Tag Archives: Lukisan

Dari Bedah Buku “Gajah Mina” Di Kafe Sastra Balai Pustaka, Jakarta.

Standard
Bedah Buku “Gajah Mina”, Kafe Sastra, Balai Pustaka, Jakarta 4 April 2021

Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti acara bedah buku ” Gajah Mina” dan bertemu dengan penulisnya Dr Dewa Putu Sahadewa secara langsung. Walaupun sayang Made Gunawan pelukis yang karya-karyanya menjadi inspirasi Dokter Sahadewa dalam menulis puisi-puisi di buku ini berhalangan hadir. Tetap saja saya beruntung, karena dalam masa pandemik ini, mengikuti prokes, yang diperkenankan hadir hanya maksimal 20 orang. Sisanya lewat Zoom.

Acara berlangsung di Kafe Sastra Balai Pustaka, dihadiri dan dibuka oleh Dirut Utama Balai Pustaka, Bapak Achmad Fachrodji, dimoderatori oleh Mbak Fanny J. Poyk. Selain Dokter Sahadewa, acara bedah buku ini juga menampilkan pembicara Narudin Pituin, seorang sastrawan, penerjemah dan kritikus sastra Indonesia.

Saat memberikan sambutannya, Pak Fachrodji sempat menceritakan bagaimana upaya-upaya yg telah beliau lakukan untuk membuat Balai Pustaka hidup dan berjaya kembali, serta akan membuat kegiatan Lomba Berpantun National untuk menghidupkan kembali kejayaan kesusastraan Indonesia. Upaya yang menarik.

Selain itu, saya juga melihat beliau sangat mengapresiasi penerbitan buku Gajah Mina ini yang dianggapnya sangat menarik dengan meng-kolaborasikan puisi dengan lukisan dan sketsa.

Dokter Sahadewa sendiri lebih banyak mengupas tentang bagaimana cerita awalnya hingga buku Gajah Mina ini bisa terbit. Bermula dari melihat sendiri lukisan Made Gunawan yang berjudul “Pohon Kehidupan”. Beliau sangat terkesan dengan lukisan ini, walaupun pada saat itu belum kenal secara langsung dengan pelukisnya. Ia menilai Made Gunawan sebagai seorang pelukis yang sangat handal, memadukan unsur-unsur traditional dengan unsur modern. Dan dari lukisan Pohon Kehidupan itu, ia menilai bahwa lukisan itu sangat puitis. Tidak ada unsur-unsur negative ataupun kesedihan di dalamnya. Yang ada hanya unsur-unsur yang positive, riang gembira, anak-anak bermain, bergelayutan. Intinya menebarkan energy positive.

Demikianlah Dokter Sahadewa merasa berada di frequency yang sama dan sangat tertarik untuk bersama-sama menebarkan energy positive, karena prinsip hidupnya memang sama. Menebarkan energy positive.

Setelah bertemu dengan Made Gunawan dengan difasilitasi oleh Mas Hartanto, dimana niat awalnya ingin belajar melukis, akhirnya Dokter Sahadewa malah jadi semangat menulis dan berkolaborasi sangat intens dengan Made Gunawan, lalu terbitlah buku Gajah Mina ini.

Dalam mengekspresikan fantasynya setelah melihat-lihat lukisan dan sketsa Made Gunawan, Dokter Sahadewa mengaku tidak mendiskusikan ataupun menanyakan arti dari sketsa-sketsa itu pada Made Gunawan. Dan Made Gunawan pun tidak ada berkomentar negative tantang puisi-puisinya. Malah saling berinteraksi positive.

Dan interaksi dan kolaborasi alias Pasatmian ini sungguh merupakan hal yang sangat bagus. Karena sekarang, penggemar puisi jadi ikut menikmati karya lukisan dan sketsa. Dan sebaliknya, penggemar lukisan jadi ikut menikmati puisi. Yah. Luarbiasa memang kolaborasi ini.

Setelah itu, dengan spontan kami beramai-ramai ikut membaca puisi. O ya.. saya lupa bercerita, jika di awal tadi, sebelum acara Bedah Buku dimulai, sebenarnya ada Pak Branjangan menyanyikan puisi “Ikan Menari”. Beneran. Saya takjub, gimana beliau cuma dalam waktu singkat, nggak ada lima menit melihat-lihat puisi, tiba- tiba bilang ke saya “saya mau menyanyikan puisi ini” sambil nunjuk puisi “Ikan Menari” dan beneran beliau nyanyi deh. Dan bagus banget.

