
Semenjak wabah Corona merebak, masyarakat jadi mulai was was. Orang-orang menggunakan masker, mencuci tangan sesering mungkin dan jalananpun terasa sepi. Saya ikut-ikutan parno, selalu merasa was was jika menyentuh benda-benda yang bekas dipegang orang lain, yang bisa jadi tangannya habis mengelap ingus atau menutup batuk. Seperti misalnya gagang pintu toilet umum, pegangan troley di Supermarket dan terakhir… uang kembalian.
Ceritanya begini. Suatu kali saya ke Guardian untuk membeli Aiken Hand Sanitiser. Sayang habis. Saya disuruh nencoba mencari di Hero. Tapi tetap tidak ada. Saya langsung keluar. Supir saya tidak ada. Saya cari cari, ooh rupanya sedang membeli bakso di samping Hero. Ada dua pedagang kaki lima di situ, tukang bakso dan tukang ketoprak. Tapi sepi. Tak ada pembeli.
Daripada menunggu nggak ngapa-ngapain, saya ikut nimbrung memesan ketoprak. Dibungkus aja, buat dibawa pulang. Setelah selesai, saya membayar. Tukang Ketoprak memberikan saya uang kembaliannya. Entah kenapa tiba tiba pikiran saya buruk. “Bagaimana jika uang ini terkontaminasi Virus Corona?” Waduw!.Mana kita tahu, sebelum Bapak Tukang Ketoprak ini, siapa saja yang pernah memegang uang-uang ini?. Ada nggak yang sempat menggunakan tangannya untuk menutup bersin atau menutup batuk sebelum nemegang uang ini?. Ada nggak yang bisa menjamin kalau uang ini bersih dan tidak terkontaminasi ?. Tidak ada !!!.
Hal yang sama terjadi juga seandainya saya tadi mendapatkan uang kembalian dari Supermarket, atau bahkan mengambil uang dari mesin ATM. Siapa yang pernah tahu, perjalanan uang ysng akhirnya jatuh ke tangan kita itu sudah melewati siapa saja.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya saya ambil uang kembalian itu, saya letakkan di dompet dan begitu sampai di kendaraan, cepat cepat saya semprot tangan saya dengan parfum, lalu saya gosok-gosok. Saya pikir, dalam keadaan darurat di mana kita sulit mendapatkan hand sanitiser, kita bisa menggantikan fungsinya dengan parfum yang mengandung alkohol 70% lebih. Alkohol 70% tentu efektif membunuh kuman.
Suami saya tertawa mendengar cerita tentang ketakutan saya pada uang kembalian. Ia menganggap saya terlalu parno. Lalu ia bercerita jika ia barusan datang dari bengkel. Saat membayar ongkos servicenya , sang pemilik bengkel bercerita kepadanya jika sekarang ini orang orang pada sangat was- was dan parno gara gara wabah Corona.
Menurut cerita si pemilik bengkel, baru saja ia merasa sangat kesal dengan seorang langganannya. Pasalnya, langganan yang barusan selesai service kendaraannya dianggapnya terlalu lebay. Saat membayar, sangat menjaga jarak saat menyerahkan uangnya. Baiklah, bisa dimengerti. Tetapi jika jaraknya sampai sangat jauh di atas 1 meter, lengkap dengan gaya yang berjingkat mengulurkan tangannya dari jarak jauh dengan ekspresi muka yang seolah olah sedang menghadapi seorang yang sedang membawa penyakit menular. Gaya mengambil uang kembaliannya pun sama Begitu juga.
Sang pemilik bengkel pun tersinggung “Saya ini sehat lho!. Masak caranya membayar itu seolah saya ini orang penyakitan yang sudah pasti akan menularkan penyakit virus Korona ke dia“.
Ha ha saya jadi ikut tertawa mendengarnya. Ya. Ada benarnya juga sih pendapat Bapak Tukang Bengkel itu. Walaupun kita harus selalu hati-hati, sebaiknya kita memang tidak perlu terlalu parno, sampai bersikap berlebihan yang membuat orang lain tersinggung.
Saya jadi mikir, apakah tadi saat saya menerima uang kembalian dari Tukang Ketoprak, saya bersikap sama menyebalkannya dengan pelanggan yang diceritakan Bapak Bengkel itu? .
Uuf. Rasanya sih tidak. Saat itu saya hanya berpikir tentang perpindahan uang itu dari satu tangan ke tangan-tangan berikutnya sebelum nyampai ke tangan saya. Pandangan saya ke uang. Bukan ke Bapak Tukang Ketoprak. Jadi seharusnya ekspresi tidak membuat orang lain tersinggung ya. Tetapi jikapun tanpa sengaja saya telah membuat Bapak Tukang Ketoprak itu tersinggung, mudah- mudahan Tuhan mengampuni kesalahan saya.
Ayo teman-teman kita tetap berhati-hati tanpa harus berlebihan.