Saya adalah seorang ibu dari dua orang anak. Selain itu saya adalah seorang Dokter Hewan yang saat ini bekerja sebagai pemasar. Saya suka menulis.

 Masa kecil saya

Saya adalah anak perempuan kecil yang duduk di depan itu.

Saya adalah anak perempuan kecil yang duduk di depan itu.

Saya dibesarkan di sebuah kota kecil di tengah pulau BaliBangli namanya. Sebuah kota sejuk dan tenang. Jauh dari kebisingan dan polusi. Tinggal di sana sejak lahir hingga remaja. Masa kecil saya sangat menyenangkan. Penuh kebahagiaan dan aktifitas di alam bebas. Rumah orangtua saya dekat lapangan kabupaten. Hampir tiap hari sepulang sekolah  saya bermain di sana. Naik sepeda, lari, latihan melompat jauh dan loncat tinggi. Kadang saya bermain di sawah  dekat rumah. Menangkap capung dengan getah nangka. Mencari siput atau  memetiki buah gunggung (raspberry liar) yang merah manis di tepi sawah. Saya juga suka  memanjat pohon untuk menengok sarang burung  dan  nongkrong di dahannya. Dan yang juga sangat menyenangkan tentu bermain bersama teman-teman sebaya. Main dagang-dagangan, loncat karet, kelas-kelasan dsb. Itulah aktifitas saya setiap hari. Kegiatan lain yang juga hampir setiap hari saya lakukan adalah latihan menari. Buat sebagian besar anak perempuan di Bali, menari adalah suatu keharusan agar bisa ngayah (menyumbangkan sesuatu di Pura atau kepada masyarakat). Menari juga memberi pengalaman panggung yang membuat saya menjadi lebih percaya diri.  Kadang saya juga suka ikut bpak saya pergi memancing ke sungai. Sangat menyenangkan. Semua aktifitas masa kecil itu membuat saya merasa diasuh  & dididik oleh alam. Selain tentunya juga oleh orang tua, para guru saya di sekolah dan masyarakat di Bangli.

Ibu Saya & Keluarganya

Saya adalah anak kedua dari lima bersaudara. Oleh karena itu saya diberi nama Made.  Saya lahir dari seorang Ibu bermarga Pande. Yakni marga/ keluarga  yang  secara turun temurun  berprofesi sebagai tukang emas, perak, membuat pisau, cangkul, keris,  dan peralatan logam lainnya. Menurut sejarah, seperti kebanyakan orang Bali lainnya  Warga Pande adalah migrant  dari Jawa pada jaman Majapahit.

Ketika kecil, kerap kali saya duduk di pangkuan kakek saya. Melihatnya bekerja di perapen (bengkel pande). Membuat pisau, menempa keris atau memasang potongan-potongan emas dan permata untuk perhiasan. Selain profesinya sebagai Pande, kakek saya juga seorang pemimpin agama & penyembuh alami (natural healer), sehingga sering dipanggil Jero Mangku Pande.  Berpendidikan hingga sekolah selevel guru, Ibu saya tidak memiliki ketrampilan memande seperti  ayah & adik-adiknya. Tapi beliau adalah sosok  wanita yang sangat kuat di mata saya. Tidak banyak berbicara. Sangat rendah hati. Mengurus lima orang anak plus beberapa orang keponakan, sambil  menjalankan usaha penggilingan padinya di beberapa lokasi yang berbeda. Mengurus karyawan & buruh, mencari pelanggan, menjual beras & dedaknya, hingga mengurus mesin dilakukannya sendiri tanpa mengenal rasa capek. Semuanya termanage dengan baik.

Beliau sangat tegas dalam kelembutannya. Dan fasih mendelegasikan tugas kepada bawahan & anak-anak/keponakannya.  Walaupun ada pembantu rumah tangga, tidak ada anak yang diperbolehkan bermalas-malasan oleh ibu saya. Ada yang urusan dapur,  ada yang urusan cucian & jemuran, ada yang urusan kebersihan kamar dan dalam rumah, dsb.Semuanya mendapat jatah  pekerjaan & tanggung jawab masing-masing yang berbeda. Saya sendiri diberi tanggungjawab atas kebersihan halaman rumah. Tiap pagi & sore saya harus menyapu halaman rumah hingga bersih. Dan tidak ada cerita kalau bangun kesiangan kita dibebastugaskan dari tanggungjawab.

Ibu saya me’manage’ semuanya dengan sangat baik. Suami & anak terurus. Urusan  rumah beres. Urusan keagamaan, adat, keluarga besar & bermasyarakat berjalan dengan baik. Pekerjaan  & bisnisnya juga lancar. Ibu saya juga memberikan inspirasi untuk mencari tambahan uang saku. Jatah uang saku harian saya sangat pas untuk keperluan standard. Jika saya ingin mendapatkan ekstra, maka saya harus bekerja untuk mendapatkannya. Saat liburan sekolah, biasanya saya diminta untuk ikut membantu mengawasi di salah satu penggilingan berasnya. Melayani pelanggan, mengawasi buruh, menimbang beras dan melayani transaksi jual beli beras dan gabah.  Sebagai upahnya, saya diberikan hak atas hasil penjualan dedak hari itu.  Dari ibulah saya belajar tentang arti kerja keras. Tentang keinginan dan impian. Serta usaha untuk mencapainya. Dari ibu  juga saya belajar multi-tasking, yang kelak ternyata menjadi  keseharian saya. Belakangan ketika beliau tidak lagi ada, saya  baru menyadari bahwa Ibu saya benar benar seorang good manager.

Bapak Saya

Bapak saya  berasal dari keluarga Bali asli. Yakni dari marga Kayu Selem. Kakek saya  yang dipanggil sebagai Jero Mekel  Lingsir adalah kepala desa dan kepala adat  yang menjabat secara  traditional & turun temurun di sebuah desa kuno  Bali bernama Songan. Letaknya di tepi Danau Batur, Kintamani. Beliau juga seorang kepala agama yang memimpin upacara di tempat-tempat suci. Tak banyak yang saya ingat tentang kakek saya  ini. Selain bahwa  beliau adalah seorang pemimpin warga Bali asli yang sangat disegani.  Rumah kakek saya selalu penuh dengan orang-orang yang berdatangan. Baik dari sekitar desa maupun  dari jauh untuk mendapatkan pandangan-pandangan beliau.

