Sepulang kerja, saya menemukan anak saya yang kecil sangat sibuk. Biola, kardus, spidol, lem dan gunting bertebaran di lantai. “Lagi ngapaian, nak?” tanya saya pengen tahu dan melihat ke gambar Biola yang ia buat di atas kardus. Anak saya tidak menyahut seketika. Tangannya meneruskan garis dari spidol yang ia bentuk menjadi gagang biola dan matanya sesekali melirik biola sungguhan yang tergeletak di depannya. Saya berdiri menunggu. “Lagi bikin biola mainan, Ma” jawabnya ketika garisnya selesai. Saya menonton ia bekerja.
Lalu ia mulai menggunting. Saya pikir ia mengalami kesulitan, karena wajahnya meringis. Kardus itu agak tebal dan terlalu keras untuk tangannya yang mungil. “Mari Mama bantuin menggunting” saya menawarkan bantuan. Awalnya anak saya tidak mau menyerah pada kardus itu, tapi akhirnya ia menerima tawaran saya untuk membantunya meneruskan menggunting. Ia sendiri beralih membuat mahkota kepala dengan antena yang mirip antena belalang. Setelah saya selesaimenggunting, ia mulai menempel. Akhirnya jadilah biola dari kardus seperti yang ia design. Ha..lumayan bagus juga. “Untuk apa biola mainan ini?” tanya saya ingin tahu.
Anak saya bercerita kalau ia terpilih mewakili sekolahnya untuk ikut Story Telling Competition dalam memperebutkan Ricci Cup XV. Dan ia butuh beberapa alat pendukung untuk pentasnya nanti. Ha?! Story Telling?? Mewakili Sekolah pula??
Anak saya yang kecil ini berbahasa Inggris dengan baik, namun mata pelajaran Bahasa Inggris bukanlah favoritnya. Agak berbeda dengan kakaknya yang memang sangat suka belajar Bahasa asing. Sehingga ketika ia mengatakan terpilih mewakili Sekolahnya dalam kompetisi Story Telling, saya sendiri agak heran. “Kapan?” tanya saya. “Dua hari lagi. Tapi besok aku di camp, untuk ikut acara sekolah yang lain. Jadi tidak sempat membuat persiapan ini lagi” katanya.
Aduuuh. Kok mendadak begini ya? “Ya.Memang baru juga dikasih tahu Ibu Guru“katanya. Entah kenapa saya merasa was-was. Bagaimana anak saya akan melakukannya ya? Saya belum pernah melihatnya berlatih. Cerita apa yang akan dibawakannya? Bagaimana ia akan mengatur alur ceritanya? Volume suaranya? Mimiknya? Kostumenya? Dan sebagainya? Aduuuh. Tapi saya harus mendukung anak saya untuk bertarung dengan baik. Karena menurut saya, kompetisi merupakan ajang yang sangat baik untuk mengasah kemampuan anak. Kompetisi memberikan kesempatan buat anak untuk menjajal kemampuannya dibandingkan dengan kemampuan anak-anak lain setingkatnya, sehingga ia bisa mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Kompetisi juga akan melatih jiwanya menjadi lebih sportif.
Saya lalu memintanya mencoba melakukan Story Telling di depan saya terlebih dahulu. Ingin tahu kesiapannya. Ia pun beraksi. Gaya berceritanya sangat jenaka. Kalimat demi kalimat meluncur dari mulutnya dengan sangat lancar. Sambil memperagakan adegan demi adegan antara sang Belalang dan Sang Semut silih berganti diikuti mimik mukanya yang sangat kocak. Saya terpingkal-pingkal dibuatnya. Sungguh ia seorang dalang yang baik. Ooh..jadi ceritanya tentang “The Ants and The Grasshopper“.
Kini saya mengerti mengapa ia dipilih oleh gurunya untuk mewakili Sekolahnya ke ajang kompetisi. Ia bisa mengekspresikan peranan setiap character dengan cukup baik dan dengan Bahasa Inggris yang fasih. Saya hanya memintanya untuk mempertajam nada suara antara character satu dengan yang lainnya.Selebihnya saya lihat semuanya sudah cukup bagus. “Semoga menang!”, tentu saja itu harapan saya. Saya ingin anak saya bangga dengan apa yang ia capai. Bangga akan prestasinya. Bangga akan dirinya sendiri. Dan bangga itu tidak sama dengan sombong.
