Monthly Archives: July 2016

Cangkang Yang Membatasi Pertumbuhan

Standard

​Kemarin ini ceritanya saya sedang memeriksa biji biji tanaman kangkung yang saya semaikan di atas media rockwool.Sudah pada tumbuh.Angka persemaiannya nyaris 100%. Tampak sehat-sehat.Sebagian besar sudah mulai menunjukkan 4 lembar daun. Sudah di stage yang siap dipindahkan. Tapi beberapa ada juga yang daunnya masih 2 lembar, ada yang  masih kelihatan seperti kecambah saja, ada juga yang daunnya belum keluar semua, ujungnya masih terbalut cangkang bijinya.Saya membantu melepaskan cangkang itu satu per satu biar daunnya mengembang, dengan harapan agar tanaman ini bisa melakukan fotosintesis lebih cepat sehingga pertumbuhannya pun lebih cepat. Sslangatlah mudah melepaskan cangkang biji kangkung ini. Tinggal tarik, daunnya langsung mengembang dengan mulus.

Tapi dari sekian banyak yang saya bantu, ada satu tanaman kangkung  yang tampak aneh. Tangkai daunnya sudah sangat panjang, tapi cangkang bijinya masih melekat erat. Dibilang kecambah bukan, tapi jika disebut pohon Kangkung juga belum layak. Saya coba bantu lepaskan tapi  keras.Waduuh!. Akhirnya saya pecahkan cangkangnya dan paksa sedikit agar daunnya bisa keluar. Bisa sih… tapi daunnya kelihatan keriting dan kurus, karena terlalu lama terlipat dan digencet cangkangnya sendiri. Padahal daun teman-teman di sebelahnya jauh lebih besar dan lebar serta tetap teratur bentuknya walaupun sudah tidak diatur oleh cangkang. 

Jadi tanaman ini sebenarnya terlambat tumbuh akibat terbelenggu cangkangnya sendiri. 

Saya jadi membayangkan embrio ayam yang berada didalam cangkang telurnya. Embrio ini mengalami pertumbuhan dari hari ke hari. Semakin membesar setiap hari. Hingga ketika pertumbuhannya sudah optimal di hari ke 21 ia harus memecahkan cangkangnya sendiri agar bisa keluar menjadi anak ayam dan selanjutnta berkembang menjadi ayam dewasa. Karena cangkangnya sendiri sudah tidak muat. Apa yang terjadi jika embrio ayam ini tidak memecahkan cangkangnya ? Niscaya ia tidak akan bisa tumbuh lagi dan lama lama tentu akan mati. 

Alam rupanya sudah menetapkan mekanisne “jika ingin tumbuh pesat,  harus berani memecahkan cangkang sendiri”  itu untuk semua mahluk hidup. Berlaku untuk kangkung, berlaku untuk ayam dan bahkan menurut saya berlaku untuk semua mahluk hidup termasuk manusia.

Cangkang! Adalah icon alam untuk segala yang membatasi. 

Pandangan yang sempit adalah cangkang yang membatasi kita untuk melihat dunia kehidupan dengan lebih baik. Kita pikir apa yang terlihat oleh kitalah yang paling indah, hanya karena kita tak bisa melihat kehidupan yang indah lainnya di luar jarak pandang kita. 

Pikiran yang sempit adalah cangkang yang membatasi kita untuk memahami bahwa sesungguhnya sedemikian luasnya ilmu pengetahuan di luar sana yang belum terpikirkan oleh kita. 

Kefanatikan terhadap sesuatu, juga adalah cangkang yang membelenggu keyakinan kita yang membuat kita menyangka bahwa apa yang kita yakini adalah yang paling benar tanpa memberi kesempatan diri kita untuk mengetahui bahwa di luar sana sedemikian luasnya kebenaran yang tak tertangkap oleh mata bathin kita. 

Kekhawatiran dicap sok tahu dan menggurui, adalah cangkang yang membuat kita tak berani mengemukajan pendapat dan gagasan-gagasan kita. 

Ketakutan  untuk gagal, kekhawatiran akan diomongkan orang lain, kebiasaan mengandalkan orang lain dan sebagainya masih banyak lagi, adalah jenis-jenis cangkang dalam kehidupan sehari-hari  yang membatasi kita untuk berkembang. 

Laksana cangkang pada telor ayam dan pada biji tanaman, cangkang kehidupan  selalu  kita butuhkan di tahap awal untuk melindungi dan membantu kita semua agar lebih disiplin dan tertib. Namun begitu mencapai tingkat pertumbuhan dan pemahaman yang kuat, kita perlu memberanikan diri untuk memecahkan cangkang yang membelenggu diri dan pemikiran kita agar bisa berkembang lebih lanjut. Karena jika tidak, maka kita hanya akan berakhir di sini dengan keadaan seperti saat ini. 