Desa ini sebelumnya cukup terisolir. Karena akses jalan raya ke desa itu baru ada sekitar tahun 1983. Sebelum itu, jika pulang ke Songan dari kota Bangli, kami harus naik kendaraan dulu hingga Penelokan. Dari sana kami turun ke  desa Kedisan di tepi danau dengan menunggang kuda. Kemudian naik perahu  atau sampan bermesin tempel menyebrangi danau yang luas ke desa Songan. Banyak yang tidak percaya  ketika saya ceritakan kisah ini. “ Ah, mana mungkin kamu bisa menunggang & mengendalikan kuda. Tampang aja nggak ada” itu komentar umum yang tidak percaya bahwa sebelumnya saya pernah mahir menunggang kuda karena keadaan.  Tapi memang begitulah adanya saya, keluarga saya  & desa saya pada  tahun-tahun itu. Namun bagaimanapun kondisinya, saya tetap  mencintai desa  saya.

songan-di-tepi-danau-baturAkan halnya bapak saya,  menurut saya beliau adalah sosok yang sangat bijaksana. Sangat berpengetahuan. Sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran dan harga diri. Serta nekat  dan pemberani. Jika saya gambarkan dengan imajinasi, sangat mirip dengan sosok Winnetou pemimpin suku Indian yang diceritakan dalam buku-bukunya Karl May. Karena nekat & keberaniannya membuat beliau menjadi salah satu dari sedikit orang Bali pada jaman itu yang bisa mengenyam pendidikan  cukup baik hingga ke bangku kuliah di luar Bali. Dengan kondisi akses keluar  desa yang nyaris tidak ada saat itu (beliau lahir tahun 1927),   beliau yang masih kanak-kanak nekat pergi bersekolah  ke Kintamani dengan berjalan kaki mengelilingi Gunung Batur.  Mendaki bukit dan tanjakan terjal serta menembus kabut agar bisa  menyelesaikan pendidikan tingkat SDnya hingga kelas 3 di Kintamani.  Saat itu SD di Kintamani (tentu saat itu namanya masih belum SD) hanya tersedia  sampai kelas 3 saja.  Tidak ada kelas 4. Untuk melanjutkan ke kelas 4 sampai kelas 6,  maka Bapak saya harus ke Bangli. Setamat SD, ternyata di Bangli belum ada SMP (atau sekolah yang setara pada jaman itu). Maka berangkatlah Bapak saya ke Denpasar untuk melajutkan SMPnya hingga tamat. Selepas SMP, di Bali belum ada SMA. Maka Bapak saya nekat berangkat ke Semarang untuk  belajar di SMA. Dan  setamat SMA, karena belum ada universitas di Semarang, akhirnya beliau mengambil kuliah di Universitas Gajah Mada di Jogja. Mungkin karena pengalamannya itu membuat Bapak saya memiliki pandangan yang cukup moderat dan sangat terbuka. Di tengah kesibukannya sebagai pegawai negeri serta aktifitasnya beberapa tahun di parlemen sebagai pemimpin partai politik di daerah, beliau sangat perhatian terhadap pendidikan putra-putrinya. Namun beda dengan ibu saya yang pekerja keras &  selalu ingin menjalankan usahanya sendiri, bapak saya sangat typical “Poor Dad” dalam buku Rich Dad, Poor Dad-nya Robert Kiyosaki. Beliau selalu menginginkan anaknya menjadi murid yang baik. Murid yang paling pintar di sekolah. Untuk kemudian bekerja dengan baik sebagai……pegawai  negeri yang baik!!!!. Bukan menjadi pemilik usaha sendiri. Tapi menjadi pegawai atau professional!.

Walaupun bapak saya selalu sibuk, namun banyak aktifitas  yang saya lakukan  bersama bapak. Mulai dari menggambar, memancing ikan, memandang langit malam & melihat bintang,  menanam bunga, memetik cengkeh, memanen kopi, hingga tertawa ngakak bersama-sama. Walaupun keras dan sangat disiplin, bapak saya senang melontarkan joke-joke yang membuat kami tertawa  terpingkal pingkal saking lucunya. Dan pasti, banyak sekali yang saya pelajari dari beliau. Mulai dari soal kedisiplinan, kompetisi, kesetiakawanan, keberanian,  ketulusan, arti kejujuran, kebahagiaan, kebersahajaan, spiritual hingga makna hidup. Bapak saya meneruskan tugas kakek saya sebagai seorang pemimpin agama. Beliau  juga  seorang penulis lontar. Lontar adalah naskah kuno yang ditulis dalam huruf Bali di atas rontal (ron=daun; tal atau ental  = sejenis pohon palem. Rontal = daun ental yang dikeringkan). Bapak saya banyak membantu permintaan masyarakat yang datang untuk menyalin naskah-naskah  kuno yang tersimpan di tempat tempat suci,  guna menyelamatkannya dari kerusakan oleh waktu. Tulisan tangannya sangat indah dan rapi.  Tulisan huruf Bali terindah yang pernah saya lihat dalam hidup saya. Bahkan hingga hari-hari terakhirnya, beliau masih tetap aktif menulis. Banyak sekali  ilmu pengetahuan kuno yang dituangkan di sana. Berharap suatu saat saya bisa mempelajarinya.  Mudah-mudahan semua naskah itu masih tersimpan dengan baik.

Demikianlah masa kanak kanak saya yang penuh kebahagiaan dengan keluarga yang sangat saya cintai dan sangat mencintai saya.

Masa remaja & saat kuliah

Di pantai Kuta. Saya yang masih remaja berbaju pink dengan rok hitam.

Di pantai Kuta. Saya yang masih remaja berbaju pink dengan rok hitam.

Hingga SMA, saya  tinggal di kota kecil ini dan menyelesaikan pendidikan saya dengan baik. Saya selalu memastikan diri untuk mendapatkan score dan ranking terbaik di kelas seperti amanat bapak saya. Selain juga mengembangkan ketrampilan saya yang lain dalam berkesenian, seni tari, melukis, theatre, kesusastraan, pidato, kerajinan tangan dan sebagainya.  Beberapa kali sejak SD hingga SMA, saya terpilih sebagai Pelajar Teladan, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.

Selepas SMA, saya melanjutkan pendidikan di Kedokteran Hewan Universitas Udayana di Denpasar. Mengapa Kedokteran Hewan? Saya tidak punya jawaban selain karena saya memang sangat menyukai anjing & kucing. Demikian juga binatang kecil lainnya seperti burung, kupu-kupu dan ikan.  Benar-benar suatu reason yang sangat genuine bin polos dan lugu. Sesungguhnya seperti kebanyakan Ibu-Ibu lainnya pada jaman itu, Ibu saya ingin saya menjadi dokter (dokter manusia-maksudnya). Sedangkan bapak saya ingin saya menjadi Arsitek, karena berpendapat saya memiliki bakat merancang dan cocok di situ. Namun saya memutuskan untuk menjadi Dokter hewan karena kecintaan saya pada binatang. Saya senang dengan keputusan saya itu. Bapak & Ibu sayapun akhirnya mendukung.

