bondol merah 1Burung yang jarang terlihat!”. kata saya.

Melihat wajah saya yang sangat meyakinkan, suami sayapun dengan sangat semangat memotret burung pipit berwarna merah itu. Ada sekitar 250 photo shoot dari burung pipit merah ini diambilnya dengan kecepatan tinggi dalam waktu kurang dari 6 menit. Sebelum akhirnya burung itu terbang lagi. Wah..hebat sekali suami saya!.

Amandava amandava!

Pasti ia menyangka apa yang saya katakan tentang binatang selalu benar. Ia tentu berpikir bahwa dokter hewan selalu tahu segala hal  tentang binatang. Padahal kenyataannya tidak selalu begitu. Inilah salah satu contohnya.

Ketika saya men’zoom’ foto hasil jepretan suami, saya mulai meragukan penglihatan saya.  Amandava amandava  yang saya tahu dan lihat di India  bukan begini. Warna merahnya berbeda. Sangat kurang kuat. Setahu saya Amandava amandava berwarna merah padam yang bercahaya.  Yang ini kok warna merahnya terasa mendem ya.. Hmmm..

Burung Bondol merah 2Lalu biasanya Amandava amandava juga berbintik-bintik putih. Ini tidak ada bintik-bintiknya. Malah sayap dan ekornya berwarna coklat pudar. Kok begini ya? Rasanya ada yang salah ini.  Ini kelihatannya bukan Amandava.  Tapi burung apa ya? Saya mencoba mengingat-ingat burung apa yang kira-kira berwarna merah pudar begini. Namun tidak berhasil.

Melihat keraguan saya, anak saya ikut mendekat dan melihat. “wah! Itu sih kayanya burung pipit yang dikasih warna, Ma! yang suka dijual di depan sekolah sekolah” komentar anak saya. O ya.. benar juga! Sekarang saya ingat. Di Bintaro ini beberapa kali saya pernah melihat pedagang burung menjajakan anak-anak burung pipit yang dikasih warna warni untuk menarik perhatian anak-anak kecil. Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Pink dan sebagainya. Mungkin burung ini sempat tersekap dalam kandang buatan manusia, lalu entah dengan cara apa berhasil meloloskan diri dan terbang kembali ke alam bebas.

Tak lama kemudian burung itu kembali datang mengunjungi rumput gelagah tak jauh dari tempat kami berdiri. Datang bersama dengan rombongannya, para burung Bondol Haji. Ohh..kemungkinan besar, burung pipit merah itu sebenarnya adalah Burung Bondol Haji yang dicat.

BondolHajiItulah sebabnya, ketika ia di alam bebas,  ia pulang kembali ke keluarga atau kelompoknya yakni Burung Bondol Haji.  Bukan pulang ke kelompok Burung Pipit ataupun Burung Peking yang juga ada banyak di situ. Naluri membawanya kembali pulang ke keluarganya.

Kini saya mengerti, mengapa ekor dan sayap burung ini berwarna coklat kemerahan. Karena warna coklat kemerahan itu memang warna yang dimiliki oleh burung Bondol Haji (Lonchura maja).  Hanya saja leher,dada dan kepala burung ini berwarna putih, sehingga memudahkan bagi pedagang burung untuk memberinya warna merah, pink, jingga, hijau,kuning dan sebagainya sesuka hatinya.

Bagi yang ingin tahu bagaimana wajah burung Bondol haji yang sesungguhnya,   bisa melihat gambar burung-burung di atas  ini. Beginilah tampang burung ini jika tidak dicat. Lebih cantik apa adanya, bukan?

Wah…mengidentifikasi burung, ternyata bisa juga dilakukan dengan melihat kelompok burung yang hidup bersamanya.

 

 

 

 

Makasar: Masakan Ikan Kudu-Kudu.

Standard

Ikan Kudu-Kudu1Hidangan Ikan laut! Tentu banyak yang menyukainya. Berbagai jenis dan rupanya. Ada kerapu, baronang, kue, bawal, tuna dan sebagainya.  Namun diantara semua ikan laut itu, ada satu jenis masakan ikan yang sangat saya sukai, yakni Ikan Kudu-Kudu. Ikan berbentuk kotak persegi ini, dagingnya sangat gurih dan empuk. Dibakar. Lalu dibelah dari bagian perutnya, sehingga terlihatlah dagingnya yang putih tinggal di dalam kulitnya yang mirip kotak.  Nyaris tidak ada tulangnya. Dimakan dengan sambal Parape. Saya pernah memakannya beberapa kali di sebuah restaurant di Jakarta. Namun sayangnya, harganya cukup mahal. Rp 250 000/ekor. he he..habis makan, kantongnya menangis deh.