Saya sendiri memilih puisi “Sop Kepala Ikan” untuk saya bacakan, karena menurut saya puisi itu sangat unik. Saya sangat suka. Mbak Fanny, Mbak Jeny dan teman- teman yang lain juga pada ikut membaca puisi dengan spontan. Sementara Pak Branjangan mengiringi dengan petikan gitarnya. Wow…romantis banget rasanya.

Saya juga sempat menyimak komentar- komentar positive dari teman- teman yang mengikuti acara Bedah Buku ini lewat Zoom, seperti dari Warih Wisatsana dan Pak Nono. Ya, mengkolaborasikan dua jenis Art yang berbeda bukanlah pekerjaan mudah. Tetapi Dokter Sahadewa dan Made Gunawan telah melakukannya dengan sukses.

Terakhir Pak Narudin, Sang ahli Semiotika dan Kritikus Sastra Indonesia pun mengajak audience untuk ikut jalan pikirannya dalam membedah puisi-puisi dan lukisan serta sketsa, dengan menganalisa dari sudut Icon-icon dan symbol-symbol yang tertangkap dari baik tulisan maupun lukisan serta index yang menghubungkan keduanya. Analysa yang menarik juga ya. Saya jadi ikut belajar banyak.

Pemaparannya kedengaran sangat akademik yang membuat saya yang tidak memiliki latar belakang sastra menjadi terpesona. Mengambil contoh beberapa lukisan-puisi yang dominan seperti misalnya Ikan Menari, Gajah Mina, semua Bunga Akan Layu Pohon Kehidupan, Anakku Berlari, Pandemi, Sop Kepala Ikan, Pohon Tua Memanggil Rohnya dan Kayonan. Semuanya dibahas dari sudut ikonisitas, symbolitas dan indeksikalitas yang ujungnya menghasilkan kesimpulan bahwa, pada dasarnya puisi-puisi Dokter Sahadewa dan lukisan Made Gunawan dapat dinikmati secara terpisah berdasarkan ikon-ikon yang ditangkap penikmatnya. Tetapi dalam buku ini keduanya saling berinteraksi. Yup!.Analisa yang keren!.

Tentang komentar ada nafas spiritual pada puisi-puisinya Dokter Sahadewa, Narudin Pituin juga mengungkapkan bahwa tiap sastrawan tentu memaparkan gagasannya sesuai dengan latang belakang adat, budaya, agamanya masing-masing. Sehingga ada puisi yang bernafaskan Hindu, bernafaskan Islam ataupun Kristiani sesuai latar belakang penulisnya.

Ya, saya setuju dengan pendapat Narudin dalam hal ini. Namun tak cuma latar belakang penulisnya, saya pikir, itu juga tergantung dari latar belakang pembacanya.

Salah satu contoh, ketika Dokter Sahadewa menjelaskan bahwa di Bali, pohon-pohon sangat dihormati dan dihargai sama dengan mahkuk hidup lain yang juga punya nyawa. Selain itu, pohon juga dipercaya menjadi tempat tinggal makhluk-makhluk lain yang tak kasat mata. Ketika latar belakang ini diimplementasikan pada karya “POHON TUA MEMANGGIL ROHNYA PULANG” reaksi beragam pun terjadi.

Narudin Pituin dengan latar belakangnya, memberi interpretasi kata “Roh” = mahluk halus penunggu pohon. Jadi pohon memanggil mahluk halus, jin, dedemit, kuntilanak untuk pulang. Ini membuat sebagian puisi berkesan mistik.

Sementara saya yang dilahirkan dan dibesarkan dalam adat istiadat, budaya dan agama Hindu di Bali menginterpretasikannya berbeda.

Bagi kami, Roh pohon, ya Roh pohon itu sendiri. Bukan jin atau kuntilanak. Karena kami di Bali percaya, bahwa setiap mahluk hidup termasuk Manysia Binatang dan Tumbuhan memiliki Roh, walaupun secara kasat mata terlihat berbeda akibat perbedaan fisik yang menghasilkan kemampuan berbeda yang disebut dengan Pramana.

Manusia diyakini memiliki Tri Pramana yakni Bayu (kemampuan gerak, tumbuh dan tenaga), Sabda (kemampuan berbicara) dan Idep (kemampuan memahami). Binatang memiliki Dwi Pramana yakni Bayu dan Sabda. Dan tumbuhan memiliki hanya satu Pramana yakni Bayu.