Lepaskan cangkang yang membelenggu, buka peluang yang luas bagi diri kita sendiri untuk mampu berkembang sebaik-baiknya. 

Biji Kangkung Dan Persemaiannya.

Standard

​​Saya punya sebungkus biji kangkung. Saya beli sekitar tahun lalu. Isinya banyak. Tapi karena lahan saya untuk menanam sangat terbatas hanya di halaman, biji kangkung ini pun belum habis juga. Belakangan saya perhatikan kok yang tumbuh tidak sebanyak dulu ya?.Padahal dulu -dulu rasanya berapapun biji kangkung  yang saya tabur, ya sebanyak itulah yang tumbuh. Jika tidak bisa dibilang semuanya, ya paling tidak sebagian besar pastilah tumbuh.  Apa jangan- jangan sudah kelamaan? Sudah expired?. Buru-buru saya memeriksa kemasannya. Oh!. Ternyata bukan!. Masa expiry datenya masih jauh. March 2017. Jadi apa permasalahannya?. 

Saya mencoba memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Apa yang berbeda?.Apa karena cara saya menyemaikan kini berbeda dengan sebelum-sebelumnyanya? Dulu saya menaburkan biji biji di tanah dan memindahkannya ke polybag jika sudah tumbuh. Sekarang saya lebih banyak menanam dengan cara hidroponik. Jadi saya menyemainya di atas rockwool yang basah. Apa barangkali cara menanam saya yang berubah ini yang menyebabkan terjadinya penurunan tingkat persemaian biji kangkung ini ya? 

Daripada penasaran, saya pun melakukan percobaan sederhana dan melakukan pengamatan setiap hari terhadap biji biji kangkung yang saya semai dengan 3 macam perlakuan yang berbeda:

1/. Biji langsung ditabur di tanah dalam pot.

2/.Biji diletakkan di atas rockwool basah.

3/. Biji direndam semalam dalam air lalu ditiriskan di atas wadah saringan. 

Saya nenempatkan ketiga perlakuan ini pada tempat yang sama, bersebelahan satu sama lain untuk meminimalisir pengaruh cahaya dan lingkungan. 

​Biji biji kangkung inipun mulai tumbuh. Saya melakukan penghitungan. Hasilnya:
1/. Tingkat keberhasilan persemaian pada perlakuan 1 (langsung di tanah dalam.pot) =27.5%.

2/. Tingkat keberhasilan persemaian pada perlakuan 2 (rockwool) = 25%.

3/. Tingkat keberhasilan persemaian pada perlakuan 3 (rendam dan semai di atas saringan) = 13.3%. 

Hasilnya tidak terlalu jauh berbeda antara perlakuan 1 &2. Hanya pada perlakuan 3 yang cukup besar perbedaannya. Tapi hasilnya buruk semua. Karena tingkat persemaian sangat rendah di ketiga perlakuan ini.  semuanya jauh di bawah 95%. Belum mampu menjawab rasa penasaran saya dengan baik. 

Saya masih curiga jika bibit ini sedungguhnya sudah mulai kadaluwarsa.Walaupun jemasannya mengatakan tidak. 

 Akhirnya saya pergi ke toko Trubus untuk membeli biji biji baru. Sambil membayar sayapun ngobrol dengan petugasnya. Menceritakan tentang biji kangkung saya yang tingkat persemaiannya menurun. Saya mendapat masukan jika sebaiknya saya menyimpan biji biji sayuran dalam kondisi yang di”seal” rapat rapat kembali. Jangan dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara luar. Saya mendengarkan masukan ini untuk pembelajaran saya dalam menanam sayuran. 

Saya mencoba mengingat-ingat. Dari sekian kali membuka dan menabur biji biji kangkung ini, rasanya saya memang tidak selalu disiplin  menyimpannya dengan baik. 

Biji kangkung yang baru saya beli segera saya semaikan di atas rockwool yang basah. Dan tingkat persemaiannya mencapai 99%. 

Jadi pelajarannya dalam mengelola biji biji sayuran buat saya adalah memastikan masa kadaluwarsa adalah satu hal penting.Namun lebih penting lagi adalah bagaimana menangani dan menyimpan benih yang tersisa agar bisa digunakan dengan optimal di kemudian hari. Intisarinya, benih baik yang belum sempat disemai perlu disimpan dengan baik agar tidak kekeringan dan terkontaminasi. 

