Tag Archives: Anak

Bertemu Kiki, Penjaja Kue Keliling di Melia Walk.

Standard

Suatu malam saya pulang kemalaman dari kantor. Jadinya telat masak deh. Takut anak-anak kelaparan menunggu, sayapun mampir ke ruko Melia Walk di Graha Raya buat beli lauk. Mau dibungkus dan dibawa pulang saja. Praktis.

Saya memesan dan menunggu antrian. Karena agak lama, sambil menunggu sayapun berjalan-jalan di sekitar ruko itu untuk melihat-lihat barangkali ada cemilan lain yang bisa saya belikan buat anak-anak.

Saat berjalan, seorang anak kecil dengan ransel di punggung melintas tak jauh dari saya. Ia juga menenteng 3 box yang isinya kue. Sambil melangkah masuk ke dalam restirant sebelah, ia menawarkan kuenya kepada pengunjung restoran. Sayang tidak ada yang berminat tampaknya. Anak itu berjalan lagi. Saya memperhatikan langkah kaki kecilnya. Anak itu terlihat tetap optimis, walaupun ditolak.

Merasa iba, akhirnya saya memanggil. “Bawa kue apa, dek?” Tanya saya. Anak itu membuka dagangannya. Rupanya ada donut, dan kue bulat yang isinya coklat. “Berapa harganya?”. “Dua ribu Bu” jawabnya dengan riang. Saya pun memilih kue kue itu.

Saya beli delapan buah ya” kata saya. Anak itu tampak semangat memasukkan kue kue yang saya pilih ke dalam kantong plastik. Wajahnya yang gelap tampak riang penuh harapan.

Saya jadi teringat akan anak saya sendiri. Mengapa ya anak ini masih berkeliaran di luar rumah menawarkan dagangan, padahal malam sudah cukup larut begini?Saya pun jadi ingin tahu.

Anak itu bernama Kiki. Umurnya baru 10 tahun. Kelas 4 SD. Menurut ceritanya, ia sudah berdagang kue setiap malam sejak ia kelas 1 SD. Saya nerasa prihatin mendengarnya.

Lalu kapan belajarnya?” Tanya saya. “Sore, Bu. Sepulang sekolah” jawabnya dengan pasti. Tetap dengan nada riang dan optimist. Entah kenapa, saya merasa menyukai anak itu. Dan semakin penasaran.

Rupanya anak itu mengambil barang dagangan dari bibinya yang sehari-hari membuat kue. Untuk setiap buah kue yang terjual, ia diberikan bibinya Rp 1 000. Kiki bercerita bahwa ia biasanya membawa 4 box kue yang totalnya 60 buah. Rata-rata ia hanya mampu menjual 2 box atau sekitar 30 kue semalam. Jadi untung yang bisa ia dapatkan sehari sekitar Rp 30 000. Lumayan ya.

Semakin ingin tahu, sayapun bertanya lagi untuk apa ia gunakan uang keuntungan itu. “Buat mama belanja dapur. Saya juga kadang ngambil. Lima ribu atau sepuluh ribu kalau ada perlu” katanya dengan muka senang. Oh!. Kerongkongan saya terasa tercekat mendengarnya. Rasa sedih dan tak percaya mendengar ucapannya itu. “Mama saya di rumah saja. Tidak bekerja” katanya saat saya tanya apa pekerjaan mamanya.

Sejenak pikiran sedih melintas di kepala saya. Memang bapak anak ini ke mana ya? Apakah orang tua mereka berpisah?. Atau……?.

Bapak saya di rumah. Sedang tidak punya pekerjaan sekarang. Lagi nyari nyari, Bu. Tapi belum dapat” katanya seolah meralat pikiran saya. Saya tercengang dibuatnya. Anak ini sangat tulus. Tidak sedikitpun ia menyalahkan orangtuanya yang nganggur yang membuat ia terpaksa harus bekerja sampai malam untuk menanggung keluarga. Ia seolah paham, bahwa itu hanya nasib buruk yang sedang menimpa ayahnya, sehingga daripada hanya bisa menyalahkan ia lebih memilih untuk membantu memecahkan masalah.

