Anak saya menyatakan ingin ikut Indonesia Piano Competition. Semangat sekali. Padahal ia sedang Ujian Akhir Sekolah. Awalnya saya agak ragu. Saya takut ia kurang fokus dengan pelajaran sekolahnya. Tapi melihat semangatnya yang tinggi dan keyakinannya yang menggebu akhirnya saya ijinkan ia ikut kompetisi itu. Tentu saja latihannya hanya boleh disela-sela waktu belajarnya. Tapi rupanya ia tetap menjaga semangatnya.
Nah kemarin tanggal 11 April, ikutlah ia dalam kompetisi itu di Menara Top Food, Alam Sutera. Pesertanya cukup banyak juga. 300 orang lebih.Waduh!. Umurnya 14 tahun. Ia masuk ke kategori Elementary C. Pukul 2 siang ia sudah siap masuk ke kursi peserta. Saya melihatnya dari kejauhan. Mungkin karena ini adalah pengalaman pertamanya bertanding, ia tampak grogi dan gelisah. Saya hanya bisa berdoa semoga ia diberi ketenangan. Hingga akhirnya saat itupun tiba juga. Ia naik ke panggung, membungkukkan tubuhnya yang jangkung ke arah penonton, lalu mulai duduk di depan piano di atas panggung yang lampunya temaram. Dan mulai membawakan musiknya. Bach kleine preludien no 4 BMV 927. Barangkali karena grogi, saya mendengar ia memainkannya tidak sebagus biasanya ia memainkannya di rumah. Temponya agak kurang smooth, tapi secara umum ia bisa menguasai diri dan alat musiknya dengan cukup baik.
Ingin sekali saya mengambil gambarnya. Sayang sekali panitia berkali-kali memberi peringatan agar penonton tidak mengambil gambar dengan flash atau blitz. Akhirnya saya hanya mengambil fotonya dengan kamera hape tanpa flash, yang walhasil….buram nyaris gelap gulita. Setelah saya lakukan sedikit edit, ya lumayan bisa terlihat walaupun tidak optimal.
Setelah selesai, anak saya turun dari panggung dan menceritakan betapa grogi dan paniknya dia. Saya menenangkannya dengan mengatakan bahwa itu hal biasa. Apalagi pengalaman pertama. Sangat wajar. Berikutnya ia hanya perlu belajar menenangkan diri. Permainan musiknya tidak bermasalah. Lalu saya katakan, bahwa ambisi untuk memenangkan kompetisi itu sangat penting, Tetapi hal pertama yang lebih penting dicapai adalah mendapatkan pengalaman panggung. Saya adalah salah seorang yang percaya bahwa tingkat kepercayaan diri seseorang dalam berbicara di depan publik, sangat dibantu oleh pengalaman panggung masa kecilnya.
Jika orang itu sejak kecil terlatih naik turun panggung, maka ketika ia dewasa ia akan menjadi terbiasa menghadapi orang banyak dan berbicara di depan publik ketika kelak dibutuhkan. Demikian juga dengan kebiasaan bertanding dan berkompetisi. Orang yang sering ikut kompetisi akan lebih terlatih untuk menghadapi situasi menang ataupun kalah. Ia akan lebih sportif dan mengerti aturan main yang fair. Jagi bagi saya, kalah ataupun menang baginya kali ini bukanlah hal yang paling penting.Saya hanya ingin ia merasakan bagaimana ia naik ke panggung di depan ratusan pasang mata penonton di ballrooom itu dan bertanding secara jujur. Cari pengalaman, anakku!
Nah tadi sore keluarlah pengumumannya.Anak saya sangat tegang. Saya menghiburnya dan berkali-kali menegaskan bahwa yang penting adalah pengalamannya,bukan soal menang atau kalahnya. Pembawa acara pun mengumumnkan pemenangnya. Bukan anak saya. Ada beberapa orang yang lebih baik darinya. Tetapi belakangan diumumkan bahwa ia mendapatkan Award untuk Music Achievement. Hadirin pun bertepuk tangan dengan riuh. Wajah anak saya tampak lega. Ia berjalan ke depan untuk menerima Award itu. Saya bangga melihatnya.
Congratulation, anakku!.