Menorehkan ikan Cupang dengan pensil di atas kertas.

Lalu mewarnainya dengan Pensil Warna.

Menorehkan ikan Cupang dengan pensil di atas kertas.
Lalu mewarnainya dengan Pensil Warna.
Hari ini saya ke Tukang Ikan. Membeli anakan lele untuk dibesarkan. Tapi saya tertarik pada ikan ikan Mas Koki dan ikan Cupang yang cantik di aquarium etalase.
Seorang kakak sepupu saya menulis pesan – Lagi ngapain? – tanyanya. Saya menjawab pendek – lagi menggambar. Lalu ia menulis lagi – ngambar apa?. Saya menjawab – Nggambar burung. Kok suka sekali sama burung? Tanya kakak saya lagi. Entahlah. Saya memang suka banget pada burung, selain kupu-kupu, bunga dan ikan. Lalu ia meminta saya mengirimkan gambar saya kepadanya. Sayapun memotretnya dan mengirimkannya kepada kakak saya itu. Ia bilang bagus. Saya tertawa senang. Tentu saja ia bilang bagus, wong yang menggambar adiknya sendiri. Kalau adiknya orang lain yang menggambar, belum tentu ia akan mengatakan bagus. Tapi apapun alasannya, saya senang kakak saya menyemangati saya.
Ketika berjalan-jalan di luar rumah, banyak hal yang menarik perhatian saya. Orang-orang yang berlalu lalang, air sungai yang mengalir dengan tenang, pepohonan yang daunya melambai, atau akar udaranya menggantung membentuk tirai hidup yang sangat alami, ikan-ikan yang meloncat atau berkerimit di bawah permukaan air sungai, capung yang beterbangan, kupu-kupu yang hinggap di rerumputan serta burung-burung yang bernyanyi riang menyemarakkan pagi. Hampir setiap ada waktu di pagi hari libur saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di bantaran kali. Atau duduk-duduk di di atas tembok rendah yang menjadi pembatas bantaran dengan kali sambil memandang keindahan alam yang tentunya tak mungkin saya nikmati dari balik ruangan kantor.
Alam dan kehijauannya, rasanya selalu membawa lebih banyak oksigen bagi saya untuk bisa lebih segar kembali menghadapi hari hari kerja berikutnya yang melelahkan. Bukan hanya itu, alam juga memberikan inspirasi yang menarik untuk ditangkap oleh mata dan diserap oleh jiwa kita. Itulah sebabnya terkadang saya suka menuangkannya dalam gambar.
Seperti saat saya memandang burung-burung madu sriganti yang sibuk mencari makan di tanaman benalu, atau sedang bermain-main di pohon petai cina dan semak-semak bambu. Saya senang sekali melihatnya. Saya suka kegembiraanya dalam menghadapi hidup. Saya suka gerakannya yang lincah dan fleksibilitasnya dalam melakukan manuver terbang maju mundur, ke atas ke bawah. Sangat mirip gerakan burung kolibri. Sungguh burung yang tak mengenal lelah dan tak mengenal kata patah semangat. Sayapun tertarik untuk menuangkan hal yang saya lihat ke dalam gambar.
Seimbangkan hidup dari penatnya pekerjaan dengan melakukan aktifitas-aktifitas yang menyenangkan yang menyegarkan jiwa.
Menggambar, yuk!.
Anak saya suka menggambar. Mungkin itu sudah naluri semua anak kecil. Saya senang dengan kesenangannya itu. Barangkali karena waktu kecil sayapun suka menggambar. Jadi, saya senang ada yang mewarisi hobby saya itu. Saya rajin memberikannya kertas lepas, buku gambar atau bahkan kanvas. Agar ia semakin semangat menggambarnya. Dan iapun selalu menggambar dengan suka cita.
Pada suatu hari saya lihat ia menggambar sesuatu. Gambar yang seolah tidak tuntas. Potongan sesuatu. Namun saya tidak berhasil menangkap maksudnya.Saya bertanya “Gambar apa itu, sayang?” Anak saya menjawab “ Gambar Naga, Mama” katanya tanpa menoleh. Terus asyik menggambar. Memang Naga adalah topik yang paling sering digambarnya. Segala jenis dan bentuk naga. Mulai dari Naga yang mirip ular, naga yag berkaki empat mirip kuda bersayap, hingga yang mirip dinosaurus maupun binatang yang bersayap mirip burung. Saya tidak pernah mengkritik apapun bentuk dan warna maupun proporsi gambar naganya. Buat saya semuanya terlihat bagus. Selain itu, naga adalah mahluk dongeng. Siapa yang tahu persis wajahnya? Semuanya hanya ada dalam imajinasi. Jadi setiap orang sah -sah saja jika mau menggambar sesukanya. Read the rest of this entry