Saya kasihan sama mama. Jadi saya bantu cari uang dengan jualan kue” katanya. Tak terasa air mata saya mengambang. Dada saya rasanya sesak. Kalimat anak itu sungguh menyentuh hati saya sebagai seorang ibu. Ingin rasanya saya memeluknya saat itu.

Saudaramu ada berapa?” Tanya saya lagi. Dia bercerita jika ia punya satu orang kakak laki yang sekolahnya SMA tapi sudah tidak sekolah lagi saat ini. Dan tiga orang lagi adik-adiknyang masih kecil. “Kakakmu juga berjualan kue?” Tanya saya. Ia menggeleng. “Tidak, Bu. Dia nanti mau bekerja. Sekarang lagi cari -cari pekerjaan”. Saya semakin sedih mendengarnya.

Jadi, nggak ada orang yang bekerja di rumahmu selain kamu?” Tanya saya semakin pilu. Anak sekecil ini harus berjuang seorang diri setiap malam untuk memastikan dapur keluarganya mengepul. Mengapa yang lain tidak ikut berjualan kue juga? Bathin saya meronta. Tapi tentu saja saya tak punya jawaban dan pemecahannya.

Pernahkah kamu merasa sedih? ” tanya saya. “Pernah Bu. Kalau dagangannya nggak laku” jawabnya dengan lirih. Oooh. Rasanya saya benar-benar ingin merangkulnya. Cerita anak ini sangat mengharukan, walaupun belum tentu ia merasa apa yang ia sampaikan semengharukan begitu.

Akhirnya saya usap-usap kepalanya. Saya sampaikan pendapat saya bahwa ia anak yang sangat baik dan berbakti pada orang tua. Sejak kecil sudah berusaha dan bekerja keras. Kelak ia akan terbiasa menghadapi persoalan hidup dengan mudah. Semoga besarnya akan menjadi orang yang sukses dan berhasil dalam hidup. Anak itu mengamini doa saya.

Sayapun membayar harga kue itu dan meninggalkan sedikit tambahan rejeki untuknya malam itu.

Ia sudah melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan di usianya untuk membantu keluarganya. Semoga kelak ia menjadi orang yang sukses dalam kehidupan.

Melia Walk malam itu memenuhi pikiran saya dengan cerita si Kiki. Kiki barangkali hanya salah satu dari anak di Jakarta ini yang harus berjuang untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya yang sedang mengalami kesulitan untuk hidup. Entah berapa banyak lagi yang menjalani kehidupan serupa di luar sana.

Dunia Pinggir Kali II: Mengajak Anak Mengamati Burung Pipit & Burung Peking.

Standard

Burung Pipit Dan Burung Peking 1Hari Minggu adalah hari yang sangat menyenangkan untuk bermain bersama anak. Seperti juga sore ini. Saya mengajak anak saya untuk melihat-lihat kehidupan di pinggiran kali di belakang rumah. Kelihatannya petugas kebersihan belum sempat membersihkannya belakangan ini. Rumput liar tampak menyemak. Belukarpun tumbuh subur. Saya hanya meminta anak saya agar berhati-hati terhadap ular yang mungkin saja tiba-tiba muncul di dekat kami. Anak saya mengerti. Sekelompok burung Pipit, burung Bondol dan burung Peking tampak sedang asyik memakan biji rerumputan. Beberapa ekor burung Bondol tampak terbang menjauh begitu melihat kami datang. Saya dan anak saya segera mengambil posisi yang terbaik agar bisa mengamati aktifitas burung-burung itu dari kejauhan. Lalu kami menahan diri untuk tidak menimbulkan gerakan yang mencurigakan agar burung-burung itu tidak kabur semuanya. Read the rest of this entry

Kreatifitas Anak – Pot Keemasan Untuk Tempat Pensil.

