Saya senang mengamati tingkah laku para pemasar dan berkelakar dengan mereka tentang kebiasaannya. Salah satunya adalah kegigihan untuk mendapatkan “sebanyakmungkin” dengan ongkos “seminimal mungkin”. Ini berlaku bagi banyak hal yang berkaitan dengan kegiatan pemasarannya. Mulai dari urusan belanja hadiah buat konsumen, pembuatan material promosi, biaya iklan, pemasangan iklan, dan sebagainya. Read the rest of this entry
Tag Archives: Marketing Praktis
Meminta Revisi Hasil Research. Tips Bagi Pemasar Pemula.
Bekerja di bagian pemasaran, membuat hidup kita penuh dengan berbagai research. Baik itu yang berkaitan dengan konsumen maupun dengan kategori, produk ataupun brand terkait. Kadang-kadang hasil analisa research yang dipresentasikan oleh agency tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Padahal untuk melakukannya, company harus mengeluarkan uang puluhan hingga ratusan juta rupiah. Atasan kita tidak puas. Atau lebih parahnya bahkan tidak bersedia menandatangani hasil research sebelum Agency melakukan revisi. Kita meminta revisi kepada agency, namun tetap saja hasilnya belum memuaskan atasan kita. Jangankan atasan kita, bahkan diri kita sendiripun terkadang tidak puas dengan hasil kerja dari agency. Read the rest of this entry
Bekerja Dengan Agency.. Tips praktis bagi para pemasar pemula
Dalam kehidupan seorang pemasar, sangatlah banyak pekerjaan yang membuat kita harus menunjuk agency guna membantu kita dalam melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Menunjuk Agency ini perlu kita lakukan karena beberapa alasan:
1. Professionalism.
Pekerjaan sebagai seorang pemasar melibatkan banyak hal mulai dari mencari ide-ide baru untuk mengembangkan bisnis, mendevelop ide ide tersebut hingga menjadi suatu bentuk produk atau jasa yang siap dipasarkan, mengembangkan strategy pemasarannya hingga memastikan produk ini diminati oleh konsumen sehingga mendatangkan penjualan dan keuntungan yang baik demi keberlangsungan perusahaan. Nah, tentu di dalam tanggung jawab yang sangat lebar itu, terdapat detail-detail pekerjaan yang membutuhkan keahlian tersendiri yang belum tentu kita kuasai dengan baik sebagai seorang pemasar. Diantara pekerjaan itu adalah research untuk mendapatkan insight dari konsumen, product test, dsb; mengembangkan alat-alat bantu pemasaran seperti misalnya membuat iklan, POP material, design kemasan dsb; memasang iklan di berbagai media agar mendapatkan hasil yang baik dengan cost yang paling efficient dsb.; melakukan aktifitas promosi Below The Line ataupun misalnya mengelola sumber daya manusia misalnya SPG, Promotor dsb. Read the rest of this entry
What Is Your Job, Mom?
Anak saya bertanya kepada saya “ Mom, apa sebenarnya pekerjaanmu di kantor?”.
Saya menjawab “Marketing”.
Anak saya telihat berpikir sejenak dan wajahnya terlihat tidak puas. “I know Marketing. Tapi apa yang dikerjakan olehmu setiap harinya”.
“Menjual Produk” kata saya kembali.
“Mengapa saya tidak pernah melihatmu berjualan di toko?” Ia bertanya heran.
“Mmm… membuat produk yang akan dijual” kata saya meralat ala kadarnya. Rupanya ia masih tidak puas .
“Apakah pekerjaanmu benar-benar mengaduk aduk bahan dan membuat sabun?. Seperti membuat pancake yang kita bikin berdua waktu itu?” tanyanya penasaran.
“Tentu saja tidak! Saya tidak mengerjakannya secara langsung” Kata saya sambil tertawa.