Dengan latar belakang ini, ketika saya menginterpretasikan puisi yang sama, “POHON TUA MEMANGGIL ROHNYA PULANG”, yang saya tangkap adalah memang yang dimaksud oleh Dokter Sahadewa adalah bahwa Pohon tua itu memang memanggil Roh nya sendiri untuk pulang. Bukan memanggil jin dan kuntilanak. Jadi di telinga saya ini bukanlah mistis. Nah, sekali lagi itu adalah interpretasi yang berbeda yang ditangkap oleh dua orang dengan latar belakang berbeda.

Saya merasa, pada akhirnya, sebuah karya seni, entah itu lukisan, puisi, tarian, musik dan sebagainya adalah sebuah interpretasi. Yang ditangkap oleh penikmatnya dari signal-signal yang tersajikan, sesuai dengan latar belakang baik penciptanya maupun penikmatnya.

Selamat dan Sukses untuk Dokter Sahadewa dan Made Gunawan. Gelombang besar energy positive yang diakibatkan kibasan sirip Gajah Mina sungguh terjadi. Salut!.

Menyimak “Motion in Transparancy” Dalam Karya-Karya Hester Van Dapperen.

Standard
Menyimak “Motion in Transparancy” Dalam Karya-Karya Hester Van Dapperen.

Entah suatu kebetulan,  minggu lalu saya menginap di sebuah hotel kecil di pinggiran kota Amsterdam yang sedang menggelar karya seni kontemporer di lobbynya. Dari sekian banyaknya karya-karya yang dipajang, mata saya tertumbuk seketika pada lukisan lukisan karya Hester Van Dapperen. 

Sangat menarik hati saya,  karena karya karya Hester ini di mata saya  terlihat sangat unik dan baru. Saya belum pernah melihat lukisan di atas media transparant seperti ini. Terlebih Double Canvas. Technique lukis baru dimana, dua canvas transparant dilukis dan ditumpuk  jadi satu  dengan jarak tertentu. Teqhnique ini memberikan efek “kedalaman” yang sangat baik. Dimensi yang lebih kaya. 

Memandangnya, entah kenapa saya melihat Hester seolah memotret pergerakan manusia di perkotaan yang riuh, bersosialisasi namun juga  sekaligus dingin dan individualistik. Barangkali juga karena pilihan warna yang dipakai yang terkesan dingin, didominasi hitam, putih dan kelabu dengan sedikit sentuhan pink pucat. Berkesan seakan meninggalkan pesan tersembunyi.  Yuk kita simak beberapa diantaranya. 

1/. Lopen.

Lopen/Walking. Hester Van Dapperen.

Dilukis dengan cat acrylic di atas materi transparant double canvas. Sesuai dengan judulnya “Lopen” alias Walking, kita melihat sosok sosok tinggi yang bergerak serasa di jalan kota. Di latar belakangnya kumpulan burung dara bertengger di kawat listrik dan orang orang yang berjalan dengan arah yang berseberangan. Menarik sekali. 

2/. Mijn Schaduw.

Mijn Schaduw. Hester Van Dapperen.

Dengan materi yang sama, Hester menggambarkan bayangan manusia yang sedang bergerak. Arah sinar entah datang dari mana mana dengan derajat berbeda beda pula, sehingga bayanganpun terlihat berbaring ke beragam arah. Teqhnique double canvas di sini memberikan dampak pluralisme yang semakin membaur dan tak teratur. Tidak seoptimal pada lukisan lain, misalnya pada Lopen. Namun demikian, secara umum lukisan ini tetap tampak menarik dan sesuai dengan judulnya Mijn Schaduw (My Shadow).
3/.Transparant in Roze, Grijs en Zilver.

Transparant in Roze, Grijs en Silver.

Pada lukisan ini  Hester menerapkan warna tambahan rossy pink  dan silver yang membuat overall tampilannya menjadi lebih feminine dan berbahagia ketimbang lukisan-lukisannya  yang lain. Saya suka komposisi warna ini. Keanggunan terpancar keluar tanpa harus dijelaskan. 

4/. Witte Dansers in Het Park.

Witte Dansers in Het Park. Hester Van Dapperen.

Karya ini penuh dengan muatan seni.  Betapa tidak. Selain komposisi dan paduan warnanya yang baik, karya ini seolah  juga menunjukkan gerakan-gerakan yang indah dari para penari dan busananya yang menarik. 

