Malang: Mengunjungi Candi Singosari.

Standard
photo milik Wasti Priandjani.

photo milik Wasti Priandjani.

Masih ingat tentang Kerajaan Singosari dan pendirinya? Ken Arok beserta istrinya yang sangat cantik Ken Dedes yang berhasil direbutnya dari Tunggul Ametung, Sang Akuwu Tumapel ?. Salah satu topik pelajaran Sejarah yang paling menarik bagi saya adalah tentang Kerajaan  Kediri, Kerajaan Singosari dan berdirinya Kerajaan Majapahit. Saya masih ingat bagaimana gaya Pak Wayan Suta, guru saya waktu di kelas IV SD saat menceritakan Empu Gandring dan kerisnya beserta malapetaka yang terjadi akibat intrik kekuasaan itu.

Demikianlah ketika minggu lalu saya ada urusan di Malang, dengan sengaja saya memperpanjang keberadaan saya di kota itu agar bisa menyempatkan diri berkunjung ke Candi Singosari. Walaupun hanya sejenak. Guna melihat dari dekat jejak-jejak nyata yang ditinggalkan oleh kerajaan itu dan yang masih bisa kita saksikan hingga sekarang.

Candi Singosari, terletak di Jalan Kertanegara, Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Ketika masuk ke halamannya, saya melihat banyak sekali arca dan batu-batu  yang berserakan dan semuanya tidak dalam keadaan utuh. Menurut keterangan yang saya dapatkan, dahulunya tempat itu merupakan kompleks candi yang sangat luas yang terdiri atas 7 candi yang penuh dengan arca. Dimana candi yang tersisa yang masih bisa kita lihat sekarang itu (yang kita kenal dengan nama Candi Singosari) hanyalah salah satu dari 7 candi itu. Sisanya yang enam sudah rusak dan pecahan arca-arca yang kita lihat  di halaman candi itu dikumpulkan dari reruntuhan candi yang rusak tersebut.  Bukan hanya itu, beberapa arca yang ada di dalam ruangan-ruangan candi yang utuh itu pun sudah diangkut pula ke Belanda. Yang tertinggal hanya sebuah arca Ciwa Mahaguru di ruang sisi selatan. Sangat disayangkan.

Jika ditilik dari keadaan banguan dan ukirannya, candi itu sebenarnya adalah candi yang belum tuntas dibangun keburu hancur (tepatnya dihancurkan) sebelum bangunan itu selesai. Besar kemungkinan pengrusakan itu terjadi pada saat Jayakatwang menyerang Prabu Kertanegara, raja terakhir Singosari.  Serangan yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Singosari pada tahun 1292. Hal itu terbukti dari ukiran yang baru rampung pada bagian atas, namun belum tuntas pada bagian tengah dan bawahnya. Juga menurut keterangan penjaga, arca-arca yang rusak, hancur terpenggal kepala dan tubuhnya, menunjukkan bahwa itu adalah bekas pengrusakan manusia. Bukan bencana alam ataupun aus karena waktu.

Reruntuhan candi ini secara akademis dilaporkan keberadaannya pertama kali pada tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard, lalu direstorasi oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934 dan pemugaran selesai pada tahun 1937.

Ciwa Maha Guru

Ciwa Maha Guru

Ketika saya mendengar ada 2 pendapat yang berbeda tentang apakah Candi Singosari itu merupakan tempat pemujaan atau makam dari Prabu Kertanegara? Setelah melihat tempat itu dan membaca keterangan yang ada, saya sendiri berpendapat bahwa candi itu tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Ciwa. Ada banyak arca  yang berkaitan dengan Ciwa (Yang utuh sudah diangkut ke Belanda). Misalnya arca Ciwa Bairawa yang awalnya ada di ruang utama, lalu Durga yang awalnya ada di ruang sisi utara, lalu Ganesha yang tadinya ada di ruang sisi timur. Lalu di ruang sisi sebelah selatan ada arca Ciwa Mahaguru. Termasuk juga sebuah arca Parwati yang diletakkan berseberangan dengan pintu ruang utama candi.  Menurut saya semua arca itu ada kaitannya dengan Ciwa. Arca -arca itu digunakan untuk membantu umat memusatkan pikiran saat berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Ciwa, sang maha pelebur.

Jadi menurut hemat saya yang awam ini, candi  itu bukan makam sang prabu.