Tambah heran. Ia mengerenyitkan dahinya “Lalu apa pekerjaan Marketing itu sesungguhnya? “
Mmm.. bertahun tahun bekerja di marketing, saya tidak pernah menyangka akan ada seseorang menanyakan detail pekerjaan saya seperti itu. Dan sekarang saya harus menjelaskan kepada seorang anak kecil yang sedikitpun tidak memahami ilmu ekonomi. Wah.. bagaimana akan saya jelaskan kepadanya? Haruskah saya jelaskan kepadanya segala tetek bengek pekerjaan saya mulai dari menggali idea guna mencari peluang yang mungkin menghasilkan uang, memahami prilaku pasar dan konsumennya, mendevelop brand concept & strategynya agar memenuhi selera pasar dan beda dengan yang orang lain tawarkan , memastikan formula, kemasannya disukai oleh konsumen yang saya targetkan dst, dst banyak sekali … hingga mengarahkan ke channel mana produk ini akan dijual biar konsumen mudah mendapatkannya, memastikan supply yang memadai, pemajangan di toko yang baik agar konsumen mudah melihatnya, mengkomunikasikannya lewat iklan, mendorong konsumen untuk mencoba, melakukan repeat penjualan dan meningkatkan volume penjualan dan berakhir di masalah financial. Memastikan bahwa apa yang saya lakukan itu menghasilkan duit bagi company, baik dari sisi penjualan dan keuntungan. Semuanya memang UUD – ujung ujungnya duit. Ngga ada perusahaan yang mau berbisnis untuk merugi.
Hmm… kalau dijembrengin ternyata banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang Marketer. Belum sempat saya menuliskan semuanya, rasanya saya sudah penat mendengarkannya. Tapi tentu saja saya tidak menceritakan semua itu kepada anak saya. Akhirnya saya hanya mengatakan kepadanya dengan bahasa sederhana bahwa saya bersama sama teman-teman saya bertugas membuat dan menjual produk dan tugas saya adalah memastikan agar produk yang terjual itu disukai oleh pembeli dan akhirnya menghasilkan keuntungan buat perusahaan tempat saya bekerja agar bisa membayar gaji saya biar kami bisa makan dan beli ini itu… he he he..
Entah ia mengerti atau tidak, ia mendengarkan namun sejenak kemudian tenggelam kembali dengan PSPnya. Sibuk dengan idenya dalam games untuk membangun peternakan besar dengan ladang yang luas untuk menampung para ayam, domba dan sapi..
Tapi tak ayal pertanyaan itu masih meninggalkan sisa di kepala saya. Apa itu Marketing? Kalau dilihat dari sisi umum, mungkin jawabannya “ Menyediakan sesuatu dan menjualnya”. Tapi kalau dipikir kembali… gimana kalau tak seorangpun memerlukan “sesuatu” itu? Atau tidak menemukan “sesuatu” itu disekitarnya? Apakah hanya dengan menyediakannya kita akan masih mampu menjualnya? Rasanya tidak..
Ok.. coba kita revisi. Jadi, marketing adalah..”Menyediakan dan menjual sesuatu yang diperlukan konsumen di tempat mereka berbelanja”. Terdengar cukup bagus ya?
Tapi gimana kalau harganya tidak cocok? Atau gimana kalau di tempat itu ada juga “sesuatu” yang serupa dengan yang kita tawarkan? Atau gimana kalau misalnya ukuran, atau warna atau jenis wangi atau pun rasa yang ia sukai tidak tersedia, sementara pesaing kita memilikinya? Nah lo…apakah konsumen masih akan membeli apa yang kita tawarkan? Rasanya kita musti menawarkan sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen sedetail-sedetailnya dan memiliki hal hal yang beda yang membuat konsumen lebih memilih “sesuatu” kita itu dibandingkan merk lain. Jadi kalau begitu.. marketing adalah “ Menyediakan dan menjual sesuatu yang diperlukan konsumen dalam ukuran, warna ataupun rasa yang paling disukainya, dengan harga yang cocok dengan daya beli mereka di tempat mereka biasa berbelanja “ Wah…. definisi yang pengeng dan complicated banget ya…
Kalau kita lihat kembali, apapun yang disebutkan diatas tadi, baik itu sesuatu yang diperlukan, wana, ukuran, wangi, rasa, harga, kemudahan untuk ditemukan dsb –sebenarnya semuanya bisa kita sederhanakan sebagai “kebutuhan & keinginan konsumen”. Jadi sesungguhnya Marketing bukan hanya sekedar menyediakan dan menjual produk, tapi memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Saya senang dengan definisi baru itu..