5/. Vroege Vogels

Vroege Vogels. Hester van Dapperen.

Karya yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi berjudul “Early Birds” ini, menceritakan sebuah ketergesaan. Orsng orang yang bergegas ke tempat kerja di pagi hari. 

Demikianlah karya karyanya yang terlihat oleh saya. Terlihat sangat indah dan anggun. Potret dinamika kehidupan urban dengan kehidupan modern. Ua menggambarkannya dengan sangat apik. Belakangan saya tahu bahwa Hester van Dapperen sang Contemporary Visual Artist itu ternyata juga adalah seorang Fashion Designer. Ooh…pantaslah saya seolah menangkap jejak jejak fashion dalam karya-karyanya itu. 

Keren!. 

Corat -Coret Dua Generasi.

Standard

image

Malam minggu kemarin tak punya acara khusus. Paling enak melewatkan waktu dengan anak-anak. Ngapain ya?
Aha!. Ada kertas gambar, pensil dan drawing pen. Bakalan seru juga nih…
Nah, apa jadinya jika ibu dan anak disodorin kertas gambar dan drawing pen? Ya..pasti corat -coretlah!. Saya dan anak saya sama sama senang mencorat coret. Tentunya corat coret yang sehat -bukan corat coret tembok orang.

Menghabiskan waktu beberapa menit bersama-sama, untuk mencoret suka -suka yang ada di pikiran kita, ternyata hasilnya jauh berbeda…
Begini nih jadinya.

image

Gambar saya…generasi lawas.
Corat coret saya dipenuhi bunga dan kupu-kupu.

image

Gambar anak saya…generasi anyar.
Corat coretnya dipenuhi dengan hal-hal yang menjadi kesukaannya: Anime, Dota, uang untuk nembeli burger, sleep, impiannya untuk menjadi “the maker”, kucing, dan lain sebagainya. Saya tercengang melihat apa yang ia coretkan di atas kertas.
Kreatifitas grafis yang baru. Yang sangat ekspresif dan berbeda alirannya dengan saya yang datang dari generasi di mana Titiek Puspa dan Mak Wok masih bermain operette.

Kegiatan mencorat coret, sebenarnya adalah kegiatan  memindahkan “drama” yang terjadi di pikiran kita ke atas kertas. Apa saja yang melintas di kepala. Tanpa harus khawatir coretannya bagus atau tidak. Mau diapresiasi orang lain atau tidak. Wong judulnya hanya menyenang-nyenangkan hati kita sendiri saja.

Daripada bengong. Yuk kita corat coret..

School Art: Membangun Kepekaan Rasa, Pikiran Dan Imaginasi.

Standard

Minggu yang lalu, saya berkunjung ke sekolah Ricci II untuk mengurus buku-buku dan seragam anak. Rasanya sudah cukup lama saya tidak ke sekolah. Senang sekali melihat lapangan basket, melintasi kelas demi kelas dan berbincang dengan Ibu dan Bapak Guru. Sambil menunggu, saya sempat juga melihat-lihat ke dinding sekolah.  Ada banyak sekali gambar-gambar yang dipajang di majalah dinding. Gambar anak-anak yang indah-indah dan berwarna warni. Dinding sekolahpun terlihat cantik dari kejauhan.

Saya mendekat dan mengamat-amati gambar-gambar itu satu per satu. Rupanya ada berbagai macam thema yang dipajang . Secara umum berkelompok, tetapi kelihatannya tidak terlalu homogen juga. Sehingga dari kejauhan tampak seperti mozaik. Tak tahan rasanya untuk tidak mengabadikannya.

Kehidupan Bawah Air.

Ada thema tentang  kehidupan dalam air. Sebuah thema yang menurut saya selalu indah. Anak-anak menggambarkannya dengan sangat baik.  Ada banyak sekali gambar yang bercerita tentang kehidupan bawah air ini. Sayang saya tidak bisa memuat gambarnya semua.

Yang paling banyak digambar anak-anak tentunya adalah ikan. Berbagai jenis ikan terlihat di sana. Mulai dari arwana, plati pedang, ikan mas, ikan nemo, tuna, dan sebagainya hingga ke jenis ikan laut dalam seperti ikan lentera pun ada yang menggambar. Lalu ada paus dan juga ada lumba-lumba. Selain itu, banyak juga anak-anak yang menggambar bintang laut, cumi-cumi, gurita, kuda laut, penyu, kepiting dan tentunya ganggang laut dan terumbu karang. Malah ada juga yang menggambar lengkap dengan dua orang penyelam yang berenang dikelilingi ikan dan ubur-ubur. Rupanya masing-masing menggambar sesuai dengan imaginasinya sendiri. Menarik sekali. Saya pikir guru memberikan thema dan membebaskan murid untuk berimaginasi dan menggambarkannya.