Saya sangat menyukai masa masa perkuliahan saya di kampus Kedokteran Hewan ini.  Sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan tentu saja sangat banyak hal yang saya pelajari berkaitan dengan kesehatan hewan dan penanganannya. Mulai dari  ilmu kebidanan sampai penyakit zoonosis. Dari pembedahan minor hingga pembedahan besar. Dari penyakit parasit hingga pembiakan virus. Dari unggas hingga ke kuda. Dari klinik sampai ke lab & rumah potong hewan dsb, dsb banyak sekali. Tidak mudah!.Namun sangat menyenangkan.  Saya sangat menikmati dan bangga menjadi mahasiswa Kedokteran Hewan di UNUD ini.  Juga senang menjadi anak kost. Belajar mandiri dengan uang jatah untuk hidup pas-pasan yang diberikan oleh  ibu saya setiap minggu. Dan tentunya, yang paling membahagiakan hati saya adalah saat tahun 1990, dengan membawakan hasil penelitian yang saya lakukan dengan tekun  siang & malam selama 3 bulan terhadap  Dirofilaria Imitis, Cacing Jantung Pada Anjing, plus akumulasi nilai-nilai saya dari mata kuliah yang lain akhirnya  saya diberi kesempatan olehNYA untuk  menyelesaikan pendidikan Dokter Hewan saya dengan predikat lulusan terbaik. Kelulusan yang membuat kedua orangtua saya bangga & terharu. Walaupun tidak berkata apa-apa tentang saya, tapi saya tahu dari sorot matanya bahwa Bapak saya sangat bangga akan saya,  saat beliau berdiri di depan podium auditorium dan memberikan speech mewakili para orangtua mahasiswa yang lulus saat itu.

Pekerjaan & Karir saya

Setamat kuliah saya memutuskan untuk segera bekerja mengingat bahwa Bapak saya sudah pensiun, sementara adik-adik saya masih membutuhkan dana yang cukup banyak untuk melanjutkan pendidikannya. Kerja apa saja, yang penting halal. Jadi saya tidak lagi mengutamakan bahwa pekerjaan harus sesuai dengan latar belakang pendidikan saya.

Karena  lowongan yang ada saat itu adalah di Bank, maka saya mengawali karier saya sebagai Management Trainee di sebuah Bank Swasta (Bank Perniagaan) di Denpasar.  Karena tuntutan pekerjaan, seketika saya merubah penampilan saya. Mengganti sepatu boot yang sering saya gunakan untuk memeriksa hewan di kandang menjadi sepatu berhak 5 -7 cm biar tampil cantik. Memangkas rambut saya yang panjang menjadi pendek biar lebih rapi dan terlihat professional. Menggunakan earing dan perhiasan lain agar tampil lebih keren (walaupun kadang-kadang saya merasa pusing saat telinga saya menggunakan anting jepit. Tapi demi terlihat cantik & gaya, maka saya paksakan juga memakainya).   Tiga bulan training di kelas, kemudian saya ditempatkan sebagai Public Relation Officer. Selanjutnya saya dirolling  sebagai Account Officer untuk menangani nasabah nasabah premium.  Sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pendidikan saya sebagai dokter hewan. Tetapi hidup memang tidak selalu memberikan kita pilihan yang banyak untuk leluasa memilih.  Yang lebih  penting adalah bagaimana kita memanfaatkan peluang dengan baik. Memilih yang terbaik dari setiap keadaan. Walaupun tidak memiliki ilmu yang sesuai & memadai, namun niat dan keinginan belajar yang tinggi sangat menolong.  Bukankah semua ilmu sebenarnya bisa dipelajari, kalau kita mau & niat belajar?  Bagi saya, faktor niat dan keinginan untuk selalu berusahalah yang menjadi faktor pembeda sebuah kesuksesan. Di tempat inilah saya mulai banyak belajar menghadapi orang, berkomunikasi dengan baik, belajar membuat press release,  mempelajari  protokol perusahaan , bertemu dengan para  nasabah, berbicara dengan mereka,  mendiskusikan bagaimana mereka  menjalankan bisnisnya dan keterkaitannya dengan posisi account-nya di bank.

Dua tahun saya berkarir di Bank, kemudian saya memutuskan untuk keluar dan melanjutkan berkarier sebagai Sales Supervisor di PT Mitra Prima (sekarang PT Mitra Adi Perkasa/ MAP) di Jakarta. Setelah mendapatkan training di Jakarta, saya ditempatkan di Bali untuk membuka outlet-outlet di Bali. Setelah sukses membuka outlet Sport Stations & Golf House di Galleria Nusa Dua,  2 outlet Sport Stations di Legian Kuta dan 1 outlet di Bandara Ngurah Rai, akhirnya saya ditempatkan di   Sport Stations SOGO, Plaza Indonesia. Untuk seterusnya kemudian dirolling secara berkala di Atrium Senen, Pondok Indah Mall, Blok M Plaza dan Pasaraya. Bekerja shift, dan sering baru pulang ke rumah di atas jam 11 malam bila kebetulan mendapatkan  jadwal tugas sore. Pergi dan pulang saya harus naik bis kota dan sudah pasti harus bergelantungan seperti rakyat  lainnya yang naik bis kota juga.

Pada awalnya saya mengira apa yang saya lakukan bukan merupakan hal yang baik. Bagaimana tidak? Bekerja di toko bukanlah suatu profesi yang diinginkan oleh kebanyakan orang. Saya belum pernah mendengar ada kanak-kanak yang punya cita-cita menjadi penjaga toko. Kebanyakan kanak kanak bercita cita menjadi dokter, pramugari, pilot, insinyur dsb-nya. Tapi tidak ada yang bercita-cita menjadi seorang penjaga toko!. Namun faktanya, itulah yang saya lakukan dengan hati senang.  Hingga salah seorang adik sayapun sangat terkejut & nyaris menangis  sedih ketika  memergoki saya sedang  berjongkok di kaki pelanggan toko sedang mengikatkan tali sepatu. “ Waduuh.. apa gunanya sekolah susah susah buat jadi dokter hewan,  kalau akhirnya hanya menjadi pelayan toko… “ Sayapun tidak mampu menjawab saat itu, selain hanya merenungkan kata-kata adik saya itu sambil berpikir bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan lain yang lebih layak & menjanjikan.

Namun kemudian saya tahu, semua hal yang saya alami di toko itu justru memberikan saya dasar-dasar pengetahuan penjualan dan pemasaran yang riil tanpa saya sadari. Sekolah di lapangan! Ya, saya sedang bersekolah pemasaran langsung di lapangan. Sekarang saya merasa sangat bersyukur, saya pernah ada di situ.  Saya bahkan bangga pernah menjadi penjaga toko dan mengalami itu semuanya. Dengan berada di toko saya jadi banyak belajar memahami konsumen secara langsung. Melayani konsumen, berdiskusi & melakukan negosiasi, menghadapi complaint,  belajar melakukan pemajangan yang baik, memanfaatkan materi promosi,  melakukan eksekusi promosi yang menghasilkan penjualan, melakukan focus penjualan, mendrive sales dengan mengoptimalkan  availability & feasibility, merekrut dan menangani salesmen & SPG (Sales Promotion Girls), mempelajari manajemen pergudangan, stock dan pengorderan  dsb. Semuanya itu kelak berguna saat di kemudian hari saya harus menangani SPG dan team penjualan serta strategy pemasaran berbagai merk di perusahaan-perusahaan berikutnya. Di tempat itu pula, dari produk produk yang dipajang dioutlet-outlet yang saya tangani saya mulai memiliki kesadaran tentang brand. Tentang merk. Bahwa merk itu bukan hanya sekedar produk, tapi ia memiliki pembeda yang menyebabkan ia diberi nilai beda oleh konsumen. Bahwa kesuksesan penjualan brand ditentukan oleh faktor yang sangat majemuk. Selain memiliki kekuatan personalnya sendiri sebagai brand, komunikasi dan relationshipnya dengan pihak distributor dan penjual juga memberikan dampak yang paralel terhadap penjualannya.   Beberapa merk yang penjualannya sempat saya tangani di outlet-outlet  antara lain adalah Reebok, Speedo, La Coste, Mizuno, Wilson, TigerShark,dll.