Beberapa tahun yang lalu tanpa sengaja saya melihat Ikan ini dihidangkan di salah satu restaurant di Makasar.  Awalnya saya kira itu ikan buntal. Saya ragu mencobanya. Namun akhirnya saya tahu itu Ikan Kudu-Kudu. Bukan ikan buntal yang beracun. Bagi yang belum familiar dengan ikan Kudu-Kudu ini (disebut juga dengan boxfish (Ostracion cubicus), bisa saya ceritakan bahwa ikan ini berbentuk box persegi. Sebenarnya ada beberapa warna, tapi yang saya temukan di restaurant biasanya yang warnanya kelabu.  Sebenarnya kalau kita punya hobby menonton aquarium air laut, kadang-kadang kita juga melihat ikan jenis ini berwarna kuning berenang di dalamnya.

Saya juga  baru tahu bahwa masakan Ikan Kudu-Kudu ini rupanya memang berasal dari Makasar.  Dan menyenangkannya, harganya tidak sampai sepertiganya dibanding di Jakarta. Berbekal pengetahuan  itu, ketika mendapatkan kesempatan lagi untuk berkunjung kembali ke Makasar, saya berkata kepada teman seperjalanan saya yang kebetulan juga penggemar Ikan Kudu-Kudu.”Mari kita makan Ikan Kudu-Kudu, selagi harganya lebih murah dibanding di Jakarta” .  Saya berteori.

Tapi memang benar. Harga ikan Kudu-Kudu di Makasar sama saja dengan jenis ikan lainnya seperti kerapu atau baronang. Malah Baronang sedikit lebih mahal. Kamipun makan masakan ikan kudu-kudu ini setiap hari. Walaupun teman-teman saya juga memilih ikan-ikan lain seperti baronang atau kerapu, tapi saya tetap dengan pilihan saya : Kudu-Kudu.

Untuk masakan ikan dan seafood, saya mengacungkan jempol untuk apa yang saya temukan di restaurant-restaurant di Makasar ini. Walaupun sambalnya tidak semuanya kelihatannya asli Makasar ( saya melihat banyak dabu-dabu dan rica-rica dihidangkan, selain jenis sambal yang lain seperti sambal mangga ataupun sambal terasi). Buat saya terasa enak semuanya.

Senangnya mengenal kuliner tanah air!

 

Ceritaku Di Balik Pemilu 2014.

Standard

PemiluMengikuti Pemilihan Umum, hanya bisa kita lakukan 5 tahun sekali. Oleh sebab itu, sayang kalau tidak ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum yang dilakukan tanggal 9 April yang lalu. Hanya saja, masalah saya adalah saya tidak kenal satupun dari caleg-caleg yang fotonya dipampang di daftar caleg itu.

Seorang tetangga yang menjadi caleg di lokasi pemilihan lain, terlihat sedang mencuci mobilnya ketika saya lewat. Saya menyapanya dan bertanya apakah sudah memilih. Ia bilang sudah dan berkata bahwa namanya tidak ada di situ. “Di tempat penilihan  lain” katanya. Tapi ia membisikkan kepada saya agar saya mencoblos temannya saja. Ia menyebut sebuah nama. “Nitip teman gua ya!“. katanya.  “Nggak  ah. Tidak menerima titipan. Kecuali nama lo ada di situ. Bolehlah gua pilih” kata saya tertawa, tapi tetap berusaha menyimpan nama yang disebut oleh  tetangga saya itu di ingatan saya. Buat jaga-jaga, siapa tahu jika misalnya nanti saya tidak mempunyai ide siapa yang akan saya pilih, mungkin saya akan mempertimbangkan namanya. Asumsi saya, tetangga yang saya tahu orangnya baik, tentu akan merekomendasikan orang yang juga baik. Tetangga saya hanya tertawa  mendengar jawaban saya, lalu kembali meneruskan pekerjaannya, mengelap kendaraannya.

Ketika sampai di tempat pencoblosan, sambil menunggu saya melihat-lihat foto-foto dan nama para caleg itu. Banyak orang berkerumun di sana. Namun kelihatannya kebanyakan yang seperti saya. Tidak tahu siapa yang harus dipilih. Banyak juga orang kelihatan berdiskusi dalam kerumunan. Tapi tetap kelihatan bingung menentukan pilihan. Saya melihat hanya sedikit sekali yang kelihatan pasti dengan pilihannya. Kebanyakan mencari-cari contekan. Akhirnya seorang wanita berteriak  kepada kerumunan.

“Ah! kalau saya sih pilih caleg wanita saja.  Hayo! Ibu-ibu, kita pilih caleg wanita saja!. Agar aspirasi kita tersalurkan” katanya mencoba meyakinkan ibu-ibu lain. Tapi saya yakin, ibu itupun sebenarnya juga tidak tahu siapa yang akan dipilih.  Karena ia berkata demikian sambil tertawa-tawa bercanda. Saya hanya manggut-manggut saja. Ya! Boleh juga dipertimbangkan.