Alam dan Lingkungan.

Thema lain yang kelihatannya juga muncul di dinding adalah tentang alam dan lingkungan. Lagi-lagi saya menduga,bahwa guru hanya memberikan thema dan mempersilakan murid untuk menangkap rasa dari alam sekitarnya dan membangun imaginasinya sendiri serta menuangkannya dalam kertas gambar. Terlihat dari beragamnya lukisan yang dibuat. Kreatif sekali murd-murid ini.

Jaman dulu kalau saya melukis pemandangan biasanya standard banget. Ada gunung, ada matahari, ada sawah di lembah dan ada pohon kelapa. Belakangan setelah ngobrol dengan beberapa teman seumuran dari berbagai daerah, ternyata saya baru tahu kalau lukisan begitu rupanya digambar oleh sejuta murid Indonesia dari Sabang sampai Merauke di jaman itu. Seragam semua idenya begitu. Lah?!.

Nah..murid-murid sekarang ternyata jauh lebih kreatif dari murid-murid jaman dulu. Ketika diminta menggambar dengan thema alam, mereka mengeksplorasi  segala kemungkinan concept yang cocok dengan thema alam. Lalu keluarlah berbagai bentuk gambaran alam yang sangat variatif. Tidak lagi terbatas hanya pada gunung, matahari, sawah dan pohon kelapa seperti jaman dulu.  Ada danau yang biru, ada sungai dan tebing, ada yang menggambar hutan rimbun dengan berbagai jenis tanaman,  ada alam yang terkesan gersang dengan pohon coklat entah mau mati atau kebakar, ada kebun bunga dengan unggas, ada lukisan sungai dengan jembatan di atasnya,  ada kebun dengan ayam jago, lalu ada juga halaman rumah yang asri penuh dengan bunga dan pohon rindang dan sebagainya. Banyak variasinya. Hingga gambar alam dengan kincir angin dan bunga-bunga tulip Belandapun ada.

Dan yang sangat menarik buat saya, ternyata aliran lukisnya pun beragam. Bahkan ada yang menggambarkan alam pepohonan dengan gaya lukis bak emroidery dari Skandinavia.  Menarik! menarik banget!.

Unggas & Pottery.

Ada juga gambar-gambar berbagai macam unggas dan pottery yang juga menarik untuk disimak. Disinipun saya melihat keberagaman ekspresi rasa dan imaginary. Walaupun secara umum yang digambar adalah sama dan serupa, ayam (ada yang jantan ada yang betina) dan burung (umumnya adalah burung-burung berparuh bengkok), namun goresan pensil, sapuan warna serta penempatan obyek lukisan membuat setiap lukisan memancarkan jiwanya sendiri yang berbeda. Demikian juga yang terjadi pada pottery. Pot gerabah dan keramik yang digambarkan pun terasa beda jiwanya satu sama lain.

Sebenarnya masih ada banyak lagi gambar-gambar yang dipajang. Saya salut akan apa yang dilakukan sekolah ini, memajang karya gambar murid-muridnya. Bukan saja memperindah dinding sekolah, tetapi sekaligus juga membuat anak-anak bangga akan hasil karya mereka.  Hal ini tentunya akan semakin menambah semangat para murid untuk terus berkreasi. Dan ini penting, karena menurut saya ada banyak manfaat yang didapatkan jika anak-anak dilatih terus untuk berkesian dan berkreasi.

Seni membuat anak mampu melakukan eksplorasi jauh ke alam pikirnya, bahkan hingga ke sudut sudut dan pelosoknya. Hal ini  akan membuatnya penuh dengan ide-ide yang cemerlang dan kreatif  dalam membuat concept, thema, tata ruang, tata gaya, tata warna dan sebagainya yang ingin ia ekspresikan ke dunia luar.