Sayangnya, belum lima menit saya menikmati kesenangan itu, pertanyaan baru muncul di kepala saya… gimana kalau kita sudah mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen tapi ‘sesuatu” yang kita tawarkan itu ternyata tidak menghasilkan keuntungan ataupun bila tetap menghasilkan tetapi sangat sedikit? Misalnya, demi untuk mendapatkan awareness yang cukup baik, marketer lalu sangat jor-joran dalam memasang iklannya? Atau bersama teamnya mendevelop formula dengan biaya yang sangat tinggi namun menjualnya dengan harga yang semurah mungkin? Atau tidak mengontrol pengeluaran biaya promosi lainnya?
Waduh…..bila sesuatu yang kita tawarkan itu ternyata tidak mampu menyisakan keuntungan bagi perusahaan, lalu untuk apa marketing diadakan? Perusahaan yang merugi hanya mampu mengurangi karyawan, karena tak akan mampu membayar karyawannya dengan baik .
Nah.. jadi tugas mendasar lain dari seorang marketer sesungguhnya adalah untuk memastikan bahwa dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen itu, masih menyisakan margin yang cukup bagi perusahaan, yang ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan karyawannya dari tahun ke tahun. Jadi dalam hal ini maka definisi marketing menjadi bukan hanya sekedar menyediakan dan menjual produk, tapi memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dan sekaligus juga memuaskan kebutuhan dan keinginan stakeholder untuk mendatangkan profit.
Cara Membuat Packaging Design Brief, Langkah Demi Langkah.
Banyak para pemasar, terutama yang pemula memahami apa yang ingin disampaikan dalam melakukan brief terhadap Designer/Agency, namun bingung bagaiaman cara menuangkannya dalam bentuk brief yang tertulis agar mendapatkan hasil yang baik.
Berikut adalah cara membuat Design Brief, langkah demi langkah agar kita mendapatkan hasil kreatif yang terbaik dan tidak perlu banyak bolak balik minta revisi kepada designer hanya gara-gara designer tidak memahami apa yang ingin kita dapatkan:
1. TITTLE
Tuliskan judul dari Design Brief kita. Judul bisa mengandung nama brand/nama project serta highlight dari objective utama kita. Misalnya
PROJECT HULLA BULLA – PACKAGING DESIGN BRIEF
Mempermodern tampilan Brand X
Jangan lupa membubuhkan identitas brand kita, agar setiap orang selalu mengingatnya.
2. PROJECT SCOPE
Tuliskan Scope Pekerjaan yang harus dilakukan sebagai akibat dari brief ini. Pikirkan dengan baik, sejauh mana kita membutuhkan bantuan Graphic Designer. Misalnya, apakah kita hanya membutuhkan Design Grafis Kemasan saja (untuk 2 dimensi, seperti misalnya label, print dsb), ataukah termasuk juga Design Struktur Kemasan (botol baru,d sb), apakah hanya akan diaplikasikan pada satu jenis produk saja, atau akan diaplikasikan juga pada portfolio kita yang lain.
Contoh isi Project Scope:
Untuk membuat identitas visual dari Brand X, baik design structural maupun grafikal untuk produk-produk A, B, C, D.