Dua tahun berikutnya saya direkrut oleh perusahaan kosmetik lokal, PT Ristra Indolab untuk mengisi posisi Asistent Technic Commercial Manager yang menangani aktifitas promosi Below The Line dari perusahaan, material promosi, event,   menangani  para Beauty Consultant dan team Beauty Promotor yang tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa bulan bekerja, saya mendapatkan promosi  sebagai manager penuh dan mendapatkan fasilitas kendaraan saya yang pertama. Tentu saja saya senang bukan alang kepalang dan membuat saya semakin semangat bekerja. Saat itu sebagai Technic Commercial Manager saya berada di jalur Sales Department. Dengan bergaul dan mengamati pekerjaan teman-team di Marketing – Brand Management, saya lalu mulai memahami sedikit demi sedikit masalah pemasaran dan penjualan serta keterkaitannya dengan aktifitas Brand Management. Mata saya mulai terbuka, bahwa penjualan ternyata merupakan salah satu  fungsi marketing. Dan diluar penjualan ternyata masih banyak sekali fungsi- fungsi marketing yang lain. Sebelumnya,  saya yang berlatar belakang pendidikan Kedokteran Hewan tidak mengerti apa bedanya Sales dengan Marketing. Bahkan untuk membedakan tugas Sales dengan Marketingpun saya tak mampu. Semakin saya amati, saya cari tahu, akhirnya saya menyadari  bahwa dunia marketing ternyata sangat menarik dan membius saya untuk belajar lebih banyak lagi. Marketing ternyata melibatkan strategy & pemikiran yang dalam. Akhirnya, karena kebetulan saya lihat posisi Brand Manager di Marketing saat itu sedang kosong,  saya memberanikan diri mengusulkan pada pimpinan perusahaan agar saya bisa dipindahkan ke Marketing Brand Management. Dan tanpa malu-malu saya bilang bahwa saya merasa berbakat di situ. Tanpa banyak pertimbangan lagi, ternyata usulan saya langsung diterima. Sejak itulah saya menjadi seorang Brand Manager yang kemudian meneruskan karier pemasaran saya hingga saat ini. Di perusahaan ini juga untuk pertama kalinya saya memiliki kesempatan untuk melakukan promosi di negara lain. Saya cukup beruntung  karena brand yang saya tangani bertumbuh sangat baik.

Saya terus bekerja di sana dengan tekun, hingga suatu hari saya ditelpon oleh seorang yang tak saya kenal menawarkan apakah saya berminat untuk mengisi lowongan pekerjaan di PT Cussons Indonesia. Mulanya saya tidak bersedia,  karena tak memiliki alasan mengapa saya harus pindah. Saya cukup happy dengan apa yang saya dapatkan dan pelajari di perusahaan ini. Namun ketika saya ditelpon dan dibujuk lagi untuk kedua kalinya,  saya mulai memikirkan keseriusan penelpon itu. Saya diminta untuk coba datang saja dulu melihat kantornya. Setelah saya timbang timbang, pikiran saya mulai berubah ketika saya tahu saya akan mendapatkan kesempatan belajar di sebuah perusahaan asing yang tentu memiliki system dan ilmu pemasaran yang lebih baik. Saya mengejar ilmu!.

Pada bulan April 1997, saya mulai bergabung dengan PT PZ Cussons Indonesia (dahulu PT Cussons Indonesia) sebagai Brand Manager. Disinilah hidup saya sebagai seorang pemasar mulai terjadi dalam artian yang sesungguhnya. Sangat banyak yang saya pelajari tanpa saya sadari. Sangat banyak kesempatan & kepercayaan yang diberikan kepada saya dan team untuk mengeksplorasi ide-ide guna  mengembangkan bisnis Brand Brand yang dipercayakan. Saya  terekspose sangat baik dengan cara berpikir, ethos kerja  atasan & teman teman saya, baik  yang berasal dari Indonesia maupun dari berbagai negara lain. Saya belajar dengan cepat, melahirkan  gagasan gagasan baru, produk dan merk merk baru, yang  pada akhirnya berkat  kerja sma & kerja  keras seluruh team di semua lini, baik dari Sales, Factory, Research  & Development, Supply, Finance, Human Resorce department,  bisnispun bertumbuh dengan sangat cepat.  Sebagai seorang pemasar, banyak kesuksesan dan  banyak kegagalan juga yang saya alami. Namun dengan mengambil pelajaran dari semua proses  itu maka secara akumulatif, tingkat kesuksesan yang terjadi jauh lebih banyak. Merk yang saya tangani sejak saya bergabung dengan PZ Cussons Indonesia cukup banyak, mulai dari Asoka, Beauty, Black Plus, Hydrosystem, Mintafresh, Velvetone, Sweet 17, Extreem, Cussons Kids, First Years, namun merk utama yang saya pegang adalah Cussons Baby yang sukses mengalihkan posisi dari pemain ke 3 di pasar perawatan bayi menjadi market leader.  Dalam waktu yang cukup singkat saya mendapatkan promosi menjadi Senior Brand Manager, lalu menjadi Group Product Manager, berikutnya menjadi Marketing Manager lalu menjadi Head of Marketing Department . Di perusahaan ini pula beberapa kali saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi unit -unit bisnis yang ada di negara -negara lain guna mempelajari sytem & proses-proses bisnisnya, belajar dari pengalaman rekan-rekan yang lain maupun guna berbagi pengalaman dengan rekan dari negara negara lain. Sungguh sebuah  pengalaman yang sangat berharga.

Setelah bertahun tahun menimba ilmu di PT PZ Cussons, saya  sempat bekerja  di   Grup Tempo Scan Pacific  sebagai Marketing GM  yang menangani merk merk SOS, Total Care, My Baby & Dione Kids di salah satu perusahaannya yakni PT Barclay Products. Selanjutnya saya dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Marketing Director di salah satu perusahaan Wipro Group.  Demikianlah sisi karir dari kehidupan saya.

Namun demikian, sebagai seorang istri & ibu rumah tangga biasa, kegiatan  saya pada saat ini adalah mengurus anak anak & suami,  merawat tanaman, membaca buku  dan menulis.  Buat saya hidup adalah sebuah perjalanan, dimana saya selalu optimis & berusaha melakukan yang terbaik guna memperoleh kebahagiaan, dimanapun  kelak potongan perjalanan berikutnya mengantarkan saya.