Seorang lelaki tiba-tiba menyeruak ke dalam kerumunan. “Permisi donG!” katanya. Sayapun minggir. “Saya mau pilih yang akuntan saja.” katanya sambil menggerakkan telunjuknya ke atas ,ke bawah dan ke samping di antara nama-nama caleg itu. Mencari-cari seorang akuntan. Saya tidak tahu apakah ia menemukan seorang caleg yang berprofesi akuntan di sana. “Bapak pasti seorang akuntan ya?” kata saya menebak. Bapak itu mengiyakan. “Ya. Betul, Bu! Saya akuntan” katanya dengan muka cerah. Mungkin ia sudah menemukan jagoannya sekarang. Barangkali!. Ide memilih yang cukup baik juga. Untuk menyalurkan suara hati profesi masing-masing.

Seorang pemilih lain mengikuti jejaknya. Saya menduga  ia seorang dokter. Karena ia  mencoba mencari-cari caleg yang juga dokter.Saya mengikuti gerakan jarinya dengan pandangan mata saya. Wah..kalau dokter sih kelihatan ada beberapa orang yg dengan mudah saya lihat. Soalnya gelarnya disebut di depan namanya. Dokter A, dokter B. dan seterusnya. Saya juga melihat ada nama seorang dokter gigi di sana. Maka ketika seorang tetangga saya yang kebetulan dokter gigi datang dan ikut berkerumun, lalu sayapun segera memberinya saran “ itu tuh ada caleg yang dokter gigi, kalau mau nyoblos teman sejawat. Siapa tahu?” kata saya sambil nyengir menahan tawa. Tetangga saya itu tertawa. “Mana? mana?” tanyanya. Entah ia serius atau tidak. Ia pun melongokkan kepalanya ke daftar caleg. Melihat ke arah dokter gigi yang saya maksudkan, namun masih terus menelusuri nama caleg-caleg yang lainnya juga. “Ada dokter hewan juga nggak? Atau marketer?” tanya tetangga saya . Saya tertawa. Belum berhasil menemukannya.

Musician ada nggak?” kata seorang ibu-ibu kepada seorang bapak gondrong  yang baru tiba dengan istrinya yang cantik. Bapak gondrong itu tersenyum lalu ia dan istrinya bersalaman dengan ibu itu. Mereka mengeluhkan, betapa lamanya mereka tak pernah bertemu. Lalu mereka mengobrol. Saya pikir, barangkali Bapak gondrong itu seorang musician. Saya mencoba mengingat ingat, siapa ya? Rasanya pernah melihat wajahnya. Entah di mana? Di Jakarta ini memang mudah menemukan artis di tengah kerumunan. Namun otak saya tak mampu bekerja. Akhirnya saya tidak mau berusaha berpikir lagi.

Saya kembali melihat-lihat foto para caleg itu.Mencoba mencari-cari barangkali ada seorang yang memiliki attribut yang sesuai dengan diri saya.  Lama sekali saya berdiri di sana. Tetap tidak tahu jawabannya. Tidak ada yang saya kenal. Tapi ada deng….. kenal sih tidak tapi setidaknya pernah saya baca namanya. Seorang ibu rumah tangga yang pernah berkasus dengan sebuah Rumah Sakit   dan ujung-ujungnya dibebaskan dari dakwaan setelah sempat mengundang protes prihatin dari berbagai kalangan dengan cara mengumpulkan uang receh.  Ooh.. jadi dia nyaleg ya?  Hmm…. Tapi yang  lainnya saya benar-benar tidak tahu.

Orang -orang di kerumunan tetap bercakap-cakap. Dan kebanyakan saya tangkap memang tidak tahu siapa yang akan dipilih. Semuanya membuat saya merenung. Pemilih dan yang dipilih. Tidak kenal satu sama lain. Tidak heran, akhirnya orang-orang mencari-cari kesamaan dari atribut-atribut yang dikenakan. Sesama wanita.Sesama kaum seagama.Sesama profesi. Sesama suku. Sama-sama pakai kacamata.Sama-sama berambut ikal.

Matahari semakin menanjak naik. Wajah-wajah  yang dipampang itu tidak berkata apa-apa. Saya tidak tahu siapa dia. Apa kepiawaiannya? Apa proggram-proggramnya? Bagaimana ia akan mewakili suara saya kelak di DPR ataupun DPRD? Saya membayangkan seorang wakil yang pintar, cerdas dan penuh semangat hidup dengan berjuta-juta gagasan di otaknya yang siap untuk dieksekusi.  Namun bagimana jika ternyata ia idak seperti yang saya harapkan? Ternyata kosong dan tidur melulu saat mengikuti sidang? Ternyata korupsi dan jauh dari kata ‘bersih’? Seperti yang banyak diberitakan dimedia-media….

Tetapi saya harus memilih! Harus memilih diantara orang-orang yang tidak saya kenal itu…

 

 

 

 

 

Mendayung Melawan Arus

Standard

BerperahuMelihat orang bermain perahu di tengah danau sungguh mengasyikkan.  Anak saya yang kecil  ingin ikut mencoba berperahu. Mendayung sendiri. Saya mengiyakan dan segera mencari informasi mengenai biaya naik perahu. “Tujuh ribu rupiah per orang” kata tukang perahu. Nanti tukang perahu akan membantu mendayungkan.  Saya setuju.