Dan jika dinalogikan ke dalan kehidupan kita, ini serupa dengan pelajaran bahwa jika kita memiliki benih-benih pemikiran maupun ide ide yang baik yang belum sempat kita utarakan, alangkah baiknya jika kita simpan di tempat yang baik dan rapat kemurniannya agar tidak keburu hilang, menguap ataupun terkontaminasi pemikiran lain yang lebih buruk. Harapannya, suatu saat jika ada kesempatan untuk membukanya, maka ide ide dan pemikiran baik ini akan berguna bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga bagi orang orang di sekeliling kita. 

Coretanku: Mushroom In The Wild.

Standard

image

Tantangan dalam kehidupan, laksana jamur di alam. Ada yang enak dimakan, tapi ada juga yang beracun. Banyak yang tertarik untuk menghadapinya, tapi lebih banyak lagi yang tak mau mengambil resiko bahkan hanya untuk sekedar mencobanya.

Sang penjawab tantangan akan belajar memahami agar bisa  berhasil dan mengambil resiko berdiri di garda depan. Untuknya hanya ada kata sukses yang gemilang. Karena jika ia gagal, maka ia telah gugur dan tak sempat lagi merasakan kegagalannya.

Sedangkan sang pengekor menunggu di belakang. Untuknya tidak pernah ada kata sukses, karena jikapun ia sukses karena mengekor, kesuksesan itu sesungguhnya diakibatkan oleh orang lain yang berdiri di garda depan.

*pencils on paper.

Membuat Sendiri Mozarella Bread Stick.

Standard

image

Hujan hujan. Minum dan ngemil yang hangat-hangat enak nih. Ada roti tawar dan ada keju mozarella di kulkas. Ah!. Dibikin Mozarella Bread Stick aja deh. Panas panas digigit, kejunya meleleh di dalam. Anak-anak pasti suka untuk teman minum teh.

Bahan- bahan : roti tawar, keju mozarella, telor ayam, tepung  roti.

image

Cara membuat sangat mudah.
1/.Potong keju mozarella memanjang kurang lebih seukuran kelingking.
1/. Letakkan sepotong keju di atas selembar roti. Lipat sisa roti kiri kanan ke arah dalam menutupi ujung keju. Lalu gulung roti dan tekan tekan hingga membentuk cylinder/stick.  Lakukan untuk setiap lembar roti yang lainnya juga.
3/. Kocok sebutir telor ayam. Celupkan bread stick  ke dalam kocokan telor.
4/. Gulingkan ke dalam tepung roti.
5/. Goreng dengan api kecil hingga breadstick matang dan berwarna kuning.

image

Hidangkan panas panas untuk teman minum teh. Hmmm…cheesy!.Anak-anak pasti senang.

Coretanku: Massed Flowers Tumbling Down The Slope.

Standard

image

Tangga yang sama untuk mendaki atau menurun, tergantung dari arah mana kita memandangnya.

Jika kita pikirkan jumlah anak tangga dan kesulitannya, maka hanya kelelahan yang kita dapatkan sepanjang perjalanan.

Tapi jika sambil berjalan kita perhatikan keindahan bunga-bunga liar di kiri kanannya, maka kebahagiaan akan selalu menyertai perjalanan kita.

*pencils on paper.

Centerpiece Crochet Untuk Meja Teras Belakang.

Standard

“Bikin apa itu, Mama?” Anak saya bertanya melihat saya memegang benang dan jarum renda. “Mau bikin centerpiece” jawab saya sambil menunjuk meja pendek di teras belakang yang tampak kusam tak bertaplak.

Taplaknya entah kemana. Mungkin sudah dibuang sama si Mbak karena barangkali sudah terlalu tua dan kurang layak dipakai lagi.

“Mana designnya?” tanya anak saya lagi. “In my mind” jawab saya tertawa. Ha ha. 
Tapi serius!. Saya belum punya designnya. Harus mikir dulu sambil mengerjakannya. Ntar biasanya ide datang sendiri begitu tangan mulai merenda. Anak saya melongo. Ia heran bagaimana saya bisa merenda sesuatu yang gambarnya masih di kepala. Tidak di sketsa dulu, tidak didrawing dulu.

Tapi ia tidak berkata apa apa lagi selain hanya memperhatikan saya mulai bekerja. Satu rantai,  dua rantai, tiga rantai. Jarum dan benang saya bergerak mengikuti gerakan tangan saya.