Keluarga saya

Saya menikah dan memilki 2 orang anak laki-laki  yang baik-baik, sehat, cerdas & kreatif, yang membuat hidup saya  sangat penuh dengan kebahagian. Saya sangat senang membesarkan mereka  dan melihatnya tumbuh dengan karakter, keunikan pribadi dan bakatnya masing masing. Di rumah saya membiarkan anak saya untuk bebas mengeluarkan pendapatnya dan mengekspresikan dirinya. Saya selalu berusaha menjadi ibu yang baik dan supportive.

135 responses »

    • Hi, Junie! Terimakasih banyak atas harapan dan kesediaannya telah mampir ke blog saya. Sangat senang mengetahui fakta bahwa ternyata Junie juga alumnus Fak. Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang kita cintai. Sukses selalu juga buat Junie, ya..

      Viva Vet!

      Like

  1. Wonderful story. (I still struggle with the translation feature). You are right, we all have a story to tell and when you look at it with an open heart they are all quite amazing. Sometimes you can even see your very own story reflected in someboy elses narration and this way you have a chance to see the mysterious “impersonal” or universal quality of all stories and feel the connectedness.

    Like

    • Thanks, Klaus. Sorry for incovenient in translating into English. I wrote in Bahasa since I live in Indonesia and most of my blog readers are speaking in Indonesian language. I think you are very true – as my experience also tell me that we are human, universally connected each other some how – disregard of our skin colour, nationalities, religions, ages, gender etc. Some people can feel it, while others may not. Sometimes, eventhough we did not know each other, we never met before, but when we read somebody else story we feel very closed as if we’ve already known that person for years. There must be something generic exists in every human heart. That I guess, the natural instinct to seek happiness and peace. And I think the way we approach happiness in life will make we feel connected quickly.

      Like

  2. senang membaca tulisan-tulisan anda.. ketika kita menulisnya dengan bahagia dan yang ditulis adalah kebahagiaan.. maka kebahagiaan juga yang akan timbul bagi yang membacanya.. salam kenal dari saya,, =)

    Like

  3. Terima kasih sudah pernah menuliskan akan hal ini ya, Bu..
    terutama karena aku sedang merasa tersesat dalam kondisi perusahaan yang tidak menentu dan aku akhirnya memberanikan diri untuk menerima tawaran dari perusahaan lain, walaupun aku sama sekali belum pernah menjadi seorang marketer sebelumnya.
    Awalnya karena akses pendidikan yang terbatas, membuatku belajar langsung di lapangan. Tapi jalan Tuhan membuat semua yang berliku jadi lebih indah karena kelokannya mendewasakanku.
    Terima kasih ya Bu, hari ini tanpa sengaja aku menemukan blog ini, membacanya dengan debar dan berhati-hati, rupanya itu tidak sia-sia, sebab aku telah mendapatkan kekuatan yang baru dari cerita inspiratif ini.
    Sekali lagi, terima kasih.

    Like

    • Terimakasih banyak atas kesediaan Mbak Ranti untuk mampir dan membaca tulisan saya di blog ini. Jangan khawatir, Mbak. Mbak Ranti nggak sendirian yang terpaksa beralih profesi. Banyak orang, baik karena keadaan terpaksa maupun tidak, beralih menjadi marketer dan toh sangat banyak diantaranya yang bisa tetap bertahan atau bahkan sukses di dunia ini.

      Bagi saya, pendidikan formal, akses pendidikan dan latar belakang sebelumnya memang merupakan hal penting untuk men-set cara berpikir kita serta menambah wawasan kita. Namun sebenarnya yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita menjalankan hidup selepas masa pendidikan itu. Kuncinya menurut saya adalah pasion kita terhadap apa yang kita kerjakan. Selalu berusaha melakukan segala sesuatunya dengan hati ‘senang’. Jika kita senang, apapun akan terlihat mudah dan menyenangkan untuk dikerjakan, sehingga kemungkinan kita untuk sukses menjadi lebih besar peluangnya. Sebaliknya, walaupun pekerjaan sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan kita, namun jika tidak kita jalankan dengan hati senang, hasilnya mungkin tetap tidak sebaik orang yang mengerjakannya dengan hati senang dan penuh gairah. Demikian juga dengan tingkatan pendidikan. Tidak ada jaminan orang yang pendidikannya sangat tinggi akan lebih sukses dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan secukupnya.

      Semoga sukses selalu ya Mbak..

      Like

  4. Bu Made saya seorang kakek dari empat cucu merasa salut atas perjalanan hidup Anda yang gigih, tulisannya menarik.. sampai tamat semuanya saya baca, biar menjadi bahan untuk nasehat bagi anak dan cucu saya. Terima kasih Bu Made

    Like

    • Terimakasih banyak atas kunjungannya, Pak Eman. Saya baru mencoba menulis hampir setahun belakangan ini, Pak. Jadi masih muda pengalaman sekali dalam ngeblog.

      Tadi saya sempat melihat-lihat blog Pak Eman…waduh..luar biasa!!. Banyak sekali tulisan-tulisan Bapak yang sangat menarik perhatian saya. Saya mesti banyak belajar dari Pak Eman.

      Like

  5. Beberapa kali membaca postingan cantik jeng Dani, baru masuk ke sesi my-life-story. Wonderful, pekerjaan yang dilakukan dengan hati hasilnya luar biasa ya. Bapak dan Ibu penerus budaya Bali ya, agar lebih dekat dan saya belajar kekerabatan ‘Bali’ enaknya disapa dengan bu Made kah? Salam hangat

    Like

    • Ha ha.. thanks Bu Prih. Ya, boleh aja. Memang nama saya Made. Keluarga/teman sekolah saya di bali biasanya memanggil saya Ade (versi singkat dari Made). Tapi banyak juga teman kerja yang memanggil Dani, Sri, An, bahkan yang memanggil Ani-pun ada (he he mirip Ibu SBY).

      Like

  6. Perjalanan karir yang luar biasa Bu …
    Perusahaan yang pernah ibu tangani bukan perusahaan kecil …

    Saya tersanjung … blog saya didatangi oleh Ibu …

    Terima kasih ya Bu

    Salam saya

    BTW
    bicara masalah MAP … mitra adi perkasa ? … saya baru ingat saya masih punya voucher yang belum dibelanjakan nih 🙂 🙂 🙂

    Like

    • Thanks kunjungan baliknya Pak. Perusahaan2nya memang bukan kecil, tapi saya hanya karyawan biasa juga seperti yang lainnya, Pak. Terimakasih sudah bersedia mampir.
      Kalau masih ada voucher dari MAP, ayo dong cepat dimanfaatkan..sebelum termnya keburu habis he he.

      Like

    • Terimakasih banyak Pak Odi. Biology adalah salah satu pelajaran favorit saya saat di bangku sekolah, Pak. Mungkin kesukaan akan pelajaran itulah yang salah satunya justru mengantarkan saya menjadi seorang dokter hewan.
      Setiap orang memiliki pengalaman hidup masing-masing, yang kalau diceritakan pasti semuanya memiliki sudut yang menarik tergantung cara kita memandang kehidupan ini. Selamat tahun baru, Pak Odi.