Standard

Jar“Mama, lihat! Aku membuat  pot hias dari botol bekas dan koran bekas” Seru anak saya suatu pagi sambil menarik tangan saya.  Ia ingin kreasinya dilihat oleh saya. Sayapun mengikuti anak saya ke halaman belakang.  Oh..sebuah pot hias  yang sangat lucu. Terbuat dari potongan koran bekas yang dipilin-pilin menjadi sebuah tali, lalu direkatkan pada permukaan luar botol plastik bekas air mineral . “Aku pake lem fox” jelas anak saya. Sayapun mengambil benda itu. Mengamat-amatinya sebentar dan memuji kerapian pekerjaan anak saya. “Nanti bisa kita pake untuk menyimpan pinsil atau pulpen. Bisa juga untuk vas bunga” Kata saya. Anak saya tertawa senang. Read the rest of this entry

Uang Jajan Anak Di Sekolah.

Standard

???????????????????????????????Ketika saya melintas di kantin Sekolah Pembangunan Jaya, saya melihat seorang murid (tebakan saya sekitar kelas 2 atau kelas 3 SD sedang memesan nasi goreng kepada ibu kantin.  “Bu, nasi gorengnya satu, ya. Nggak pake bawang, nggak pake bumbu, nggak pake sayur, nggak pake saos,  nggak pake sambel”. Lho??#*?.  Nasi goreng apa jadinya itu? Saya tertawa geli mendengarnya. Read the rest of this entry

Tentang Kepercayaan Diri: Face Your Fears & Just Do It!!.

Standard

Andani - hosting 1Anak saya memberitahukan bahwa ia ditunjuk menjadi Host untuk “Speech & Story Telling Competition” antar sekolah. Lalu meninggalkan pesan untuk saya “Mom, parent can come at 9.00. Do you want to come?”. Oh, tentu setiap ibu ingin melihat penampilan anaknya di panggung. Ingin memberikan dukungan. Dan menyuntikkan semangat, agar anaknya tampil prima, percaya diri dan sukses. Sayang sekali. Kebetulan saya sangat sibuk di kantor hari itu sehingga tak bisa ijin dari pekerjaan begitu saja (….gigit jari). Read the rest of this entry

Kuda Copot Dan Ayam Pake Kayu.

Standard
Di Rumah Sakit International Bintaro

Di Rumah Sakit International Bintaro

Hari minggu sore saya meluangkan waktu untuk membeli beberapa keperluan rumah tangga di sebuah Supermarket di daerah bisnis Bintaro. Matahari sudah condong ke barat. Tanda senja mulai menjelang. Tempat parkir sangat penuh, sehingga saya harus mendorong kereta belanjaan saya ke luar area Supermaket. Persis di depan salah satu menara kembar di Bintaro. Sangat aneh! Suasana senja itu  membuat saya tiba-tiba terkenang kembali akan masa lalu. Entah apanya. Barangkali temaram sinar matahari yang sama. Atau barangkali desir angin yang serupa. Entahlah… Read the rest of this entry

Menjadi Ibu Bagi Anak ABG.

Standard

Tempat Perhiasan Dari jogja

Beberapa hari yang lalu anak saya mengikuti Study Tour ke Jogjakarta. Subuh-subuh ia berangkat dengan menumpang bus rombongan yang disediakan sekolahnya. Sebenarnya bukan sebuah peristiwa yang aneh. Setiap anak, pastinya suatu saat akan ikut Study Tour yang diselenggarakan oleh sekolahnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh saya juga melakukan hal yang sama semasa kecil dulu. Namun entah kenapa, yang namanya seorang ibu, selalu saja was-was memikirkan keselamatan anaknya.

Saya memastikan semua keperluannya terbawa dengan baik. Saya melarang ia membawa barang-barang yang kurang bermanfaat agar tidak terlalu berat. Saya juga memintanya berhati-hati dan menjaga dengan baik  barang bawaannya agar jangan ketinggalan. Salah satunya adalah buku tentang burung yang  saya dapatkan dari Inggris. Sebenarnya saya pikir kurang ada gunanya ia bawa ke sana. Tapi karena ia memaksa akan membacanya untuk membunuh waktu dalam perjalanan, akhirnya saya ijinkan juga asal dijaga dengan baik. Lalu saya juga sempat menelponnya dua kali selama perjalanan untuk memastikan bahwa ia baik-baik saja. Namun beberapa saat  kemudian, setelah jam makan siang, signal telpon anak saya terputus. Sayapun mulai agak gelisah.

