Kemarin ini ceritanya saya sedang memeriksa biji biji tanaman kangkung yang saya semaikan di atas media rockwool.Sudah pada tumbuh.Angka persemaiannya nyaris 100%. Tampak sehat-sehat.Sebagian besar sudah mulai menunjukkan 4 lembar daun. Sudah di stage yang siap dipindahkan. Tapi beberapa ada juga yang daunnya masih 2 lembar, ada yang masih kelihatan seperti kecambah saja, ada juga yang daunnya belum keluar semua, ujungnya masih terbalut cangkang bijinya.Saya membantu melepaskan cangkang itu satu per satu biar daunnya mengembang, dengan harapan agar tanaman ini bisa melakukan fotosintesis lebih cepat sehingga pertumbuhannya pun lebih cepat. Sslangatlah mudah melepaskan cangkang biji kangkung ini. Tinggal tarik, daunnya langsung mengembang dengan mulus.
Tapi dari sekian banyak yang saya bantu, ada satu tanaman kangkung yang tampak aneh. Tangkai daunnya sudah sangat panjang, tapi cangkang bijinya masih melekat erat. Dibilang kecambah bukan, tapi jika disebut pohon Kangkung juga belum layak. Saya coba bantu lepaskan tapi keras.Waduuh!. Akhirnya saya pecahkan cangkangnya dan paksa sedikit agar daunnya bisa keluar. Bisa sih… tapi daunnya kelihatan keriting dan kurus, karena terlalu lama terlipat dan digencet cangkangnya sendiri. Padahal daun teman-teman di sebelahnya jauh lebih besar dan lebar serta tetap teratur bentuknya walaupun sudah tidak diatur oleh cangkang.
Jadi tanaman ini sebenarnya terlambat tumbuh akibat terbelenggu cangkangnya sendiri.
Saya jadi membayangkan embrio ayam yang berada didalam cangkang telurnya. Embrio ini mengalami pertumbuhan dari hari ke hari. Semakin membesar setiap hari. Hingga ketika pertumbuhannya sudah optimal di hari ke 21 ia harus memecahkan cangkangnya sendiri agar bisa keluar menjadi anak ayam dan selanjutnta berkembang menjadi ayam dewasa. Karena cangkangnya sendiri sudah tidak muat. Apa yang terjadi jika embrio ayam ini tidak memecahkan cangkangnya ? Niscaya ia tidak akan bisa tumbuh lagi dan lama lama tentu akan mati.
Alam rupanya sudah menetapkan mekanisne “jika ingin tumbuh pesat, harus berani memecahkan cangkang sendiri” itu untuk semua mahluk hidup. Berlaku untuk kangkung, berlaku untuk ayam dan bahkan menurut saya berlaku untuk semua mahluk hidup termasuk manusia.
Cangkang! Adalah icon alam untuk segala yang membatasi.
Pandangan yang sempit adalah cangkang yang membatasi kita untuk melihat dunia kehidupan dengan lebih baik. Kita pikir apa yang terlihat oleh kitalah yang paling indah, hanya karena kita tak bisa melihat kehidupan yang indah lainnya di luar jarak pandang kita.
Pikiran yang sempit adalah cangkang yang membatasi kita untuk memahami bahwa sesungguhnya sedemikian luasnya ilmu pengetahuan di luar sana yang belum terpikirkan oleh kita.
Kefanatikan terhadap sesuatu, juga adalah cangkang yang membelenggu keyakinan kita yang membuat kita menyangka bahwa apa yang kita yakini adalah yang paling benar tanpa memberi kesempatan diri kita untuk mengetahui bahwa di luar sana sedemikian luasnya kebenaran yang tak tertangkap oleh mata bathin kita.
Kekhawatiran dicap sok tahu dan menggurui, adalah cangkang yang membuat kita tak berani mengemukajan pendapat dan gagasan-gagasan kita.
Ketakutan untuk gagal, kekhawatiran akan diomongkan orang lain, kebiasaan mengandalkan orang lain dan sebagainya masih banyak lagi, adalah jenis-jenis cangkang dalam kehidupan sehari-hari yang membatasi kita untuk berkembang.
Laksana cangkang pada telor ayam dan pada biji tanaman, cangkang kehidupan selalu kita butuhkan di tahap awal untuk melindungi dan membantu kita semua agar lebih disiplin dan tertib. Namun begitu mencapai tingkat pertumbuhan dan pemahaman yang kuat, kita perlu memberanikan diri untuk memecahkan cangkang yang membelenggu diri dan pemikiran kita agar bisa berkembang lebih lanjut. Karena jika tidak, maka kita hanya akan berakhir di sini dengan keadaan seperti saat ini.
Lepaskan cangkang yang membelenggu, buka peluang yang luas bagi diri kita sendiri untuk mampu berkembang sebaik-baiknya.