Salah satu tanaman sayuran yang cukup menarik untuk dimasukkan dalam daftar tanaman Dapur Hidup adalah Tatsai. Tukang sayur menyebutnya dengan nama Sawi Pagoda atau terkadang Wuta.
Disebut begitu barangkali karena bentuknya memang lucu mirip pagoda terbalik. Daun-daunnya melingkar tersusun rapi dari tengah makin ke pinggir makin tinggi.
Jenis sawi ini jika dimasak terasa lebih enak dibandingkan dengan sawi lain. Selain itu harganya juga mahal. Saya pernah membeli 1/2 kg diberikan harga Rp 20 000. Mahal kan? Jadi saya memutuskan untuk mencoba menanamnya. Kebetulan sekali saat bermain ke sebuah kebun hidroponik di seputaran Bintaro, saya ada melihat biji sawi pagoda dijual juga. Jadi saya belilah bijinya.
Setelah bijinya tumbuh, sebagian ada yang saya tanam di polybag dan sebagian ada yang ditanam hydroponik. Sayangnya ketika saya teelalu sibuk, beberapa tanaman ini agak terganggu pertumbuhannya. Entah karena gangguan ulat, kekurangan nutrisi ataupun rusak dikoyak hujan yang terlalu deras. Tapi beberapa masih ada yang cukup sehat untuk meneridkan hidipnya hingga saat panen tiba.
Selagi sempat, kemarin saya membersihkan akar tanaman ini dari lumut, menambahkan pipik cair dan memberi tambahan rockwool di pangkalnya agar lebih kokoh dan tidak goyang saat diterpa hujan yang sering turun deras belakangan ini.
Saya senang menanam sayuran seperti ini. Selain sangat terkontrol, tentunya bebas pestisida.Lebih aman untuk dikonsumsi keluarga. Selain itu, lumayan banget buat mengurangi belanja dapur.
Kita tanam yuk!.