3. OBJECTIVES
Tuliskan tujuan dari kita membuat design. Karena tujuan pembuatan design berbeda beda, tentu cara mengisi Objectives inpun berbeda beda sesuai dengan kebutuhan brand.
Contoh isi Objectives:
- Untuk membuat tampilan Brand X menjadi lebih modern.
- Meningkatkan image brand yang selama ini dianggap sebagai merk kelas menengah ke bawah agar lebih menarik bagi golongan kelas menengah ke atas.
- Mengembangkan komunikasi variant yang jelas
- Dsb
4. BRAND PROPOSITION
- Tuliskan Brand Proposition kita. Setiap brand tentunya telah memiliki proposition yang telah disepakati.
5. BRAND VISION
- Tuliskan Brand Vision kita yang tentunya secara internal juga telah disepakati.
6. BACKGROUND
- Tuliskan sedikit mengenai latar belakang brand kita, brand kita bergerak di bidang apa, bagaiaman situasinya di pasar saat ini, ulas mengenai keadaan kemasan yang sekarang.
- Misalnya:
“Brand X telah berada di pasaran Indonesia dalam 3 tahun terakhir ini. Saat ini Brand X menempati urutan ke 3 denganpencapaian share (misalnya 20%). Sejak diluncurkan 3 tahun yang lalu brand ini belum pernah melakukan penggantian kemasan. Walaupun hingga saat ini, brand terus bertumbuh secara signifikan, namun pembaruan design ‘refreshment’ terhadap tampilan kemasannya yang dinilai telah ketinggalan jaman oleh konsumen tetap perlu dilakukan “
- Tambahkan informasi mengenai konsep dari brand, propositioning, portfolio dan variant strategy.
Tuliskan target market brand kita, misalnya apakah para ibu-ibu, atau apakah teenager, dsb. Kisaran umurnya berapa, domisilinya dimana, tingkah lakunya bagaimana , dsb. Ini gunanya untuk membantu designer memahami siapa yang akan melihat produknya dan untuk siapa digunakannya, sehingga ia bisa membantu membuatkan design yang karakternya lebih sesuai dengan target market kita, guna lebih banyak lagi menarik minat beli mereka. Misalnya – untuk kemasan yang ditargetkan bagi remaja, tentu design harus dibuat lebih dynamis, mengikuti gaya hidup, keren dan terlihat muda, sedangkan jika target marketnya untuk bayi/ibu yang punya bayi tentu desainnya harus terlihat aman, bersih, ‘baby banget’, menyenangkan dsb. Tentunya ini juga akan dijadikan acuan dalam pemilihan warna, element design dan bahkan jenis font yang akan dipakai dalam kemasan nantinya.
8. PRICING
Tuliskan strategy/kondisi harga brand kita secara umum jika dibandingkan dengan pesaing utama. Misalnya 5% di bawah .
Ini perlu untuk membantu designer kita memahami kondisi persaingan dipasaran dan membantunya untuk lebih focus terutama dalamberusaha menciptakan design yang misalnya mampu mengalahkan brand- brand di sekitarnya dengan harga serupa (tentunya sesuai dengan arahan kita).
9. DESIGN GUIDELINES
Berikan guidelines atau arahan yang jelas bagi design yang kita inginkan. Misalnya apabila kita ingin membuat design baru sebuah brand yang lama di pasaran, tuliskan bahwa barangkali ada hal hal yang tidak boleh dikutak-katik dalam design kemasan yang ada sekarang misalnya: element-element yang bernilai sakral bagi brand jika ada, seperti misalnya bentuk logo, font type, warna logo dsb; atau mungkin ada element element grafis dalam kemasan yang setelah melalui Packaging Design Research sebelumnya ternyata merupakan element yang sangat supportive dalam menunjuang image brand, atau element yang paling diingat oleh konsumen dan berkaitan erat dengan brand kita.