Kebetulan saat yang sama saya juga ada urusan kantor yang harus saya selesaikan di Jogjakarta. Saya berangkat sore dan tiba di Jogja dalam sejam. Saya coba telpon anak saya, namun belum bisa tersambung lagi.  Apakah ia sudah sampai di Jogja? Apakah ia sudah makan malam? Alangkah sedihnya.

Semakin sedih lagi jika saya bandingkan dengan keadaan saya. Anak saya berangkat dengan naik bus, sementara saya naik pesawat. Anak saya menginap di hotel ala kadarnya, sementara saya menginap di hotel berbintang lima.Tentu saja semua karena fasilitas kantor yang saya terima. Namun akhirnya saya pikir-pikir kembali, memang sebaiknya ia  menjalani kehidupan ini apa adanya. Tanpa perlu saya manjakan secara berlebihan.Dengan demikian ia akan tumbuh dengan normal seperti seharusnya.

Setelah mencoba menelpon beberapa kali tanpa hasil, akhirnya pada pukul sembilan malam saya berhasil tersambung dengan anak saya.  Ia sudah sampai dengan selamat di hotel dan kelihatan sangat menikmati perjalanannya dengan bis dan kebersamaannya dengan teman-teman sekolahnya. Ia juga sudah selesai makan malam. Namun yang cukup mengejutkan bagi saya adalah pertanyaan anak saya “Why do you keep calling me? What’s wrong?” tanyanya. Uups!. Sebenarnya agak sedikit kurang sopan pada orangtuanya, namun saya menghargainya karena ia berterus terang dengan pikirannya. Saya mulai berpikir, barangkali karena ia mulai besar sekarang. Dan anak laki mungkin malu jika teman-temannya tahu bahwa ibunya terlalu mengkhawatirkannya. Okey,akhirnya saya berhenti menelponnya.

Malam harinya, saya tidak bisa berhenti memikirkannya. Kalau di rumah, ia sering asyik dengan laptopnya hingga larut malam, sehingga harus digubrak-gubrakin dulu baru mau berhenti,mandi dan tidur. Khawatir teman sekamarnya mendengar dan meledeknya sebagai “anak mami”, akhirnya saya kirimkan pesan saja kepadanya  agar jangan lupa mandi sebelum ketiduran. Yang dijawabnya pendek “Okay”.  Lalu saya teringat kembali bahwa ia sangat sulit bangun pagi. Biasanya saya membutuhkan waktu  5-10 menit di pagi hari hanya untuk membangunkannya. Jadi saya kirimkan pesan lagi agar jangan lupa menyalakan alarm pagi agar ia tidak ketinggalan acara gara-gara bangun kesiangan. Kali ini ia menjawab dengan panjang “ I’m 12 years old.I can handle myself. So don’t worry. By the way your book is 100% save (maksudnya safe – salah ketik) and secure”. Tentu saja saya terkejut bukan alang kepalang oleh jawabannya. Ada tiga butir pelajaran yang bisa saya petik di sini.

Pertama bahwa anak saya telah tumbuh menjadi ABG, yang mulai mencari jati dirinya sendiri. Ia mampu mengekspresikan dengan kuat segala pikiran, pendapat dan apa yang diinginkannya – yang mana itu merupakan hal yang baik bagi pertumbuhannya. Ia juga mulai terlihat ‘aware’ akan lingkungannya dan citra dirinya di mata teman-temannya.

Kedua,sebagai ibu seharusnya saya menyadari perubahan itu. Dan juga sebaiknya segera melakukan perubahan dalam menanganinya. Tentu saja saya tidak bisa lagi menanganinya sebagaimana saya menangani seorang anak TK yang masih cengeng dan perlu banyak bantuan. Sekarang ia sudah besar dan mandiri.

Ketiga, saya harus meluruskan hal-hal yang berpotensi kurang baik ke depannya.Meluruskan persepsi yang salah bahwa saya menelponnya karena urusan materi. Lebih mengkhawatirkan buku saya ketimbang anak saya. Tentu saja tidak. I keep calling you because I love you!.Not because I love the book more…Aduuh..gimana sih?Saya ingin ia tetap merasakan cinta,kehangatan kasih sayang dan perhatian saya  melebihi apapun di dunia ini.