Mengenal seni, akan membuat anak-anak  bisa menerima realitas dan sekaligus menerima keabsurd-an pada saat yang bersamaan. Langit itu biru. Tapi siapa bilang bahwa langit harus selalu biru? Terkadang langit bisa juga merah, pink,  kuning, hitam atau bahkan hijau dan berwarna warni saat pelangi mengembang. Anak-anak akan lebih mudah menerima dan terbuka atas pemikiran dan ide-ide baru dan berbeda.

Tanpa disadari, sebenarnya melakukan pekerjaan seni, juga melatih perhatian dan meningkatkan fokus anak akan sesuatu.  Juga melatih koordinasi antara pikiran, perasaan dan gerakan mata serta tangannya.

Saya pikir masih banyak lagi manfaat lainnya yang pada intinya membangkitkan rasa, pikiran dan imaginasi anak-anak.

Merekam Keindahan Alam Dengan Kuas.

Standard

Menggambar alamSeorang kakak sepupu saya menulis pesan – Lagi ngapain? – tanyanya.  Saya menjawab pendek – lagi menggambar. Lalu ia menulis lagi  – ngambar apa?. Saya menjawab – Nggambar burung. Kok suka sekali sama burung? Tanya kakak saya lagi.  Entahlah. Saya memang suka banget pada burung, selain kupu-kupu, bunga dan ikan.  Lalu ia meminta saya mengirimkan gambar saya kepadanya. Sayapun memotretnya dan mengirimkannya kepada kakak saya itu.  Ia bilang bagus. Saya tertawa senang. Tentu saja ia bilang bagus, wong yang menggambar adiknya sendiri. Kalau adiknya orang lain yang menggambar, belum tentu ia akan mengatakan bagus.  Tapi apapun alasannya, saya senang kakak saya  menyemangati saya.

Ketika berjalan-jalan di luar rumah, banyak hal yang menarik perhatian saya. Orang-orang yang berlalu lalang, air sungai yang mengalir dengan tenang, pepohonan yang daunya melambai, atau akar udaranya menggantung membentuk tirai hidup yang sangat alami, ikan-ikan yang meloncat  atau berkerimit di bawah permukaan air sungai, capung yang beterbangan,  kupu-kupu yang hinggap di rerumputan serta burung-burung yang bernyanyi riang menyemarakkan pagi.  Hampir setiap ada waktu di pagi hari libur saya menyempatkan diri  untuk berjalan-jalan di bantaran kali. Atau duduk-duduk  di di atas tembok rendah yang menjadi pembatas bantaran dengan kali  sambil meBurungmandang keindahan alam yang tentunya tak mungkin saya nikmati dari balik ruangan kantor.

Alam dan kehijauannya, rasanya selalu membawa lebih banyak oksigen bagi saya untuk bisa  lebih segar kembali menghadapi hari hari kerja berikutnya yang melelahkan. Bukan hanya itu, alam juga memberikan inspirasi  yang menarik untuk ditangkap oleh mata dan diserap oleh jiwa kita.  Itulah sebabnya terkadang saya suka menuangkannya dalam gambar.

Seperti saat saya  memandang burung-burung madu sriganti yang sibuk  mencari makan di tanaman benalu, atau sedang bermain-main di pohon petai cina dan semak-semak bambu. Saya senang sekali melihatnya. Saya suka kegembiraanya dalam menghadapi hidup. Saya suka gerakannya yang lincah dan fleksibilitasnya dalam melakukan manuver terbang maju mundur, ke atas  ke bawah. Sangat mirip gerakan burung kolibri. Sungguh burung yang tak mengenal lelah dan tak mengenal kata patah semangat.  Sayapun tertarik untuk menuangkan hal yang saya lihat ke dalam gambar.

Seimbangkan hidup dari penatnya pekerjaan dengan melakukan aktifitas-aktifitas yang menyenangkan yang menyegarkan jiwa.

Menggambar, yuk!.

 

Liburan!. Menggambar, Yuk!

Standard

IMG_4458Liburan Sekolah!. Sebulan lamanya. Sayang, saya  hanya bisa menemani anak-anak pada akhir pekan saja, mengingat pekerjaan yang menumpuk di kantor.  Jika tidak melakukan sesuatu selama liburan ini, tentu akan lewat begitu saja tanpa kenangan.  Jadi saya pikir tidak ada salahnya mengajak anak-anak melakukan kegiatan yang menyenangkan di rumah saat akhir pekan. Salah satu aktifitas yang  saya pilih kali ini  adalah menggambar!.