Anak saya ingin mendayung sendiri.  Iapun segera berlari masuk ke perahu dan mengambil dayung.  Saya ikut masuk ke dalam perahu dan mengambil dayung lain yang tersedia di sana.

Memngambil posisi di sebelah kanan dan mulai menggerakkan dayung dari  rah depan ke belakang. Anak saya duduk di sebelah kiri dan mengikuti gerakan saya dengan  menggerakkan dayungnya dari depan ke belakang.

Row  row  row your boat, gently down the stream….. merrely merrely merrely merrely , life is but a dream!”.

Huuuuahhh alangkah indahnya hari!. Pagi hari yang menyenangkan. Sinar matahari yang hangat memantul di atas permukaan air danau. Perahu bergerak ke depan dengan mudah. Saya menggerakkan dayung dengan lebih semangat lagi, anak saya mengikut. Tujuan kami adalah berperahu mengelilingi danau yang luasnya kurang lebih 11 hektar itu. Pertama kami mengarah ke ujung danau di seberang, di mana terdapat pintu air yang mirip jembatan.  Mendayung terasa sangat mudah. Perahu bergerak cepat.  Anak saya sangat senang.  Saya melihat kegembiraan yang meluap di wajahnya.

Tak lama kemudian kami  berada di ujung danau di dekat pintu air itu, lalu membelokkan arah perahu sedikit untuk menyusuri tepi danau ke arah yang menjauh dari pintu air itu. Saya berharap agar bisa menemukan burung air liar di sekitar tempat itu, Sayang  tak seekorpun tampak. Sempat terdengar suara Burung Raja Udang, namun binatangnya entah di mana.

Ada sebah benda mengambang di permukaan danau tak jauh dari posisi perahu kami.”Apa itu?“tanya anak saya. Saya melihat. Agak silau. Ooh rupanya sekumpulan daun-daun teratai yang berwarna hijau kecoklatan sedikit ungu.  Menurut tukang perahu, itu adalah teratai gunung yang banyak diburu orang untuk diambil sebagai bahan obat.  Dulunya banyak tumbuh di sekitar situ. Tapi sekarang sudah nyaris hilang. Ooh.. saya manggut-manggut mendengar cerita itu.    Sayang juga kalau sampai punah. Penasaran pengen melihat bunganya. Sayang jaraknya agak jauh, saya tidak bisa melihatnya dengan sangat jelas. Dan memang sedang tidak ada bunganya.

Kami mendayung lagi  dan mendayung lagi. Perahu membelok menuju ke tempat pemberangkatan kami tadi.  Bergerak melambat. Dayung terasa sedikit lebih berat. Anak saya rupanya menyadari itu,lalu bertanya. ” Lho?! Kok perahunya tambah lambat?” tanyanya terheran-heran. Mungkin ia merasakan dayungnya tambah berat,sementara perahu melaju tidak secepat sebelumnya. Itu karena kita mendayung melawan arus air danau” kata saya.  Wajahnya kelihatan menunggu penjelasan lebih jauh. Sambil terus mendayung, dengan senang hati, sayapun mulai mendongeng kepada anak saya.

Ketika air mengalir menuju suatu tempat lain  yang umumnya berada di tempat yang lebih rendah, maka akan terjadi pergerakan. “Gerakan-gerakan itu disebut dengan Arus. Arus air! ” kata saya. Jika airnya banyak, maka gerakannya pun semakin kencang dan disebut bahwa ” arusnya  semakin kencang”. Jika air yang mengalir sedikit, maka arusnya pun mengecil. Selain itu, arus air juga ditentukan oleh permukaan tempat ia mengalir. Semakin miring, semakin mudah ia meluncur. Maka arusnyapun semakin kencang. ” Seperti yang terjadi di danau ini. Air bergerak dari tempat kita tadi naik perahu menuju ke pintu air di sana. Jadi arusnya mengarah ke sana.” kata saya menunjuk pintu air.

Saya lalu menjelaskan, bahwa arus ini memiliki tenaga dorong yang besar menuju tempat ia mengalir. Jika ada benda-benda yang berada di air, maka dengan sendirinya benda itu  akan  ikut terdorong oleh tenaga air itu ke arah yang sama. “Demikian juga perahu ini. Sebenarnya sejak tadi ia didorong oleh arus air. Itulah sebabnya ketika kita mendayung ke arah pintu air, kita merasa dayungnya sangat ringan.Sedikit saja kita mendayung, maka perahu akan bergerak dengan cepat. karena bantuan dorongan air”. Anak saya manggut-manggut. Setuju dengan apa yang saya ceritakan.  Perahu yang bergerak seiring dengan arus, akan bergerak dengan sangat mudah dan cepat.

