Beberapa waktu belakangan ini rasanya saya terlalu banyak bepergian. Kebanyakan untuk urusan kantor. Walau ada juga sih sedikit untuk urusan personal. Minggu ini rasanya agak lega. Bisa punya waktu lebih banyak untuk suami dan anak anak. Dan tentunya untuk…. tanaman-tanaman Dapur Hidup 🌱🌱🌱 saya di halaman 😀😀😀.
Cerita pertama dari kebun kali ini adalah tentang Jahe Merah. Tentunya sudah banyak yang tahu ya tentang Jahe Merah?. Varietas jahe yang warnanya merah (kebanyakan jahe berwarna kuning) dan rasanya super pedas ketimbang jahe lain.
Saya sendiri sudah agak lama tahu tentang jahe ini, tetapi pertama kali tertarik membeli rimpangnya di pasar sekitar 2 tahun lalu. Gara garanya pengen belajar bikin acar jahe merah seperti yang sering kita temukan dalam kuliner Jepang. Setelah itu, saya beberapa kali lagi membeli bahan bakunya di pasar sebelum akhirnya memiliki serumpun tanaman Jahe Merah ini di halaman.

Walaupun cuma di pot, tanamannya cukup subur juga. Satu per satu batangnya tumbuh dan meninggi. Mengembangkan daun daun memanjang mirip pedang yang tumbuh berselang seling di kiri kanan batangnya. Saya membiarkannya tumbuh begitu beberapa saat. Senang saja melihat pohonnya subur.
Nah kemarin begitu tiba di rumah, saya melihat kejanggalan pada pohon Jahe Merah saya. Daun-daunnya kok menguning ya?. Ada dua kemungkinan, saya pikir. Jika bukan karena kekeringan selama saya tinggalkan, bisa jadi juga karena diserang penyakit tanaman. Saya tidak tahu penyebab pastinya.

Akhirnya saya memutuskan untuk membongkar rimpangnya dan menanam ulang kembali nantinya. Panen deh ini judulnya 😀😀.

Ternyata lumayan juga lho hasilnya setelah dibongkar, dicuci dan dikeringkan. Saya tidak menyangka akan sebanyak ini hasilnya.
Lalu buat apa Jahe Merah sebanyak itu? Yang jelas, sebagian pasti akan saya tanam kembali. Lalu sebagian lagi untuk bikin acar, minuman jahe dan sisanya untuk keperluan bumbu masak biasa.
Jahe seperti kita tahu membawa sifat panas ke dalam tubuh. Jika udara dingin, kita minum air jahe hangat. Entah dalam bentuk air jahe murni, atau dicampur bahan lain seperti susu, madu, kayu secang dan sebagainya. Demikian juga saat kurang enak badan, masuk angin. Kita minum air jahe. Jahe seperti memompakan kembali energi panas ke dalam tubuh, sehingga tubuh rasanya bangkit aktif kembali. Tak heran kita mengenal beragam jenis minuman traditional yang berbahan baku jahe. Misalnya, wedang jahe, wedang ronde, bajigur, bandrek, wedang uwuh, madu jahe, susu telor madu jahe, dan sebagainya.
Jahe juga banyak digunakan sebagai penetralisir bau amis pada ikan ataaupun daging.
Di Bali, masyarakat menggolongkan jahe sebagai makanan “Rajas” karena sifatnya yang menstimulir semangat dan mood. Kerap kali ditambahkan dalam bumbu dengan maksud untuk menstimulir nafsu makan, ataupun sebagai balancer dari bumbu/bahan makanan lain yang bersifat dingin untuk menjaga kesetimbangan tubuh. Semua tentunya di luar fungsi utamanya sebagai bumbu pemberi rasa.
Masih banyak lagi gunanya jahe, yang membuat saya merasa memang tanaman ini sangat penting kita tanam di halaman rumah.
Yuk tanam Jahe !. Kita bikin Dapur Hidup.