      Like

  7. Hai Mbak Made… (saya boleh manggil seperti itu?)
    Kunjungan balik nih…
    Sebuah kehormatan blog saya dikunjungi oleh Mbak.
    jadi bertambah banyak lagi sahabat saya..

    Bali…? Hmm… sebuah tempat yang saya impikan untuk bisa liburan bersama keluarga suatu saat, hehe.. 🙂

    Like

  8. Sangat bangga ngelalah nyama uli songan bisa menulis,bes demenang tiang maca sampai bersambung maca krn tiang sing kuat maca pada malam hari…orang yg egk lahir di Songan bisa bangga jd anak Songan apalagi cara tiang gede di songan…metakon sik mbok…nyen bapak mbok ee ajaka pekak mbok eee..yg jelas ane bisa tangkep mbok keluarga pak Gina asani..cocok ke? Hehehehehe

    Like

    • Wah… jug sing nyangka Mboke cang maan comment uling nyama Songane. Terimakasih nah, Mang!.Nak maksudi cang nulis panga tawanga ken anake, iraga nak ngelah masih desa luung jee. Tara nyan bangga ee..awak mulan uling ditu. Asli Songan nee.. he he.
      To ba luung. Awak mulan uling Songan, harus bangga dadi anak Songan. Nyen sanga tonden nga’banggaang’desane yen iraga sing nyak?

      Oo, beneh ba to. Bapak Mboke madan Pak Made Gina. Mbok anaknya yg nomor dua. Pekak Mboke imalune Mekel Songan (tabe pakulun – Jero Nusari, Jero Mekele Dangin). Umah Mboke dangin di sisin danune -Tawang ke?
      Men Komang nyen sanga ngelah keluargane? Jaa umahe yen di Songan?
      Mbok sudah lihat-lihat tadi blog Bali Drivernya, Mang. Tapi sayang nggak bisa meninggalkan comment (katanya URL-nya nggak valid). tapi contentnya bagus. Sukses selalu ya Mang..

      Like

  9. Saya termasuk diantara mereka yang telat mengenal blog ini, jujur saya katakan..membaca tulisan diatas adalah sama menariknya dengan membaca novel karya Andrea Hirata. Satu kata yang dapat saya sampaikan : INSPIRATIF!!

    Semoga sukses selalu menyertai setiap usaha keras yang anda upayakan, salam.

    Like

    • Waduuh… terimakasih banyak atas kemurahan hatinya.Tentu saya merasa sangat tersanjung dan senang jika ada yang menyetarakan tulisan saya dengan tulisannya Andrea Hirata. Terus terang saya hanya pernah membaca synopsisnya saja namun belum pernah membaca novelnya.
      Terimakasih banyak juga atas doa dan dukungannya. Salam sukses kembali.

      Like

  10. Dear Ade,
    Memang luar biasa,Perjalan hidup sangat punya semangat dan lebih hebat lagi adalah Ber-Semangat , memang Value Pribadi sudah terbentuk dari kecil dan punya Warna yang indah
    Hidup memang butuh Proses…… dengan Faithing Spirit dan Tekat tanpa ketergantungan dan Percaya diri dan selalu ada didalam cerita yang sangat menarik dan indah……………..Ternyata untuk Menjadi sukses……….harus menghidari 3 kata virus ….1 Tidak Bisa, 2 Tidak Mau 3 Susah,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,dari cerita ini virus tersebut tidak ada lagi dan dihiasi oleh bunga bunga yang indah> salam sukses Luar biasa buat Adegina.

    Like

  11. Sesuatu yang besar berawal dari yang kecil,dan butuh proses,banyak orang untuk menjadi sukses itu tidak tahan dalam Proses, salut dan tulisannya sangat menarik.salam sukses luarbiasa

    Like

  12. Semangat,perjuangan ,percaya diri,dan kopetensi harus di miliki setiap orang untuk menjadi sukses.
    Salam dari kota innsbruck,kota yang bersih dgn pegunungan nan indah

    Like

  13. Meskipun saya sudah cukup lama mampir di blog ini, tapi jujur baru kali ini membaca sebuah Life Story yang sangat menarik, yang dirangkum dengan cara menulis dan bercerita yang baik. Ceritanya enak dibaca, karena memang banyak hal yang dialami sepanjang perjalanan hidup.
    Saya salut dan merasa bangga seorang Mb Dani berkenan mampir ke blog saya …..terima kasih…. 🙂

    Like

  14. Salam kenal Ni Made 😀

    Sepertinya saya bisa belajar lebih banyak mengenai sudut pandang-sudut pandang yang baru dari ‘rumah’ Ni Made ini. Ah, semoga bisa tetap menginspirasi satu sama lainnya. 😉

    Like

  15. seandainya ibu made tetap menjadi dokter hewan…
    dunia pasar memasar itu gak akan kehilangan apa2 kalau ibu keluar dari sana,
    tapi saya yakin, Songan bisa lebih baik kalau lebih banyak anak-anak terbaiknya tinggal dan membuat perubahan.. Songan and other villages in Batur, they’re all dying.. the crisis is sharply deepening. Songan needs someone who has the knowledge to chip in for a possible better future..
    am sorry if what i say inflicts some inconvenience or even upset you..

    Like

    • Memang betul, jika saya keluar, dunia pemasaran tidak akan pernah merasa kehilangan sedikitpun. Saya ada ataupun tidak ada, sama saja. Tidak akan merubah keadaan. Saya hanyalah salah satu orang yang saat ini menyambung hidup dari jasa memasarkan. Namun bagaimanapun juga, tentunya saya tetap seorang dokter hewan dan bertindak sebagai seorang dokter hewan saat dibutuhkan untuk membantu meringankan penderitaan sesama mahluk hidup.

      Mengenai Songan sayapun setuju bahwa kampung halaman saya itu akan jauh lebih baik jika anak-anak terbaiknya tinggal dan berkarya untuk kemajuan desanya. Sepengetahuan saya, banyak anak-anak Songan yang berbakat dan berpengetahuan baik. Memang idealnya pulang kembali ke desa dan membangun desa. Saya rasa sesungguhnya banyak yang berkeinginan begitu. Termasuk saya sendiri. Namun pada faktanya, tidak semua yang ingin kita lakukan, bisa terlaksana. Barangkali karena kemauan dan usaha kita kurang keras. Namun juga barangkali karena ada beberapa hal yang sama mendesaknya dan sama pentingnya untuk kita lakukan pada frame waktu yang sama di luar desa. Sehingga,dengan berat hati terpaksa hanya sekali-sekali pulang dan tidak bisa tinggal menetap di desa Songan. Setidaknya untuk saat ini.
      Anyway, thanks comment dan remindernya akan kampung halaman saya. No worries. Nggak ada yang merasa upset kok. Setiap orang memiliki keterbatasan dalam hidupnya.

      Like

  16. Thank you so much for writing such an inspirational blog..my name is Eja and I’m from KL, Malaysia. I’m also a fan of Pak Eman’s blog..being a Malaysian and I’ve been to Indonesia many times, I must say that I fell in love with the city, the people, to be precise the country itself. There’s something about this beautiful country that attracts me..I just adore the culture and salute the people whom continously promoting and branding their own legacy..I wish I could work there and live in Indonesia..as the indonesians think of the opposite.. 🙂 I know..really miss indonesia..I hope i can find my way there, soon..God’s willing..