Sebaliknya perahu yang bergerak melawan arus akan bergerak lambat dan lebih susah. Membutuhkan energy untuk bisa melawan arus. Semakin besar  arus yang harus kita lawan, maka semakin besar pula energy yang kita butuhkan untuk mendayung. Jika energy kita lebih lemah dari arus, maka perahu akan bergerak lambat atau tidak bergerak sama sekali. Bahkan jika kita sangat lemah sekali, bisa-bisa  kita akan terseret dibawa arus. “Jadi kita harus mendayung dengan lebih kuat lagi” ajak saya kepada anak saya.

Sambil berkata demikian kepada anak saya, sayapun  berpikir-pikir . Bukankah dalam kehidupan sehari- hari juga begitu? Tak ada yang salah atau benar soal arus. Memilih menjalankan kehidupan  seiring dengan  arus  ataupun sebaliknya melawan arus, adalah hak kita. Namun yang jelas, kita perlu menyadari dan waspada. Bahwa berjalan melawan arus,  membutuhkan energy yang lebih banyak ketimbang dengan jika kita memilih berjalan seiring dengan arus.

Selamat mendayung biduk kehidupan!

 

 

 

Situ Gunung: Lutung Dan Binatang Lainnya.

Standard

Menikmati hutan, tidak akan lengkap jika tidak melihat binatang yang hidup di dalamnya.  Seperti saya ceritakan sebelumnya, tujuan awal saya sebenarnya datang ke Situ Gunung yang berada di kawasan taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini adalah untuk mengamati burung.  Namun karena burung-burung itu sulit dilihat, yang berhasil saya temukan hanya suaranya yang riuh. Perhatian sayapun jadi beralih kepada mahluk-mahluk lainnya.

Lutung (Trachypithecus auratus).

LutungPertama kali tahu mengenai keberadaan Lutung di hutan ini dari ibu tukang warung yang berada di pelataran parkir II. Ibu itu mengabarkan kepada saya bahwa sulit untuk menemui burung di sana, karena pepohonan sangat tinggi. “Tapi lutung biasanya suka turun” katanya.  Saya merasa sangat tertarik untuk melihat.  Namun si ibu tidak bisa memastikan jam berapa kedatangannya. “Biasanya sih sebentar lagi, sekitar jam delapan”  jelas si Ibu.

Kamipun turun ke danau.Benar saja, ketika sibuk mencari-cari sumber suara burung di pepohonan, suami saya memberi tahu ada sesuatu yang bergerak di kejauhan sana. Saya pun membidikkan kamera saya ke arah pohon yang ditunjuk. Ada sebuah benda berwarna hitam bergerak-gerak di pohon palm. SeekorLutung!  Bergelayutan dari satu daun ke daun yang lainnya. Di pohon yang jaraknya sekitar  100 meter dari kami. Lalu saya perhatikan ada seekor bayi lutung yang menempel di dahan pohon palem. Lalu ada lagi seekor lutung yang lain.  Wow! Bukan seekor. Tapi sekelompok Lutung!. Barangkali sekitar 15 ekor, agak sulit menghitungnya karena ia bergelayutan dan melompat ke sana ke mari.  Rupanya Lutung-Lutung ini suka hidup berkelompok.

Lutung 1Lutung (Trachypithecus auratus)  sering juga disebut dengan monyet hitam, karena mamalia ini memang berwarna hitam. Kalau kita perhatikan, sebenarnya wajahnya sedikit agak kelabu. rambut di sekitar wajahnya dan di kepalanya berdiri mirip rambut manusia. Selain warnanya yang hitam, Lutung juga mudah dikenali dari ekornya yang panjang, yang melebihi panjang tubuhnya sendiri.  Badan dan lengannya langsing, barangkali karena hobinya bergelayutan dari pohon ke pohon.  Tukang perahu mengatakan bahwa Lutung ini sangat jarang turun ke tanah. Hidupnya praktis hanya di pohon-pohon yang tinggi saja.

Makanan utamanya adalah dedaunan, buah-buahan serta bunga-bungaan. Saya memperhatikan bagaimana mereka memetik pucuk-pucuk daun damar, memegangnya dengan tangannya dan memakannya. Sangat mirip dengan cara manusia memegang makanan. beberapa lembar daun berjatuhan ke tanah. Saya berpikir daun-daun damar ini sebenarnya agak keras. Namun Lutung memiliki lambung khusus  serta gigi pengunyah yang baik, untuk membantunya mengunyah selulosa dari dedaunan.

Tingkah lakunya mirip manusia. Seperti yang tadi saya ceritakan di atas, Lutung  senang hidup berkelompok dan membentuk masyarakat. Satu kelompok terdiri atas sekitar 10-20 ekor.  Lutung-lutung ini bergelayutan, berpindah dari satu dahan ke dahan yang lain. Kadang duduk bersama dan berdekatan di cabang yang sama sambil memandang ke arah saya. Barangkali sedang mengobrol tentang manusia. . ha ha.