Selain itu , mengingat juga bahwa beliau adalah penganut  Hindu/Ciwa-Budha yang tentu jasadnya tidak dimakamkan namun dibakar dan abunya biasanya dikembalikan ke air, misalnya dihanyutkan ke sungai atau dilarung ke laut. Kalaupun ada kalimat dalam Kitab Pararaton yang mengatakan ” Cri Ciwabudha dhinarma ring Tumapel, bhisekaning dharma ring Purwapatapan”  menurut saya pribadi, itu hanya penjelasan bahwa pedharman -tempat keturunannya melakukan doa dan upacara penghormatan kepada Sang Prabu Kertanegara (Cri Ciwabudha) – adanya di sebuah tempat yang bernama Purwapatapan (Pertapaan Timur). Nah di manakah letak Purwapatapan itu? Apakah sama dengan Candi Singosari? Bisa jadi itu dua tempat yang berbeda. Kalaupun ternyata tempat yang sama, saya pikir itu tidak membuat Candi Singosari kehilangan fungsinya sebagai tempat suci untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa.

Candi Singhasari

Kembali jika kita amat-amati bentuk candi ini, rasanya memang sangat menyedihkan. Karena walaupun sudah dipugar, candi ini sebenarnya tidak utuh. Bagian dasar candi (batur) terlihat lumayan utuh, demikian juga pada bagian kaki candi yang tinggi dan langsing, dimana  terdapat ruangan-ruangan dan awalnya ditempatkan arca-arca yang berkaitan dengan Ciwa. Walaupun saat ini hanya tersisa satu arca saja di ruangan selatan, tapi secara umum kondisi kaki candi terlihat utuh. Bagian tubuh dan atap candi banyak mengalami kerusakan.

Saat akan pulang, kembali saya harus melintasi halaman candi. Di sana tampak kondisi batu-batu yang mengenaskan. Berikut adalah beberapa diantaranya.

Arca Dewi Parwati

Arca Dewi Parwati

Di atas adalah arca Dewi Parwati yang tidak utuh. Saya tidak jelas apakah memang karena belum tuntas atau memang begini karena rusak.  Di sini diperlihatkan Dewi Parwati dalam posisi berdiri tegak (Samabhangga) dengan sikap tangan Ciwa Lingga Mudra (jari tangan kanan mengepal dengan ibu jari ke atas, di atas tangan kiri yang terbuka).

Arca Ken Dedes & Tunggul Ametung

Arca ini sudah tidak terlihat bentuknya.  Yang utuh hanya alasnya saja yang disebut dengan asana yang berbetuk bunga teratai (padmasana) dan dinding penyangganya.Warna batunya beda sendiri. Merah. Kelihatan seperti bukan berasal dari tempat yang sama. Menurut penjaga, itu adalah arca Ken Dedes dan Tunggul Ametung suaminya yang Akuwu di Tumapel.

Arca Ken Dedes

Arca Ken Dedes

Ini adalah arca seorang dewi yang oleh penjaga disebut dengan Prajna paramitha atau  sering juga dianggap sebagi perwujudan Ken Dedes. Arca ini merupakan arca yang sama dengan arca yang sempat di bawa ke Belanda dan akhirnya dikembalikan ke Museum Nasional Indonesia.

Sebenarnya masih banyak lagi arca-arca lainnya yang kondisinya sudah rusak di sana. Sayang sekali.

11 responses »

  1. Wah, terakhir kali saya ke candi Singosari kalo gak salah sudah minimal 20 tahun yang lalu pas ada acara study tour SMA. Sayang sekali banyak bagian candi dan arca yang rusak ya?

    Like

  2. Ini salah satu candi yg belum ana kunjungi walau istri ane orang malang. Nanti pas mudik harus nyemeptin mampir ke candi ini.

    Makin ngiler aja abis baca reviewnya mbak ini. Hehhee :p

    Like

  3. candi ini gampang ketemu, di jalan ramai ya mbak
    sempat mampir sebentar di sini, saat itu banyak umat yang beribadah, jadi sungkan berlama2 di situ..
    tapi sempat memperhatika ada pahatn yang belum selesai di bagian atas

    Like

  4. Suksma Jeng Dani, memberi gambaran bagi saya yang belum pernah mengunjungi Candi Singasari ini, bukti sejarah bangsa. Semoga terjaga keamanannya. Salam

    Like

  5. Wahh … jadi ingat dulu waktu SD belajar sejarah … kisah Ken Arok yg ‘tega membunuh suami demi merebut isterinya dgn licik dan culas … hehehe … sayang saya belum pernah ke Malang 😛

    Like

  6. Mbak Dani hebat sudah sampai ke mari. Saya sdh beberapa kali ke Malang belum ada kesempatan jalan ke sini. Membaca cerita Mbak Dani dan melihat fotonya, kalau ke Malang lagi, Insya Allah aku niatkan banget berkunjung ke Candi Singosari 🙂

    Like

Leave a comment