Memikirkan itu, akhirnya sayapun berusaha keras menahan diri saya untuk tidak selalu menghubunginya. Mungkin ia membutuhkan privacy. Mungkin ia membutuhkan saat-saat dimana ia bisa sendiri tanpa campur tangan orangtuanya. Mungkin ia ingin memperlihatkan kepada teman-teman dan gurunya, bahwa ia telah dewasa.  Dan sayapun tidak ingin mengganggu kebahagiaan anak saya. Namun saya selalu memanjatkan doa terbaik saya untuknya. I stop calling you, also because I love you…

Sepulangnya dari Jogja, anak saya segera menghambur ke dalam pelukan saya. Wajahnya sangat bahagia.  Dengan mata berbinar-binar ia menunjukkan oleh-olehnya  dari Jogja –  sebuak kotak perhiasan terbuat dari batu marmer untuk saya. Rupanya ia mengirit-irit uang jajannya, demi bisa membelikan saya oleh-oleh.  Ya..ampuuun!. “Love you, mom. Thanks for understanding” katanya sambil menciumi pipi saya. Saya merasa sangat terharu oleh kalimatnya.

Setiap orang berkata bahwa hidup itu penuh dengan perubahan. Dan tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Demikian juga dunia saya sebagai seorang ibu. Juga mengalami perubahan. Anak-anak tumbuh menjadi ABG, tentunya mengalami perubahan fase dan membutuhkan perubahan dalam cara menyayanginya tanpa harus kehilangan intisari dari kasih sayang itu sendiri. Mungkin demikian juga yang dirasakan oleh ibu saya ketika saya meningkat remaja, dan tumbuh menjadi seorang pemberontak di dalam keluarga. Namun ibu saya selalu menyanyangi saya anaknya, melebihi apapun di duia ini. Saya mendongakkan wajah saya ke langit.  Berdoa untuk kebahagiaan ibu saya di alam sana.

Selamat Hari Ibu..

Mendampingi Anak-Anak: Melihat Burung Macaw.

Standard

Macaw Bird

Liburan akhir tahun akan segera tiba. Salah satu hal menyenangkan untuk dilakukan bersama anak-anak adalah berjalan-jalan ke Taman Hiburan. Banyak yang bisa dilakukan di sana. Menikmati berbagai jenis wahana permainan, restaurant, attraksi menarik dan sebagainya. Walaupun bukan kebun binatang,  kadang-kadang ada juga  taman hiburan yang memelihara berbagai jenis burung   dan menyedot perhatian anak-anak. Salah satunya adalah Burung Macaw. Barangkali karena warnanya yang sangat ngejreng cemerlang dan kemampuannya berbicara.

Melihat burung meriah ini, tentu saja anak-anak akan sangat bersemangat,  berceloteh dan bertanya seputaran burung itu kepada kita. Sebagai orang tua, ada baiknya kita memberikan informasi yang memadai untuk memenuhi keingin-tahuannya.

Warna-Warni Cerah Yang Menstimulasi.

Macaw Bird4

Burung Macaw Biru Dada Kuning (Ara ararauna) memiliki penampilan yang luarbiasa cantik. Bagian bawah tubuhnya (dada, ekor) didominasi oleh warna kuning cemerlang yang sangat kontras dengan bagian atasnya (sayap,punggung, ekor) yang didominasi oleh warna biru terang. Sehingga sepintas lalu, burung ini terlihat hanya berwarna Kuning dan Biru saja. Namun sebenarnya  masih ada warna lain juga yang menghias burung ini. Bagian dahi  burung ini berwarna kehijauan. Wajahnya berwarna putih dengan garis-garis hitam mirip Zebra. Lehernya berwarna hitam dan paruhnya sendiri  juga berwarna hitam. Anak-anak biasanya akan cenderung mendekat karena tertarik akan warna-warni tubuh burung ini. Sebenarnya, masih ada lagi jenis burung Macaw  yang berwarna lain. Misalnya Macaw Merah Sayap Hijau, Macaw Scarlet atau Macaw yang berwarna Biru penuh.

