Category Archives: Baby

Mencerna Ilmu, Mencerna Makanan.

Standard

Piza

Seorang teman anak saya pernah bercerita tentang kesulitannya mendapat nilai yang baik di sekolah. Saya mendengarkan cerita dan keluhannya dengan baik. Lalu saya memberi saran agar berusaha lebih memperhatikan penjelasan guru dengan lebih baik. Dan jangan pernah meninggalkan ruangan kelas, sebelum mengerti apa yang diajarkan oleh guru di hari itu juga. Karena menurut saya, pemahaman yang baik akan tersimpan lama di memory kepala kita ketimbang hapalan yang baik yang tersimpan sementara di otak kita.

Jika kita paham,pasti kita akan bisa menjelaskan kembali. Tapi jika kita tidak paham dan hanya mengandalkan diri pada hapalan, belum tentu kita bisa menjelaskannya kembali dengan baik.Jadi pertama, pastikan kalau kita mengerti dulu,baru nanti kita hapalkan detailnya.” saran saya. Itulah sebabnya mengapa ada banyak anak-anak yang cerdas, bahkan malas belajar namun skor-nya di Sekolah selalu tinggi.Karena ia paham dengan baik. Sebaliknya ada banyak anak-anak yang sangat rajin namun skor-nya tidak mampu mengimbangi temannya yang cerdas namun pemalas itu. Mengapa?karena ia tidak memahami permasalahannya.Ia hanya rajin menghapal. “Ya! Itulah masalahnya Tante…aku sering tidak langsung paham apa yang disampaikan guru. Rasanya sulit sekali mencerna” keluhnya.

Walaupun obrolan dengan anak itu sangat pendek, namun saya terhenti sejenak untuk memikirkannya. Saya menyukai anak itu dan keterbukaannya.Jadi sungguh tidak keberatan untuk ikut memikirkan hal yang dianggapnya menjadi masalah.

Jadi, sebenarnya masalahnya adalah bagaimana mencerna dengan baik. Mencerna ilmu.Bukan mencerna makanan!. Tapi urusan cerna mencerna pada prinsipnya sama saja bukan? Jika makanan adalah untuk seluruh tubuh kita, maka ilmu adalah makanan untuk otak kita. Menurut saya prinsipnya sih sami mawon.

Yuk coba kita lihat bagaimana kita mencerna makanan dengan baik…

Semua tentu familiar dengan konsep makanan harus dikunyah dengan baik agar mudah dicerna oleh tubuh kita. Bahkan orangtua atau guru kita di sekolah mengajarkan agar sebaiknya kita mengunyah makanan 24x kunyahan sebelum menelannya. Maksudnya tentu agar makanan yang kita telan itu sudah benar-benar hancur dan menjadi serpihan kecil oleh gigi dan geraham kita,sehingga usus kita tidak perlu lagi bekerja keras karenanya. Karena tugas usus, bukanlah untuk menyobek atau memotong makanan menjadi kecil-kecil. Selain itu,dengan mengunyah makanan lebih sering sebeum ditelan, juga memberikan kesempatan kepada enzym-enzym  yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, yakni merubah amylum menjadi glukosa (enzym ptialin) maupun sakarida yang lebih sederhana (enzym amilase). Nah kemudian hasil kerjasama gigi dan kelenjar ludah inilah yang kita telan untuk dicerna lebih jauh di dalam usus kita, sebelum semua intisarinya siap diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh pembuluh darah.

Kalau kita perhatikan,bagaimana kita bisa mencerna dengan baik di tahap pertama,tidak lain dan tidak bukan adalah dengan memberikan kesempatan untuk gigi melakukannya berkali-kali (24 x mengunyah) dan memberi waktu untuk enzym-enzym itu bekerja. Jadi 2 kata kuncinya adalah waktu (time) dan berulang-ulang (repetition).  Ya..time & repetition!.

Saya pikir, dua hal ini sangat applicable dalam cara pembelajaran guru dan murid, untuk membantu murid agar lebih mudah mencerna ilmu yang diajarkan. Memberikan penjelasan yang berulang kepada murid. Jika sekali dijelaskan belum mengerti, barangkali penjelasan ke dua akan lebih mudah dipahami? Demikian seterusnya? Ibarat mengunyah, 24 x baru sempurna.  Atau setidaknya memberikan contoh-contoh yang beragam agar murid menangkap inti pelajarannya dengan lebih mudah.

Jika guru tidak melakukannya, anak juga sebenarnya bisa mengacungkan tangan dan mengatakan dengan terusterang bahwa ia belum paham dan meminta tolong guru untuk menjelaskannya kembali hingga ia benar-benar paham.

Penejelasan yang berkali-kali juga memberikan waktu bagi otak si anak untuk mencerna apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh guru.Informasi yang didapat akan disangkutkan ke sel otaknya satu per satu. Sehingga jika suatu saat nanti harus dikeluarkkan kembali saat Ulangan Umum maupun Ujian, pemahaman itu masih tersimpan dengan baik dan sangat mudah untuk dikeluarkan kembali untuk menjawab soal-soal ujian.