Menggambar adalah salah satu kegiatan yang sering saya lakukan saat kecil. Menggambar apa saja. Bunga, binatang, pepohonan, orang, dan sebagainya. Sangat menyenangkan! Karena kita bisa menuangkan isi pikiran kita sebebas-bebasnya. Nah saya pikir apa salahnya saya juga ikut bersenang-senang seperti masa kecil dulu lagi?  Itung-itung latihan melemaskan tangan kembali.

Sudah lama saya tidak menggambar. Tentu akan terasa sangat kaku, karena sudah tak terbiasa lagi memegang kuas  ataupun pencil. Anak-anak saya bebaskan apakah hanya ingin menonton saja, atau ingin ikut berpartisipasi menggambar. Jangan takut salah atau gambarnya jelek – karena kalaupun gambarnya jelek, tidak akan ada orang yang akan menjebloskan kita ke penjara juga. Jadi, ekspresikanlah kebebasan pikiranmu sesukanya di atas kanvas, selagi bisa.

Saya sediakan kanvas, buku gambar,  berbagai jenis cat, kuas dan pencil. Terserah mau menggambar apa, mau menggambar dengan  media apa. Tapi akhirnya kami sepakat untuk menggambar sesuatu yang kita lihat di alam saja. Sesuatu yang menyenangkan hati kita.

Alam adalah sumber inspirasi terbaik. Kapanpun dan dimanapun kita kehabisan ide, kita hanya perlu menengok apa yang ada di sekitar kita. Dan tanpa kita sadari, berjuta-juta ide bisa datang dengan tiba-tiba. Di bawah ini adalah beberapa gambar yang dihasilkan dengan mengambil inspirasi dari alam.

IMG_4470Inspirasi Kupu-Kupu Mata Biru.

Gambar ini terinspirasi oleh Kupu-kupu Mata Biru alias Blue Buckeye Butterfly (Junonia coenia) yang banyak beterbangan di halaman rumah dan sekitarnya. Kupu-kupu berukuran kecil ini sangat menarik untuk digambar, mengingat warnanya yang sangat menarik. Kombinasi warna hitam dengan biru yang cemerlang dilengkapi dengan sapuan warna krem terang di ujung sayap atasnya. Yang sangat jelas dari kUpu-kupu ini adalah adanya dua bulatan mirip mata yang sangat menonjol di bagian bawah dari sayap bawah kupu-kupu ini.

Untuk membuatnya terlihat menarik, kita bisa membubuhkan gambar Bunga  Ratna alias Globe Amaranth (Gomphrena globusa) yang emmang disukai oleh jenis kupu-kupu ini.

IMG_4465Inspirasi dari Kupu-Kupu Renda.

Gambar ini terinspirasi dari Kupu-Kupu Hypolimnas betina yang sangat feminin, dimana pinggir sayapnya dipenuhi dengan totol-totol putih diatas dasar hitam yang sangat mirip dengan renda. Kebetulan kupu-kupu ini juga sangat rajin mengunjungi halaman rumah saya, sehingga sangat gampang untuk mengamatinya.  Warna sayapnya sangat menyolok. Memiliki latar belakang hitam, dengan porsi warna putih yang cukup dominant terutama pada bagian sayap bawahnya dan sedikit warna merah jingga terang yang sangat “stand-out’  pada bagian sayap atasnya.

Untuk membuatnya lebih menarik, kita bisa  membubuhkan gambar bunga Zinia (bunga kertas) di sekitarnya.

IMG_4458

Inspirasi Dari Kupu-Kupu Papilio Biru.

Gambar ini terinspirasi dari Kupu-kupu Papilio nareus Blue yang terbang cepat mengintari halaman, mencari nektar dari satu bunga ke bunga yang lainnya.  Sangat menyenangkan melihatnya, karena warnanya benar-benar sangat indah.  Balok balok biru yang berjajar dengan latar belakang warna coklat gelap kehitaman. Ada sedikit sapuan warna merah pada sisi bawah sayapnya yang hanya terlihat dari samping jika kupu-kupu sedang terbang. Warna merah ini tidak terdapat pada sisi atas  sayap. Salah satu bunga yang disukai oleh Papilio biru ini adalah bunga Zinia.

Gambar dibuat dengan cat acrilic diatas kanvas warna putih.

Ha Noi Ceramic Mozaic Mural III.