Induk Lutung sangat perhatian pada anaknya. Kelihatan ia menggendong anaknya dengan erat sambil duduk di cabang pohon.  Namun tidak jarang juga induk lain ikut menggendongnya bergantian, sehingga saya tidak jelas yang mana sebenarnya induk aslinya.

Bajing Kelapa (Callosciurus notatus)

Tupai KekesBinatang lain yang cukup mudah di temui adalah Bajing Kelapa.  Saya menemukan beberapa ekor bajing ini sedang bermain-main di ranting pohon yang rendah.  Berlarian ke sana dan kemari dengan lucunya. Tingkah lakunya mirip di film-film kanak-kanak.

Saya tidak ada melihat pohon kelapa di sekitar situ. Namun rupanya sang bajing tidak mau berputus asa. Ibarat kata, tak ada rotan akarpun berguna, maka iapun sibuk meloncat dan menggerogoti buah palma yang merah ranum. Tidak ada kelapa, palma pun jadi.

Bajing Kelapa (Callosciurus notatus), walaupun namanya bajing kelapa dan makanan utamanya buah kelapa, namun sebenarnya binatang ini juga menyukai buah-buah lainnya, pucuk pohon bahkan serangga yang melintas di dekatnya.

Bajing kelapa bisa dikenali dari bulunya  yang  berwarna coklat hijau zaitun dengan campuran warna hitam.  Kepalanya agak gemuk membulat dan moncongnya agak pendek.

Tawon (Vespa sp)

tawonBinatang lain yang menarik perhatian anak saya adalah Tawon (Vespa sp). Saat melintasi sebatang pohon, anak saya yang kecil menunjuk  “Lihat, Ma! Itu ada sarang lebah” katanya.  Sayapun mendekat. Ikut mendongak ke arah ujung telunjuknya menunjuk.

Sebuah sarang tawon kertas tampak menggantung di batang pohon. Belum seberapa besar. Beberapa ekor tawon dewas tampak sedang  hinggap di sana “Ooh, itu bukan lebah. Itu namanya tawon!” kata saya.

Saya lalu memberi isyarat agar anak saya berhati-hati, sambil menjelaskan perbedaan antara lebah dengan tawon. Sama-sama menyukai madu, tapi tawon bukanlah lebah, kata saya memulai. Pinggangnya ramping dan tidak berbulu seperti lebah. Kalau menyengat malah lebih sakit daripada lebah.

Jumlah koloninya lebih sedikit dan ia tidak mengumpulkan madu di sarangnya. Rumahnya terbuat dari kertas hasil kunyahannya sendiri.

 

 

 

 

Situ Gunung: Keaneka-ragaman Tumbuhan.

Standard

Mengajak Anak Mengamati Tanaman.

Jalan menuju ke Situ Gunung berada di tengah hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.  Yang namanya hutan, tentu saja banyak jenis tanaman tumbuh di sana. Mulai dari pepohonan besar, perdu, semak, hingga rumput bahkan jamur dan lumut pun ada di sana.

Pohon Damar di Situ Gunung, kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Pohon Damar di Situ Gunung, kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Ini bagian yang paling menyenangkan bagi anak saya yang besar. Ia suka mempelajari tanaman. Sambil berjalan, sayapun sibuk menjelaskan, beberapa jenis tanaman liar yang berhasil saya kenali *tentu saja yang tidak mampu saya identify lebih banyak lagi jumlahnya*.  Saya mulai dari pohon Damar (Agathis alba) yang batangnya sangat besar-besar lebih dari sepelukan orang dewasa dan menjulang sangat tinggi. Bisa saya katakan, pohon damar ini adalah pembentuk hutan di kawasan Situ Gunung ini.

Getah damar keluar dari luka di kulit batang pohon damar. Jika dibiarkan terkena udara sejenak, akan membeku dan mengeras mirip kristal.

Getah damar keluar dari luka di kulit batang pohon damar. Jika dibiarkan terkena udara sejenak, akan membeku dan mengeras mirip kristal.

Menurut cerita seorang tukang ojek yang ada di sana, pohon-pohon damar ini telah ditanam sejak jaman Belanda. Dulunya ditanam untuk diambil getahnya yang disebut Resin  dan diperdagangkan sebagai bahan baku  berbagai industri.  Cukup menyenangkan bisa mengamati batang pohon damar ini untuk mencari-cari getahnya yang sudah kering dan mengeras.

Pohon besar berikutnya yang ada di sekitar danau adalah pohon Pinus (Pinus merkusii),  pohon yang selalu menjadi pertanda suhu yang dingin.

Pohon Palem di tepi danau / Situ Gunung

Pohon Palem di tepi danau / Situ Gunung

Lalu ada beberapa jenis pohon-pohon palem di sana. Termasuk di dalamnya pohon palem  kelopak merah  seperti yang banyak diperjual-belikan di tukang tanaman.

