
Belajar Fleksibilitas Dari Anak-Anak.
Suatu pagi seusai berolah raga di taman perumahan, saya melanjutkan lari kecil di lapangan di sebelah rumah. Kira kira baru dapat sekitar 500 langkah, dua orang anak kecil datang, memarkir sepedanya lalu ikut masuk ke dalam lapangan. Disusul oleh dua orang temannya lagi. Jadi totalnya sekarang ada empat orang anak kecil. Mereka bermain bola dengan riang.
Saya tetap berlari mengelilingi lapangan multifungsi yang kadang menjadi lapangan futsal, kadang jadi lapangan bulu tangkis, kadang lapangan basket, lapangan volley dan bahkan arena jogging. Tergantung situasi. Beberapa kali bola itu tertendang ke arah saya. Mau tidak mau saya jadi meladeni anak-anak dengan ikut menendang bola untuk mengembalikan bola ke arah mereka.
Lama-lama saya jadi ikut memperhatikan apa yang mereka lakukan juga. Sepakbola yang umumnya dimainkan oleh 2 kesebelasan dengan total pemain 22 orang, sekarang ini hanya dimainkan oleh empat orang pemain. Bahkan untuk bermain Futsal dengan jumlah total pemain yang lebih sedikitpun (total 11 orang) tetap tidak cukup.
Yang tentunya jika berhadapan terdiri atas dua orang vs dua orang anak. Lalu bagaimana caranya mereka bermain?
Karena cuma berempat, semua pekerjaan dirangkap-rangkap. Penjaga Gawang alias Goal Keeper merangkap sebagai Pemain Belakang dan sekaligus juga sebagai Gelandang dan sesekali juga menjadi Penyerang. Atau jika di Futsal, pemain anchor merangkap sebagai pemain flank juga sebagai pivot dan keeper.
Demikian juga anak yang awalnya saya lihat menjadi Penyerang, juga merangkap sebagai Gelandang dan Bek. Hanya jadi Keeper yang tidak dilakukannya. Kelihatannya untuk posisi Penjaga Gawang memang tidak ditukar-tukar.
Jadi jelas ini bukan “Kesebelasan Sepak Bola”. Tapi “Ke-empatan Sepak Bola” atau malah “Ke-dua-an Sepak Bola”.
Walau cuma berempat, saya lihat anak-anak itu tetap bermain dengan semangat dan seru. Sesekali bertengkar ringan, berbeda pendapat, lalu berdamai dan bermain kembali dengan riang. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Saya merasa sangat senang melihat anak-anak itu. Semangat dan kecepatannya dalam menyesuaikan diri dengan situasi sangat tinggi.
Yang sangat menarik untuk dipelajari dari anak-anak ini adalah Fleksibilitasnya dalam bermain.
Anak-anak memilih untuk tetap bermain, walaupun jumlah pemain sangat tidak mencukupi. Tidak ada yang merasa keberatan jika harus melakukan tugas rangkap-rangkap, entah jadi keeper, bek, gelandang maupun penyerang, tidak masalah. Fleksibilitas membantu anak-anak bisa tetap bermain. Karena jika harus menunggu teman sejumlah 22 orang untuk bermain bola atau 11 untuk bermain Futsal tentu akan sulit. Bisa-bisa tidak jadi bermain.
Walaupun tidak sempurna, tetapi fleksibilitas juga membuat anak-anak belajar multi tasking dan memahami permainan dengan lebih baik. Anak-anak tidak hanya berlatih di satu posisi, tetapi juga di posisi lain.
Saya rasa dalam kehidupan orang dewasa, fleksibilitas seperti ini sesungguhnya juga sering dibutuhkan. Memahami situasi dan fleksible, mampu menyesuaikan dengan keadaan akan sangat membantu saat kita menghadapi kendala kehidupan, sehingga tidak harus membuat kita semakin terpuruk.
Hal yang menarik lagi adalah cara anak-anak bertengkar dan berbaikan kembali dengan cepat. Seolah-olah tidak mau membuang waktu untuk menyimpan amarah dan dendam. Ada hal lain yang mereka kejar dan anggap lebih penting dari sekedar bertengkar, yaitu kegembiraan, pertemanan dan kebersamaan.
Dunia kanak-kanak, dunia yang indah. Dunua yang fleksibel, tidak kaku dan tidak dicemari dengan amarah dan dendam.