    Like

    • Thanks so much Eja. I really appreciate what you are saying about Indonesia. Both Indonesians and Malaysians are actually very close. We have very similar culture, similar food,similar language etc. Being a Malaysian in Indonesia will not give you any surprise and difficulries – because it just feel like you are in your own country. Welcome soon..

      Like

  17. Sangat menakjubkan cerita mu Ibu …. keren.. saat ini saya bekerja di factory PZ. Cussons Indonesia tangerang.. ..
    salam kenal Ibu..

    Like

    • Salam kenal kembali Anita. Senangnya ada teman PZ Cussons yang mampir dan membaca tulisan saya.
      Terimakasih banyak sudah mampir dan meninggalkan komentar.
      Di Factory, di bagian mana?
      Salam saya kepada Ibu Nina, Ibu Aty dan teman-teman lain di factory PZ Cussons Indonesia.

      Like

  18. Wah, senang sekali membaca cerita kehidupan+kesuksesan Bu Made dalam menjalankan hidup. Menyeimbangkan antara karir dengan keluarga sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmonis dan dinamis menurut saya yang baru pemula ini agak sedikit susah. Tetapi bu Made dapat menjalaninya dengan baik… Inspiratif sekali bu.. 🙂
    Salam kenal bu, saya Tantri (sebenarnya) dari Gianyar,Bali tetapi lahir dan besar di Surabaya… 🙂

    Like

  19. Hi Ni Made,

    Your blog very interesting… Nice to know you… I’m interested to know more about Hindu culture in Bali. Are you Hindu ?

    Like

    • Hi Mugen. thanks. Nice to know you too. Balinese, we were all born Hindu. I have visited India recently, and from what I’ve seen (I also have opportunity to come to Devi Menakshi temple at Bangalore)- I think Balinese has slightly different in executing Hindu – eventhough I believe the core is still the same. So come.. come to Bali. you are in Malaysia right? Should be very close.

      Like

      • Hi Ni Made, thanks for your reply.
        I always interested in Bali. I will try to visit this year.. Have a good days.. Cheers..

        Like

  20. senang kalo baca kisah2 inspiratif kayak gini, membuat semangatku bertumbuh utk slalu berjuang melakukn yg terbaik dlm hidup, makasih ibu made atas sharingnya 🙂
    salam kenal sebelumnya 🙂

    Like

  21. Sebenarnya, saya sudah singgah kesini beberapa kali, cuman silent reader saja, maklum agak canggung juga nih mau berkomentar soalnya tulisan-tulisan Mbak Made berkualitas dan inspiratif.
    Salam kenal dan salam silaturahim dari Blitar, nggih Mbak

    Like

  22. sebuah kisah perjalanan hidup yg sangat lengkap dan bermakna. kalau boleh tahu, dengan pencapaian seperti yang sekarang ini, perjalanan karier yang bervariasi dan semakin menanjak dengan dukungan keluarga …apa yang masih menjadi impian mbak Dani. terima kasih juga sudah berkunjung ke blog saya, rasanya tersanjung deh mbak Dani follow blog saya…

    Like

    • Terimakasih atas kunjungannya, Pak Yudhi.
      Waduuuwww! Serasa jadi orang sukses ditanya pak Yudhi seperti itu. Ini baru namanya tersanjung, Pak.he he.
      Saya pikir sama halnya dengan ibu rumah tangga lain, impian saya ya.. suatu saat bisa melihat anak-anak saya dewasa,bahagia dan mandiri. Dan saya bisa menghabiskan masa tua saya dengan tenang dan damai di kampung lagi, Pak.
      Kalau karir..ya saya tentu akan menjalaninya sebaik mungkin sampai harus pensiun lah Pak..

      Like

  23. kerja keras, mau belajar, tidak takut salah dan kemurahan hatiNya adalah kunci sukses kita semua tapi apakah masih ada keseimbangan hidup antara pekerjaan dan keluarga bagi seorang marketer? yang hampir tiap hari pulang larut malam dan anak sudah tidur 🙂

    Like

  24. Menyenangkan baca profil Mbak Made. Kadang memang apa yang kita pelajari gak berarti pekerjaan itu yang kita dapat ya, Mbak. Soalnya saya juga begitu. Dan wanita Bali yang pernah saya kenal yaitu sahabat saya emang ulet ya.. Salam kenal dan terimakasih sudah mampir ke blog saya.

    Like

  25. Hallo Dani,

    Gantian aku yang mampir. Wow, inspiring life story. Salut aku dengan perjalanan hidup kamu. Switching carrier & akhirnya ketemu balansnya. Memang ya kalo kita mencapai banyak hal tapi tanpa balans hidup ini untuk apa. Walaupun tiap orang prioritas dalam hidup berbeda, ada suatu waktu mereka akan bertanya what is my purpose on earth.

    Aku juga cinta Bali dan penduduk Bali. Hidup disana sangat menyatu dengan alam dan selalu bersyukur kepada Sang Pencipta.

    Happy to know you. Browsing dulu disini.

    Like

  26. Sepertinya saya telat mendapat jejak Mba Sri (maaf kalau salah sebut) di blog WP.
    Terimakasih sudah follow blognoerhikmat, saya sudah input blog nimadesriandani ke link blog.inspirasiku.
    Melihat jejak sukses mba sri luar biasa sangat menginspirasi dan bisa membuktikan bahwa jalur pekerjaan tidak selalu harus sama dengan bangku kuliah. Itu pun sama persis terjadi dengan saya yang akhirnya fokus di bidang ritel.

    Salam blognoerhikmat

    Like

    • Pak Budi terimakasih banyak. Dan maaf nih.. jika kemarin ada yang terlambat memoderasinya. Ya Pak Budi – kita jalani saja hidup dengan sebaiknya, walaupun beda dengan basic pendidikan kita. yang penting keinginan kita untuk belajar terus dan berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya ya Pak.

      Like

      • Dan jalur pengalaman bu Made di marketing, di bagian akhirnya dunia kerja saya yang eksekusi :D, ada rencana ke Tasikamalaya ?? (ngarep….mau belajar dari expertis Unza- Vitalis)

        Like

      • ha ha.. ya benar banget Pak Budi. Ujung terowongan sebelum ke konsumen dipegang tempat bapak ya..
        Mudah-mudahan suatu saat sempat mampir ke Tasimalaya Pak..Kalau ke Sukabumi sih sering Pak, karena Ibu mertua saya tinggal di sana.