Tibalah pada hari H-nya!.
Hari dimana dilangsungkan Ricci Cup XV untuk memperebutkan piala-piala di kompetisi Story Telling, Speech dan Solo Vocal. Diikuti oleh murid-murid perwakilan berbagai Sekolah di Jakarta. Anak saya yang besar bertugas menjadi MC acara Speech Contest di tingkat SMP. Ia bangun lebih cepat dari biasanya dan bergegas berangkat sekolah. Karena kesibukan kantor yang tidak bisa saya alihkan, sayang sekali saya tidak bisa datang, walaupun jauh-jauh hari anak saya sudah memberi kode ” Parents can come”. Jadi saya hanya memberinya semangat saja.
Anak saya yang besar ini sudah cukup sering dipercayakan sekolahnya menjadi MC berbahasa Inggris. Jadi saya tidak terlalu mengkhawatirkannya. Saya yakin ia tidak akan mengalami demam panggung lagi. Walaupun dalam acara ini tentu tamu-tamu, para undangan dan peserta kontes datang dari berbagai Sekolah. Semoga ia bisa me’manage’ dirinya sendiri. Selain itu, menjadi MC dengan menjadi peserta kompetisi tentu tingkat ketegangannya berbeda. Kali ini anak saya yang besar tidak ikut berkompetisi apapun juga. Hanya menjadi MC saja. Jadi sedikit agak lebih santai. So…good luck, Nak! Semoga bisa melakukan job dengan baik dan sukses membawa nama baik Sekolah.
Halnya anak saya yang kecil, rupanya ia bertanding di ruang kelas yang lain. Bukan di ruang di mana kakaknya menjadi MC. Akibatnya sang kakak juga tidak sempat melihat adiknya beraksi di panggung. Syukurnya, Ibu gurunya berbaik hati merekam anak saya saat ber’Story Telling ” di atas panggung, lalu memberikan rekamannya kepada kami. Lumayan! Jadi saya bisa melihat aksi anak saya saat berlomba. Tampak bagus dan ia terlihat pede dengan aksinya. Ada 35 orang peserta yang datang dari berbagai sekolah di Jakarta.
Hari Senin, keluarlah pengumumannya. Horeee!!!!. Saya mendapat kabar dari gurunya, ternyata anak saya berhasil menggondol Juara I dalam kontes Story Telling itu. Wah, hebat!. Sungguh saya tidak menyangka sebelumnya, ia akan menjadi pemenang pertama dalam pertandingan antar sekolah ini. But he did it!. Ia mendapatkan piagam dan berhasil menggondol piala untuk sekolahnya. Melihat usaha, kreativitas dan kemampuannya, saya pikir ia memang layak mendapatkannya. He deserves for the best!.
Tentu saja saya bangga kepada kedua anak saya. Baik yang menjadi MC maupun yang mengikuti kompetisi Story Telling. Keduanya menunjukkan prestasinya dengan baik.
Kompetisi, mendorong anak untuk berprestasi!
Selamat Mba Dani untuk kemenangan si bungsu. Bangga sekali pasti ya Mba. Persiapannya matang juga sapai membuat alat peraga sendiri…
LikeLike
waah hebat,,selamat atas kemenangan anaknya
LikeLike
whaa keren keren, salut. Sudah berani berkompetisi meskipun dengan persiapan yang mendadak. Kompetisi akan mengukur kemampuan diri, dan terbukti bahwa dia mampu. He did it
LikeLike
Saluuuut… ♥
Pengen juga punya anak yang berprestasi spt ini.. 🙂
LikeLike
salut banget dengan prestasinya 🙂
LikeLike
Proficiat Aldo….
LikeLike
Selamat, Deeek.. 😀 Pasti seneng banget bisa menang tuh. Hihihi.. 😀
LikeLike
dukung anak untuk berkompetisi ya bun
LikeLike
Selamat ya Dik juga Abang untuk pencapaiannya …..habit berprestasi sudah terbentuk sejak kecil ya Jeng Ade
LikeLike
anaknya berprestasi mbak.. keren
LikeLike
Dukung banget mbak! Kompetisi yg sehat juga mengasah sportivitas anak, belajar juga utk legawa menerima kekalahan 🙂
LikeLike