Warna-warni yang cerah pada sayap burung ini menstimulasi bola mata anak untuk lebih aktif mengirimkan sinyal-sinyal ke otaknya, sehingga anak-anak akan lebih cepat mengenal dan mengidentifikasi warna. Warna cerah juga cenderung menstimulasi perasaan riang, sehingga mengajaknya mendekati burung ini, cukup membantu untuk membujuk anak yang rewel agar lebih tenang. Selain itu, kombinasi warna yang menarik juga melatih otot-otot mata untuk berkoordinasi dengan baik. Secara umum, tidak ada salahnya mengijinkan anak-anak mendekat.

Mengindarkan Anak Dari Patokan Dan Cakaran Macaw. 

Macaw Bird3

Pada dasarnya Macaw adalah burung yang  cukup bersahabat. Namun tergantung umur anak, sebaiknya kita juga tetap perlu mendampinginya. Apalagi mengingat bahwa tubuh burung ini berukuran besar,  sekitar 75 – 83 cm.  Dengan paruh tebal yang bengkok dan cakar yang kuat untuk berpegangan pada ranting ataupun dahan pohon.  Balita sebaiknya jangan dibawa terlalu dekat dengan Macaw. Namun anak-anak yang umurnya lebih besar tentu tidak bermasalah jika mendekat dan didampingi.

Anak-anak sebaiknya diajarkan untuk bersikap tenang dan sopan. Jangan biarkan anak-anak melempari burung dengan batu atau benda-benda lainnya. Karena perbuatan itu, selain akan menyakiti burung juga akan membuat burung ini menjadi marah dan berusaha melindungi dirinya dengan mematok anak dengan aggresive.

 Terkadang  atas keinginannya sendiri ataupun atas bujukan tukang foto keliling, anak-anak ingin berfoto dengan burung Macaw bertengger di kepalanya, di pundaknya maupun di lengannya. Dalam hal ini kita perlu berhati-hati dan mempertimbangkan umur, kesiapan fisik dan mental anak. Perhatikan cakar burung ini dan kukunya. Serta bandingkan dengan ukuran lengan anak kita. Jika terlalu kecil, sebaiknya jangan diijinkan. Yang jelas burung ini pasti berat (900 gram – 1.5 kg) dan mencengkeram dengan cukup kuat. Namun anak-anak di atas sepuluh tahun yang menjelang remaja, mungkin sudah cukup kuat menahan beban dan cengkraman burung ini. Jadi tidak ada salahnya mengijinkannya bergaya dengan Macaw.

 Bolehkah memberikan makanan pada Macaw?

Macaw Bird1

Umumnya, pihak pengelola taman hiburan tidak mengijinkan pengunjung memberikan makanan pada binatang peliharaan yang ada di sana, termasuk burung. Alasannya adalah untuk menghindarkan burung agar jangan sakit akibat mengkonsumsi makanan yang tidak diperiksa kecocokan dan kebersihannya yang diberikan oleh pengunjung. Jadi sebaiknya kita jangan membiarkan anak memberikan makanan pada Macaw.

Namun beberapa taman hiburan ada juga yang memperbolehkan. Seperti halnya burung-burung berparuh bengkok lainnya,Burung Macaw Biru Dada Kuning adalah pemakan biji-bijian, buah-buahan dan kacang-kacangan. Pastikan bahwa makanan yang diberikan berada dalam kondisi yang baik, bersih dan sesuai dengan yang biasa dimakan oleh burung itu. Jangan pernah memberikan biji kopi ataupun coklat kepada burung ini, karena bisa sangat berbahaya bagi kesehatannya.

Beberapa Informasi Lain

Selain hal-hal diatas, sebaiknya kita juga perlu mengetahui beberapa informasi tambahan mengenai burung ini, yang berguna dalam melakukan pendampingan terhadap anak.

Macaw Bird6

Habitat Asal.

Macaw  Biru Dada Kuning, adalah salah satu burung asli dari Amerika Selatan. Burung ini menyebar mulai dari daerah Panama Barat, Colombia Selatan, Amazone, Brazil bagian tenggara, Bolivia, Equador, Peru,Paraguay. Tentu saja di Indonesia kita hanya bisa melihatnya terbatas di Kebun Binatang ataupun di tempat hiburan.  Di habitat aslinya,burung ini adalah penghuni puncak-puncak pohon di hutan-hutan Amazone. Biasanya hidup berkelompok maupun berpasangan. Oleh karenanya, tempat hiburan yang memelihara burung ini, idealnya memiliki pohon-pohon besar dalam jumlah yang cukup di sekitarnya guna menghindarkan burung ini dari keterasingan.