“Sekarang Mama kelihatan seperti grandma beneran”. Komentar anak saya. Hah?!. Saya tidak setuju dibilang grandma. “Cara Mama membuat centerpiece itu lho!.Masih pakai tangan dan jarum. Sekarang orang pasti lebih senang mengerjakannya dengan mesin. Lebih cepat” sambung anak saya. Yap!.Mungkin saja.  Dan sudah pasti lebih cepat jika membuat dengan mesin. Tapi saya pikir saya bisa mengerjakan centerpiece ini dalam waktu beberapa jam saja.  Walaupun sambil ngurusin tanaman, sambil ke dapur dan juga sambil nganter si kecil ke toko buku. Pokoknya bisalah selesai dalam sehari ini.

image

Pukul  16.28 , centerpiece yang saya kerjakan sudah berdiameter 17 cm. tinggal seikit lagi selesai.

image

Pukul 18.40 akhirnya selesai. Yihaa!!!. Centerpiece crochet dengan diameter 29 cm dengan desain dadakan yang ada di kepala saja. Segera saya tunjukkan hasilnya ke anak saya.  Not bad!.

Warnanya yang hijau cocoklah jika dipakai sebagai alas pot tanaman. Nyambung dengan kehijauan tanaman Dapur Hidup di sekitarnya. Saya pikir ide bagus juga kalau saya meletakkan pot pohon cabe di atasnya.

Tapi saya baru nyadar, ternyata meja ini sudah lama belum divarnis. Tampak rada rada usang gitu jika centerpiece yang kinclong ini saya letakkan langsung di atasnya. Kebanting banget.

Mungkin ada baiknya saya kasih alas dulu ya. Nah ini ada  kain ulos pemberian kakak saya.

image

Lumayan ya. Jika diberi tanaman, jadi tampaknya seperti ini.

image

Pilihan lainnya adalah kain hijau pemberian seorang teman.

image

Ini kelihatannya yang lebih nyambung warnanya. Jika dikasih pot pohon cabe di atasnya akan nampak seperti ini.

image

Atau  jika diletakkan pot Pakchoi  Sam Hong di atasnya akan tampak keren seperti ini.

image

Tapi baru semenit saya mencoba menata pot tanaman, si kucing tak mau ketinggalan. Ikut mengagumi tanaman cabe yang saya letakkan di atas meja.

image

Tampak ia sangat menikmati taplak meja baru itu.

image

Kursi ini sangat enak untuk bermalas-malasan sambil minum kopi atau minum teh sambil mrmandang segarnya tanaman sayuran yang tumbuh subur di halaman.

Traditional Aromatic Drink: Wedang Uwuh Dari Imogiri.

Standard

Saya mendapat oleh-oleh Wedang Uwuh dari seorang teman yang baru balik pulkam dari Jogja. Senangnya bukan main. Karena saya memang sangat menyukai minuman traditional ini dan benar-benar tidak nenyangka ternyata ada dalam bungkusan ole-oleh teman ini.

image

Bagi yang belum tahu tentang Wedang Uwuh ini boleh saya cerita sedikit  di sini ya..

Wedang Uwuh, sesusi namanya berarti minuman yang terbuat dari sampah tanaman (bukan sampah beneran tapi daun, batang, rimpang tanaman rempah yang sudah kering). Rasanya enak dan hangat. Sangat baik untuk mengurangi perut kembung dan masuk angin.

Yuk kita intip apa yang ada di dalam bungkusy

image

1/. Serutan kayu Secang.
Kayu secang (Caesalpinia sappan) menghasilkan warna merah sesegar syrop marjan jika diseduh dg air panas.
Saya ingat waktu kecil Bapak saya juga pernah membuatkan saya minuman segar berwarna merah dari rebusan sebatang kayu Cang (namanya begitu kalau di Bali).

2/. Daun dan tangkai bunga Cengkeh.
Cengkeh (Syzygium aromaticum), selain memberikan kehangatan juga diyakini membantu melancarkan peredaran darah. Selain itu cengkeh juga mengeluarkan aroma yang hangat.

3/. Daun Kayu Manis (Cinnamon ). Kulit batang Kayu Manis banyak dipakai orang untuk memberi aroma pada makanan atau minuman. Ternyata daunnya juga memberikan efek yang sama.

4/. Jahe (Zingiber officinale) digunakan orang untuk mengatasi kembung perut, pegal-pegal dan rematik. Jahe juga berguna untuk menghangatkan badan.

5/. Gula Batu. Sebagai pemanis.