Standard

Semakin lama menyusuri jalanan bertembok yang didandani dengan lukisan mural itu, semakin saya melihat alangkah banyaknya aliran seni lukis yang bertebaran di sana. Saya tidak bisa menayangkan dan membahasnya satu per satu di sini. Beraneka ragam thema, warna, tarikan garis, maupun sapuan kuas. Mulai yang berkaitan dengan kehidupan Vietnam hingga mancanegara. Mulai dari tanaman, pohon,daun, bunga hingga ke berbagai macam satwa. Masih banyak sekali, hingga proses pembuatan keramik-pun ada juga dipertontonkan di sini.

Hal ini juga semakin memberi saya kesadaran, bahwa kreatifitas kita sebagai manusia, sungguh tiada batasnya. Hendaknya  kita jangan berhenti hanya  pada hal-hal yang selama ini telah biasa kita tekuni saja. Eksplorasi pemikiran kita lebih jauh lagi kepada hal-hal lain di luar itu. Atau lakukan penggabungan beberapa element dari beberapa  aliran ataupun thema, sehingga bisa saja terbentuk sebuah aliran maupun thema baru yang berbeda. Kontemporer ataupun Fusion  – sama indahnya.

Ha Noi Ceramic Mozaic Mural II

Standard

Ini  masih tulisan yang sama dengan sebelumnya, yakni mengenai mural, seni jalanan di Ha Noi yang terbuat dari keramik. Karena jenis aliran seni dan thema yang digambarkannya sangat banyak, saya memiliki  barangkali ratusan koleksi  foto-fotonya. Tentu saja saya  masih ingin share sebagian dari foto-foto itu di sini. Barangkali ada yang suka melihatnya juga.

Blue Blue Blue…My Love Is Blue..

Ha Noi Ceramics Mural 37Aliran seni  Monochromatis ini cukup menonjol diantara  ratusan atau mungkin ribuan lukisan yang ada. Menjadi menonjol, karena terselip diantara lautan warna warni yang cerah. Sementara lukisan ini hanya menggunakan warna tunggal, yakni biru  (selain putih tentunya). Walaupun masih menggunakan elemen bunga berkelopak lima dengan  benang sari yang sama (cherry blossom/apple blossom/sakura blossom), namun karena digambarkan dalam warna biru yang nyaris monotone, tersirat kesedihan dan perasaan kering kerontang tanpa gairah kehidupan di sana.  Ketika memandangnya, saya membayangkan kedukaan hati seorang gadis yang  ditinggalkan oleh kekasih hatinya . Blue!. Read the rest of this entry

Ha Noi Ceramic Mozaic Mural I – Ketika Seni Jalanan Mendapatkan Tempatnya.

Standard

Slide8Vietnam, memang sangat terkenal dengan keramiknya. Setidaknya itu yang pernah dikatakan seorang teman kepada saya sebelumnya. Saat melintas di tengah kota Ha Noi, seketika saya menyatakan kesetujuan saya.  Bagaimana tidak? Karena di sana saya melihat sebuah jalur sepanjang 4 km dipenuhi dengan gambar mural yang terbuat dari pecahan-pecahan keramik.  Sangat indah. Menurut keterangan guide, lukisan mural di sepanjang jalan kota ini dibuat  mulai tahun 2007  dan selesai tahun 2010 dalam rangka memperingati 1000tahun kota Ha Noi. Read the rest of this entry

Grafiti, Expresi Seni Jalanan.

Standard

Grafiti Tepi Rel Poris 8Berada di kemacetan kota sering membuat kita tak mampu melakukan apa-apa, selain menghibur diri dengan menikmati apa yang ada. Salah satu yang cukup sering saya lakukan adalah melempar pemandangan keluar jendela kendaraan. Terkadang beruntung melihat lukisan atau gambar di tembok-tembok beton tol, pagar jalanan maupun pagar gedung atau rumah orang. Banyak yang cukup menarik, dengan ide-ide yang cukup brilliant, tarikan grafis yang bagus dan komposisi warna yang sangat menghibur. Namun sering juga kita hanya melihat gambar corat coret ala kadarnya, dengan maksud entah apa dan komposisi warna yang amburadul. Atau bahkan terkadang hanya coretan, expresi cinta si anu kepada si ani, slogan atau bahkan jeritan kepedihan hidup dan protes atas keadilan sosial yang tak kunjung datang. Tentu saja karya Grafiti ini masih belum bisa dikategorikan sebagai Mural, karena masih  terlihat sangat sederhana baik dari sisi pengembangan grafis, tata warna, komposisi bentuk dan sebagainya. Read the rest of this entry