Pakis Monyet yang menawan

Pakis Monyet yang menawan

Lalu ada banyak sekali tanaman pakis monyet (Cibotium sp), seperti yang sedang marak diperjualbelikan dengan harga mahal. Saya merasa sangat bersyukur, tanaman ini tumbuh di kawasan Taman Nasional yang dilindungi, kalau tidak tentu sudah dibongkar dan diperdagangkan orang ke kota-kota besar.

Lalu ada berbagai jenis tanaman pakis yang tentunya berdaun sangat indah. Saya sangat senang memperhatikan bentuk daunnya yang beragam.

Yang sangat menarik adalah mengamati pohon kadaka yang tumbuh di habitatnya yang alami di dalam hutan. Ada yang hidup di batang-batang pohon yang besar, ada yang tumbuh pada liana yang  mirip tali-tali rambatan hutan, ada yang tumbuh bertingkat di atas dahan yang sama. Terlihat sangat artistik.

jamur kayuDi sebuah batang pohon yang mati saya juga melihat jamur tumbuh di sana. Lalu ada lagi jenis tanaman Kaliandra yang berbunga merah, jahe-jahean dan tentunya berbagai ragam tanaman lain lagi.

 

Juga tanaman berbuah yang cukup menjadi penyangga kehidupan berbagai mahluk yang ada di dalamnya.

Di dasar hutan, tentunya tumbuh juga berbagai rumput dan tanaman berbunga yang juga sangat menarik.

Berjalan-jalan di hutan dan mengajak anak berdiskusi tentang tumbuh-tumbuhan, memberi peluang kepada anak untuk mengenal tumbuhan, kegunaannya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan lebih cepat.

 

Ke Situ Gunung, Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Standard

Taman Nasional Gunung Gede PangrangoAkhir pekan, setelah sebelumnya ngobrol dengan temannya, suami saya tiba-tiba punya ide untuk mengajak saya ke Situ Gunung.  “Tempatnya sangat indah dan sejuk. Selain itu, banyak burung-burung liar lho di situ. Pasti menyenangkan bisa mengambil photo-photo burung di situ” katanya. Tentu saja saya senang alang kepalang. Saya pikir suami saya sekarang sangat memahami dan mulai mendukung kecintaan saya akan alam.  Saya belum pernah ke sana. Tapi sebelumnya pernah diajakin teman-teman untuk camping di sana. Selain itu juga ada seorang teman photographer yang pernah mengambil photo-photo di situ dan menunjukkan keindahannya kepada saya. “Ajak anak-anak juga. Siapa tahu mau” kata saya. Ternyata anak-anak juga menyambut dengan antusias.

Hari Minggu pagi, kami berangkat.  Lokasinya sekitar setengah jam perjalanan dari  rumah kami di Sukabumi. Kalau di tempuh dari Jakarta,  dan seandainya perjalanan lancar, kurang lebih akan memakan waktu sekitar 3-4 jam menuju ke arah Sukabumi. Sebelum sampai kota Sukabumi, kita akan tiba di daerah Cisaat.  Dari sana kita mengambil arah ke kiri, ikuti jalan menanjak ke atas  terus hingga tiba di desa Gede Pangrango. Secara umum jalanan cukup bagus, kecuali di bagian ujung, jalanan mulai rusak dan berlubang-lubang. Situ Gunung lokasinya berada di Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.   Setelah melewati pintu pos penjagaan dan membayar 10 000 per orang untuk memasuki kawasan itu, kami tiba di tempat parkiran I. Di sana kami bisa memilih, apakah akan menuju ke danau (Situ Gunung)  atau ke air terjun (Curug Sawer).  Kami memutuskan untuk menuju ke danau saja.  Jalanan menembus hutan sedikit menanjak lalu menurun dan sedikit berkelok. Sekitar 1 kilometer dari parkiran I lalu kami tiba di parkiran ke II. Dari sana ada jalanan kecil menuju danau yang jaraknya sekitar 20o meter ke bawah, bisa ditempuh dengan jalan kaki atau pakai motor.

Karena masih pagi, suara burung terdengar riuh.  Namun sangat sulit untuk menemukannya. Suaranya saja yang heboh, namun burungnya entah dimana. Tidak terlihat. Menclok di antara dahan-dahan pohon Damar yang tingginya melebihi gedung-gedung pencakar langit di Jakarta. Saya mulai menyadari bahwa tidak akan banyak photo burung yang bisa saya dapatkan di sini, mengingat jenis jenis burung yang banyak di sini tentunya yang memiliki habitat di kanopi hutan.  Lalu apa yang bisa kita nikmati di Situ Gunung?

Menikmati Berjalan Kaki  Ke Situ Gunung.

Berjalan ke Situ GunungWalaupun tak berhasil memotret burung, saya tetap sangat menikmati perjalanan ke danau di tengah hutan  ini.  Jalanan terbuat dari batu-batu. Mungkin dulunya pernah rapi,namun sayang belakangan sudah banyak yang rusak dan berlubang. Menuruninya sedikitnya membuat kita berkeringat. Itung-itung sekalian ber- olah raga kecil.