Di kemasan ada petunjuknya. Dicuci lalu direbus dengan air bersih. Diminum hangat-hangat rasanya mantap.

image

Saya coba juga mendinginkannya segelas. Ternyata tetap
enak juga…

Yuk kita cintai minuman traditional kita!.

Siapa Saja Bisa Menjadi Petani.

Standard

image

Nyaris setahun sudah saya menggeluti kegiatan “Dapur Hidup”. Bermula dari akhir Juli tahun lalu, saat saya baru kembali dari libur Lebaran. Pot pot tanaman bunga saya kering kerontang tiada yang menyiram selama beberapa hari. Kebetulan saat itu kemarau panjang. Semuanya saya bongkar dan ganti dengan tanaman sayuran dan tanaman kebutuhan dapur lainnya.
Bibitnya mulai dari memanfaatkan limbah dapur hingga terpikir untuk membuat instalasi hidroponik.

Rumah yang saya tinggali saat ini ukurannya kecil dengan halaman yang sempit. Jadi saya hanya berusaha memanfaatkan area yang tidak seberapa itu untuk menampung sayuran dalam pot dan polybag serta instalasi hidroponik berukuran 1m ×1.5m. Setiap jengkal tanah dekat tembok, dekat jendela,  dekat dapur atau dekat mesin cuci saya manfaatkan. Intinya saya nekat bertani walau miskin lahan. Karena saya pikir siapapun bisa berkebun asal punya kemauan.

Jika sekarang saya kilas balik perjalanan saya ber”Dapur Hidup” selama setahun ini  ternyata lumayan juga lho sayuran dan kebutuhan dapur yang telah saya hasilkan.

Yang sukses dan beberapa kali panen:
1/. Kangkung
image
2/. Bayam
image
3/. Cai sim /sawi hijau.
image

4/. Daun Pepaya Jepang.
image
5/. Tomat.
image
6/. Sawi Pagoda
image
7/. Pakchoi.
image
8/. Timun putih
image
9/. Terong ungu.
image
10/. Pare.
image
11/.Kemangi
image
12/. Selada
image
13/. Kailan.
image

14/. Timun Padang
image
15/. Lengkio
image
16/. Sawi Sam Hong.
image
17/. Melon
image
18/. Bawang merah/bawang putih.
image
19/. Pandan Harum.
image
20/. Bawang Daun.
image
21/. Cabe rawit.
image
22/. Kencur.
image
23/. Jahe.
image
24/. Kunyit.
image
25/. Seledri.
image
26/. Tauge kacang ijo.
image
27/. Talas.
image
38/. Jeruk Purut.
image

Ada yang gagal? Ada!
image
1/. Kol (subur tapi belum sempat nembulat -bisa dibilang gagal deh).
2. Brokoli. Nabur benih tidak ada yang tumbuh.

Walaupun ada yang gagal tapi %nya kecil. Ini membuat saya menjadi semakin percaya diri untuk bertanam. Saya semakin yakin bahwa sebenarnya setiap orang bisa nenjadi petani bahkan jikapun tidak punya lahan. Yang penting ada kemauan, pasti bisa.

Adanya kemauan, membuat kita bersedia menginisiasi kegiatan menanam. Mencari tahu dimana bisa mendapatkan bibit, mencari tahu bagaimana cara menanam dan memelihara serta kapan bisa dipanen.

Kemauan juga membuat kita menjadi sabar. Sabar menunggu biji biji yang kita semai tumbuh, lalu membesar dan daunnya atau buahnya bisa kita panen.

Kemauan juga membuat kita menjadi lebih kreatif dan produktif. Mikir terus. Apalagi dan apalagi yang bisa ditanam. Bagaimana lagi dan bagaimana lagi caranya agar hasilnya lebih optimal. Jika tak punya ladang yang luas, halaman sempit pun jadi. Jika tak mempunyai uang untuk membeli pot, botol bekas air mineral pun bisa menjadi tempat bertanam. Jika tak ada ruang tempat meletakkan tanaman, digantungpun jadi.

Jadi…memang sebenarnya siapapun bisa menjadi petani asalkan ada kemauan. Mau tinggal di desa atau di kota tak masalah. Mau punya lahan luas atau tak punya lahan luas sama saja tetap bisa bertani. Mau dia pengangguran ataupun pejabat kantoran tak ada bedanya. Mau dia laki atau perempuan, mau dia tua atau muda juga tak masalah. Yang penting di mana ada kemauan di sana ada jalan.

Mari kita bertanam!. Limpahi rumah kita dengan sayuran hasil menanam sendiri. Mari kita bangga menjadi petani, walau dengan lahan sangat terbatas.