 Status Kepunahan.

Burung ini mengalami penurunan jumlah populasi yang sangat drastis dengan kecepatan di atas 10% per tahunnya. Tentu saja penangkapan dan perdagangan yang menjadi salah satu sebab musababnya. Sayangnya tidak diketahui dengan persis berapa jumlah sisa populasinya pada saat ini.

BirdBurung Yang Sakit.

Sebenarnya secara umum penyakit burung tidak menular pada manusia dan sebaliknya, namun tetap saja ada satu dua jenis penyakit yang berpotensi ‘zoonosis’ (menular dari binatang ke manusia dan sebaliknya). Walaupun demikian ada baiknya sebagai orang tua, kita berhati-hati juga.

1/.Jangan membawa anak yang sakit mendekati Macaw.

2/. Jangan membiarkan anak mendekati Macaw yang sakit.

Sebelum anak-anak mendekat, perhatikan gejala-gejala yang mungkin ada misalnya, mata burung yang selalu menutup, bengkak  atau berair; nafas yang terlihat tersengal, tampak menggigil atau keluar lendir dari paruhnya. Jika melihat ini, sebaiknya anak dihindarkan untuk mendekat.

Ada beberapa jenis penyakit yang umumnya menyerang jenis burung ini. Misalnya penyakit Psittacosis yang disebabkan oleh jenis bakteri Chlamidia, Infeksi Sinus yang kronis, Psittacine Beak & Feather Disesase,dan sebagainya.  Namun jangan terlalu khawatir, jika memang burung itu sakit, tentunya pihak taman hiburan akan segera menarik burung itu dari jangkauan umum dan membawanya ke dokter hewan setempat.

Menemani Anak Bermain SkateBoard: Tentang Keberanian Dan Resikonya.

Standard

Hari Minggu. Saya berjalan pagi dengan Aldo, anak saya yang kecil. Satu kali putaran di perumahan. Saya pikir cukup. Tapi sesampainya kembali di rumah, ternyata anak saya tidak mau berhenti. Ia masih ingin bergerak lagi.  “Main skateboard aja, Ma” bujuknya. Akhirnya saya  menemaninya bermain. Ia meluncur dengan cepat di atas skateboardnya. Yiihhhhaaaaa!!! Sungguh menyenangkan. Walau hari Minggu, secara umum jalanan perumahan sepi, tapi  tetap saja sesekali ada kendaraan yang melintas. Jadi sesekali saya harus berteriak juga, agar anak saya berhenti dan memarkir diri serta skateboardnya di pinggir jalan untuk sementara. Read the rest of this entry

Assurancetourix…

Standard

Hari Sabtu pagi. Saya mendengar suara anak saya yang kecil bernyanyi-nyanyi sambil bermain dari kamar mandi. Suaranya sangat riang dengan segala jenis gaya nada yang dicoba-coba olehnya.Dari nada rendah dengan memanfaatkan tenggorokannya untuk mengeluarkan suara, suara sengau dengan memanfaatkan hidungnya, dan berbagai jenis suara lainnya, hingga suara yang meniru suara tikus kejepit pagar.  Ha ha! Lucu sekali. Saya yang mendengarnya jadi  tertawa sendiri. Anak saya sungguh sangat menyenangkan. Ia suka menyanyi dan suka ngedance. Kadang tanpa malu ia pun ngedance di tengah keramaian. Everyday i’m shufflin!!!. Shufflin! Shuflin! Dan ia sering menarik saya untuk ikut ngedance bershuflin ria. Alamak! Bisa hancur lantai jika mamanya ikut ngedance begini ini. Atau kalau tidak ia akan menyanyikannya lagu lagu One Direction dengan gaya yang persis serupa dengan grup penyanyi Inggris ini. “ So! Get Out,Get Out, Get out of My Head…” . Read the rest of this entry