Sambil berjalan, saya bisa melihat-lihat keragaman tumbuh-tumbuhan yang ada di sana.  Jika ada yang menarik, kami berhenti sebentar. Lalu saya menerangkan apa yang saya tahu tentang tumbuhan itu kepada anak saya yang besar.  Tentang nama tanaman itu, kebiasaan hidupnya, kegunaannya bagi manusia jika ada dan sebagainya.

Anak saya terlihat sangat tertarik.  Mungkin ia merasa masih nge-link dengan pelajaran di sekolahnya tentang klasifikasi tanaman. Beberapa kali bertanya kepada saya, apakah ada dari jenis Gymnospermae yang ia bisa lihat di sana.

Pohon MatiSaya pun berusaha mencari-cari barangkali saya bisa menemukan pohon melinjo, conifer ataupun cycas di sana. Setidaknya saya bisa menemukan pohon pinus untuk saya tunjukkan pada anak saya.

Belajar tanaman sambil melihat contohnya langsung di alam ternyata sangat memudahkan. Pelajaran bisa diterima dengan cepat dan terintegrasi, dengan cara mendengar apa yang saya katakan, melihat apa yang saya tunjukkan dan bahkan merasakan dengan cara menyentuhnya ataupun mencium baunya sendiri jika ia mau.

Kita bisa mengenal jenis-jenis pakis dengan cepat. Melihat jahe-jahean, melihat lumut, jamur dan sebagainya. Mulai dari tanaman yang besar, kecil, tinggi, rendah, yang tegak, yang miring bahkan yang tumbang.

Perjalanan turun itupun terasa menyenangkan dan sama sekali tidak terasa lelah.

Di Danau.

Situ GunungBeberapa menit kemudian sampailah kami di tepi danau. Rupanya danau kecil saja. Luasnya sekitar 11 hektar menurut tukang perahu. Dulunya danau ini lenih luas, sekitar 15 hektar, namun belakangan airnya menyusut.  Namun demikian, danau ini tampak sangat tenang. Dikelilingi oleh bukit dan hutan alami. Di tengahnya ada dua pulau kecil-kecil yang hanya terdiri atas beberapa pohon dan tanaman saja. Memandangnya terasa membawa kedamaian dan kesejukan ke dalam hati kita.

Kamipun duduk-duduk di atas tikar memandang ke danau. Menonton orang memancing. Di kejauhan tampak orang sedang berperahu berkeliling danau. Ada juga yang sedang menangkap kijing menggunakan rakit.  Saya memandang burung layang-layang yang beterbangan menangkap seranga di tepi danau.

Bermain Perahu.

BerperahuMemandang aktifitas di danau itu, anak saya yang kecil mengajak kami naik perahu. karena tak ada seorangpun yang mau, akhirnya saya menemani anak saya bermain perahu berkeliling danau. Tukang perahu memberi tahukan bahwa ongkosnya adalah Rp 7 000 per orang.  Sudah termasuk tukang dayung, sehingga kalau mau kami tidak usah mendayung sendiri. Saya setuju.

Tapi anak saya rupanya sangat ingin memegang dayung sendiri.  Berada di perahu kecil begini, mengingatkan saya akan kampung halaman saya di tepi danau Batur. Apa yang dilakukan anak saya sekarang ini, sama dengan yang saya lakukan ketika saya kecil dulu. Mendayung dan mendayung sambil belajar mengarahkan perahu ke depan, ke kiri ataupun ke kanan.

Saya melihat ia sangat menikmatinya. Mungkin kapan-kapan akan saya ajak pulang ke danau Batur, agar ia bisa mendayung di atas danau yang jauh lebih besar ukuran dan ombaknya.

Memancing   

MemancingSelepas bermain perahu, anak saya ingin memancing.Maka sayapun bertanya kepada tukang perahu apakah ada yang menyewakan  alat pancing di situ.  Tukang perahu seketika memberi anak saya dua buah joran pancing untuk dipinjam.  Juga umpan berupa udang kecil-kecil yang ditangkap dari danau itu.

Saya memeriksa sebentar alat pancing itu sebelum memberikannya kepada kedua anak saya. Agak aneh juga karena tidak ada pelampung yang dijadikan pertanda apakah umpannya dimakan ikan atau tidak. Alasan tukang perahu, ia sengaja tidak memasang pelampung karena danau itu sangat berangin dan tidak mau pelampungnya didorong angin. Hmm…begitu ya. Saya tidak begitu yakin akan alasannya.

Tapi baiklah, daripada tidak ada alat pancing sama sekali. Menjelang tengah hari, kamipun pulang dengan menelusuri kembali jalanan yang tadi.  Yang penting anak saya menikmati akhir pekannya dengan cara yang menyenangkan, walaupun hanya setengah hari.

Saya baru terinformasi rupanya danau ini adalah danau buatan. Pantas saja ada beberapa sisa bangunan batu (barangkali taman) di sekitarnya.