        Pak Budi bisa aja. Sama-sama belajar Pak. setiap orang tentu punya pengalaman yang tidak sempat dialami orang lain, sebaliknya iapun tidak punya pengalaman yang justru orang lain sempat alami. Continuous learning seumur hidup kita, Pak…

        Like

  27. halo bu Made, bagus sekali narasinya… saya sangat suka.. by the way ibu pernah bekerja di wipro ya? apa boleh di share culturenya wipro seperti apa? lingkungan kerjanya bagaimana? kebetulan ada yg menawarkan opportunity disana 🙂

    Like

  28. Akhirnya sampai juga ke blog ini. Nice true story Bu. By the way, pernah di cuzzons juga ya? culture pengembangan karyawannya gimana ya Bu? saya juga dapat tawaran dari sana 🙂

    salam,
    towip.net

    Like

  29. Sangat menarik dan saya sangat termotivasi. Paling tidak story ini dapat mengangkat semangat saya yg mana saya sekarang adl seorang Store Supervisor di MAP, sama sprti mba juga. Paling tidak saya dapat semangat baru setelah berpikir-pikir harus pindah kerja back office, karena spt rendah sekali di mata teman2 saya satu kampus dulu. Di situ banyak orang orang, bahkan spg dan spb saya berpikir, kenapa anda bekerja sbg di toko, sedangkan anda S1. Kenapa tidak bekerja di kantor saja. Saya menjawab dengan tersenyum, justru kebanyakan orang sukses berkaliber karirnya diawali sbg spb seperti anda. Banyak ilmu marketing yg 100% dipraktekkan langsung di toko. Itu menjadi bekal yg sangat penting untuk jenjang karir, bahkan bisa dipakai untuk membangun sebuah usaha.

    Like

  30. Wah, luar biasa, Mbak, perjalanan hidupnya. Ternyata kalau kita bisa menikmati proses walaupun berat, maka akhirnya cukup indah, ya. Dengan mengalami dan melewati yang berat itu, kita jadi punya banyak ilmu. Inspiratif banget, Mbak! Semoga saya bisa sukses juga kayak Mbak, aamiin… 🙂

    Like

  31. Nyasar ke blog ini nggak sengaja, yg akhirnya saya tertarik utk baca lebih dalam krn penulisnya bernama bali. Langsung lompat ke bagian aboutnya, dan luar biasa kagum dengan karirnya yg mulai dr bawah hingga mencapai sukses.
    Lumayan memberi motivasi.. Salam kenal ya.

    Like

  32. Jarang saya dengar ada dokter hewan sekaligus penulis. Apa pernah jadi panitia atau mengadakan lomba mengarang atau lomba menulis cerpen mahasiswa se-fakultas/jurusan kedokteran hewan Universitas Udayana atau se-Indonesia? Siapa tahu banyak generasi penerusnya

    Like

  33. Kisah ibu penuh dengan inspirasi, menegaskan kalau sukses itu butuh proses yang panjang dan gak semua proses itu menyenagkan. Tapi dari semua proses panjang itu akan ada hasilnya, dan ibu sudah membuktikan. Satu lagi, ternyata kita gak tahu kemana hidup akan membawa yah bu, sekarang kita begini besok bisa menjadi sesuatu yang tak terduga. Itu yang saya tangkap kisah ibu.

    Saya masih 18 tahun bu, dan butuh banyak belajar, juga pengalaman. Trimah kasih udah cerita bu.

    Like

  34. Rasanya kini saya menemukan tulisan dari seorang Ibu muda yang KAYA dan meng INSPIRASI yang tetap memelihara nilai nilai luhur warisan alam dan kekayaaan emosi intelektualnya.
    Terima kasih Ibu Dani untuk banyak hal yang saya dapatkan pengisi hari di usia senja ini. Teruslah menulis dan saya akan terus membaca.

    Like

  35. baru tau mbak Andani ini dokter hewan twrnyata, keren mbak!!!!
    aku sbenernya cita2 dari awal mau masuk FKH juga, tp krn gak dibolehin krn aku anak cowo sendirian n mamaku takut klo aku ngikutin jejak keluarga yg dokter hewan n merantau ke USA buat nyari makan, hahaha
    jd srkg masih praktek atau enggak mbak ?

    Like

  36. Sesekali adakan lomba menulis atau lomba mengarang di UNUD mbak, khususnya fakultas kedokteran hewan. Sekarang info lombanya bisa lebih mudah karena ada internet. Sukses mbak.

    Like

  37. Wah…wah…wah. Cara kisah inspirasine Gede Prama, apa mula saja, mbok ane bareng rekaman jak Gede Prama di danu Bature. Mengingatkan kembali kenangan 11 tahun tiyang tugas di Bangli, sesai survei di Songan, Batur, dll desa-desa di Kintamani. Salam Kenal buat mbok Made

    Like

  38. Halo ibu, saya lulusan s1 kedokteran hewan yg baru akan wisuda februari. Saya sangat terinspirasi membaca tulisan ibu. Saya jg awalnya kerja part time di butik, lalu setelah resmi wisuda ingin melamar kerja di bank, sebenarnya ingin langsung lanjut koas, tapi saya merasa beban di umur 23 msh dibiayai ortu. Sehingga saya memutuskan ingin bekerja dulu mengumpulkan uang utk melanjutkan pendidikan. Begitu membaca tulisan ibu saya jadi bersemangat untuk trs belajar & berkembang 🙂

    Like

  39. Hi Mbak, luar biasa perjalanan karirnya semoga saya bisa spt itu ya dgn bidang yang saat ini saya tekuni. Mohon infonya mbak juga pernah di tempo scan group ya?brp lama?kondisi kekaryawanannya bagaimana?apa benar disana status kekaryawanan tetap atau tidak sifatnya mengambang krn tdk ada surat pemberitahuan untuk itu? Mohon share nya ya..terima kasih

    Like

    • Terimakasih sudah berkunjung Mbak Fenty. Iya saya pernah di sana sebentar. Saat saya di sana status kekaryawanan sih jelas Mbak. Begitu lulus probation, ya status saya saat itu langsung menjadi karyawan tetap Mbak. Setahu saya untuk administrasi HRnya, perusahaan itu cukup detail dan jelas. Jika kita merasa ada yang kurang jelas atau ragu, kita juga bisa berkonsultasi dg pihak HR nya. Mereka jg cukup helpful kok. Semoga sukses Mbak.

      Like

  40. Bu Sri Andani, salam kenal dulu. Sudah lama saling berkunjung blog dan bertukar komentar sekitar 2 tahun belakangan, baru hari ini sempet mampir di life story. Panjang dan sangat bersejarah yaa..

    Ada satu hal yang ingin ku sampaikan disini, meskipun ga begitu akrab, saya adalah pengagum ibu beserta isi blog ini. Saya sangat terinspirasi dengan tanam-menanam dan konsep dapur hidup yang ibu dengungkan dan kampanyekan. Hingga, pada suatu hari, saya berkesempatan mendirikan mini green hause di belakang rumah, untuk menanam sayur keperluan dapur 1 kampung. Ku beri nama Agan Satong “Juragan Sayur Kelontong” dengan Tagline Dapur Hidup Belakang Rumah.

    Aku ingin sekali berkunjung ke bali, untuk silaturahim dan belajar dari ibu tentang konsistensi merawat tanaman, dan membagi waktu untuk keluarga dan karir.

    Itu dulu singkat cerita dari saya.
    Hafidh – Lumajang Jawa Timur.

    Like

Leave a comment