Kalau mampir ke Bangli, rasanya ada yang tidak lengkap jika tidak minum loloh. Loloh Bangli. Diantara pembaca, tentu ada yang bertanya-tanya, ” Loloh itu apa? “.
Nah… bagi yang belum tahu sedikit saya jelaskan bahwa loloh adalah minuman tradisional Bali yang memiliki khasiat pencegahan ataupun pengobatan dan perbaikan fungsi tubuh. Ada loloh untuk mencegah sariawan, ada loloh untuk mengurangi batuk, ada yang menurunkan demam, menghilangkan sakit perut, untuk menghilangkan bau badan, untuk mengurangi sakit karena rematik, loloh untuk memecah batu ginjal dan sebagainya. Terbuat dari ekstrak daun-daunan, akar, kulit batang, bunga atau buah tanaman tertentu. Mirip dengan jamu kalau di Jawa.
Rasanya? Ya… yang namanya obat atau jamu, wajarlah kalau rasanya biasanya agak pahit sampai sangat pahit.
Walaupun demikian ada juga lho beberapa loloh yang rasanya tidak pahit. Justru enak atau segar. Saking enaknya terkadang orang lupa kalau loloh ini sebenarnya memiliki khasiat pengobatan dan bukan semata pelepas dahaga.
Kemarin saya pergi ke Pasar Bangli dan sempat menemukan 3 buah loloh ini ditawarkan di pasar.
1/. Loloh Cemcem.
Loloh Cemcem adalah salah satu loloh khas Bangli. Sesuai namanya, loloh ini dibuat dengan cara meremas-remas daun Cemcem untuk mendapatkan ekstraknya lalu disaring dan dibuang ampasnya. Rasanya asam segar mirip rasa buah Kedondong. Cemcem (Spondias sp) adalah tanaman sejenis Kedondong tapi umumnya pendek seperti perdu dan biasa ditanam di pagar rumah, sawah atau tegalan. Pohonnya tidak sebesar pohon kedondong. Ditanam orang untuk diambil pucuk daunnya yang masih muda dan berwarna hijau kemerahan.
Secara traditional, loloh daun Cemcem yang tinggi kandungan Vitamin C-nya ini dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlancar sirkulasi darah. Waktu kecil saya sering juga disuruh memetik pucuk daun cemcem ini dari pagar untuk dijadikan loloh atau untuk bumbu masak pepes.
Selain sebagai loloh tunggal (hanya ekstrak daun cemcem saja), loloh cemcem juga sering ditambahkan ekstrak lain seperti misalnya daun dadap untuk membantu menurunkan demam, atau daun jarak untuk membantu mengurangi gatal kulit atau mencegah sariawan atau daun sirih untuk mencegah infeksi. Ada juga yang nenambahkan gula merah, atau kelapa muda dan sebagainya sehingga fungsi sebagai pemuas dahaganya semakin menguat.
Karena banyak dijual di Desa Penglipuran di Bangli, loloh Cemcem saat ini seakan ikut memperkuat citra Penglipuran sebagai desa traditional yang unik di dunia.
2/. Loloh Bungan Teleng.
Loloh cantik yang satu ini sebenarnya cukup unik. Karena sangat jarang dijual orang. Biasanya hanya dibuat sesekali di level rumah tangga. Jadi saya sangat beruntung karena tanpa sengaja menemukannya di pasar. Sesuai namanya loloh itu dibuat dari hasil perasan kembang Telang atau yang di Bali disebut dengan Bungan Teleng.
Bunga Telang dikenal dengan khasiatnya sebagai obat mata. Orang tua di Bali sejak jaman dulu memanfaatkannya untuk mempertajam penglihatan. Ada yang menggunakannya langsung sebagai pencuci mata, ada juga yang menggunakannya sebagai loloh.
Untuk obat haus, hasil perasan kembang telang dibubuhi dengan sedikit perasan jeruk nipis atau lemon plus gula batu. Wah…rasanya mantap. Sejuk dan menyegarkan.
Yang nenarik lagi adalah warna loloh ini. Ungu biru terang seperti warna bunganya.
3/. Loloh Kunyit.
Nah kalau loloh kunyit saya rasa sudah banyak orang yang tahu. Sama dengan jamu kunyit yang saya temukan di pedagang jamu Jawa yang keliling perumahan di Jakarta. Fungsinya sebagai antibiotik. Banyak dimanfaatkan para wanita untuk mencegah keputihan dan merawat tubuh dan mengurangi bau badan.
Kadang-kadang loloh kunyit juga dikombinasi dengan perasan asam dan atau daun sirih untuk menjaga kesehatan area kewanitaan.
Nah itulah cerita saya tentang beberapa dari jenis loloh yang ada secara turun temurun dalam tradisi masyarakat Bali, khususnya di Bangli dan yang kebetulan kemarin saya temukan dijual di pasar Bangli.
Sebenarnya masih banyak jenis loloh lain lagi yang ada dalam tradisi masyarakat Bangli, tapi tidak umum diperjualbelikan. Seperti misalnya loloh don kayu manis untuk menenangkan alat pencernaan, loloh don sambilata untuk mengatasi infeksi dan penyakit kulit, loloh akah pule untuk mengatasi infeksi pencernaan, loloh don dapdap untuk menurunkan demam, loloh don sembung untuk menurunkan demam, batuk dan pilek, loloh don sembung bikul untuk mencegah batu ginjal, loloh biyu batu untuk mengatasi panas dalam, loloh baas cekuh untuk meningkatkan stamina, loloh don beluntas untuk menghilangkan bau badan dan sebagainya masih banyak lagi.
Walaupun jaman dulu belum banyak dokter, rupanya para leluhur kita tetap mampu mempertahankan kesehatannya dengan obat-obatan tradisional semacam loloh ini.
Mampir ke Bangli yuuuk…
Jadi ingat kampung muslim Loloan di Jembrana. Katanya nama kampung itu berasal dari kata Loloh.
Yang bunga telang itu memang menarik warnanya ya, Mbak.
LikeLike
Aq pernah minum loloh cemcem waktu ke desa penglipuran..seger dan kayak jus kedondong, murah harganya hanya 5rb perbotol aqua 600ml hehehe.
LikeLike
bbrp waktu lalai dikasih bibit bunga telang karena tertarik warna bunganya, nggak nyangka punya banyak manfaat
sayangnya mati lupa nyiram hiik
LikeLike
loloh itu mantap…
LikeLike
itu sangat simple pembuatan nya……,
LikeLike
Pingback: Ubud – cours de cuisine | Let's ride & travel