Designer juga perlu dijelaskan sejauh mana ia boleh berkreasi dengan designnya untuk brand kita dan itu tergantung dari kondisi brand yang kita tangani. Extremnya begini – mungkin kita bisa memberi arahan untuk membuat design yang sangat “revolusioner”, design yang sangat sangat jauh berbeda dengan design brand kita yang ada sekarang – misalnya jika kita merasa design kita yang sekarang sudah sangat out of date, jadul banget dan kelas rendahan, serta tidak ada satupun element design itu yang bisa dan perlu kita pertahankan, sehingga kita ingin design baru ini terlihat beda banget , totally different dengan design kita sebelumnya. Re-born! Begitulah istilahnya, karena brand ini mungkin perlu kita lahirkan ulang dengan konsep, propposition, formula maupun kemasan yang baru. Namum mungkin juga kita tidak mau se-ekstreem itu. Mungkin kita hanya mau melakukan sedikit perubahan agar terlihat lebih modern, ngikutin jaman. Lebih segar dsb karena barangkali brand kita sekarang tampak tua, kuyu dan cape karena telah terlalu lama berjalan dengan design yang sekarang, namun toh telah menghasilakn rupiah yang cukup besar dan memiliki pelanggan setia. Untuk itu kita mungkin ingin design baru yang mana konsumen masih tetap tahu “ Oh.. itu Brand X dalam kemasan baru” jika melihat produk kita dalam kemasan yang baru dipajang di toko.
Tuliskan pula disini mengenai “consumers background” dari tiap kemasan yang akan diredesign berkaitan dengan hal-hal yang diingat, yang dirasa bersifat supportive, yang bersifat netral, element yang perlu ada sebagai tambahan penting atau bahkan element yang bersifat merusak dan tidak mendukung image brandpun perlu kita beri tahu.
10. PACKAGING STRUCTURE INFORMATION
Tuliskan informasi mengenai struktur kemasan – idealnya untuk mengisi bagian ini, kita mendapatkan bantuan dari ahli kita di perusahaan (department teknis yang menangani kemasan/Packaging R&D atau Technical Development Engineer) antara lain mengenai format kemasan, technical requirement (weight, brimful volume, wall thickness, dimension, cap structure, dsb), efisiensi produksi, material, functionality & practicality, labeling dsb.
Ini terutama penting jika kita ingin membuat Design Struktur juga ,selain Design Grafis.
11. TIMING
Berikan arahan waktu yang jelas, kapan kita membutuhkan design ini. Lebih baik lagi apabila kita sudah melengkapi dengan jadwal langkah langkah berikutnya seperti misalnya kapan kita akan test ke konsumen, kapan akan kita register, kapan akan kita bawa ke printer. Dengan demikian Designer kita akan mampu mengerjakan sesuai dengan waktu yang kita harapkan.
12. OTHER CONSIDERATION
Ini kita isi apabila kita merasa masih ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dan diketahui oleh designer, misalnya jika kita melakukan brief terhadap pihak ke-3, mungkin kita perlu menceritakan proses approval dari pembuatan design ini, untuk menghindarkan kesalahpaman dengan designer serta mendapatkan dukungan saat proses approval memakan waktu yang cukup panjang.
13. COST
Ini merupakan pilihan. Kita bisa mengisi atau tidak bagian yang ini, tergantung dari keperluan kita dan tingkat pengetahuan kita akan harga pasar. Penulisan budget memberikan gambaran bagi agency berapa makimal cost yang boleh ia tawarkan, apakah ia masih sanggup bekerja dengan budget yang kita sebutkan atau tidak. Ini penting bagi kita untuk selalu menjaga agar jangan sampai over-budget. Kelemahannya adalah apabila kita tidak tahu harga pasaran dari sebuah design, mungkin kita akan khawatir apakah budget yang kita sebutkan terlalu mahal sehingga kita membeli design dengan harga yang terlalu tinggi, atau malah kerendahan sehingga tidak ada designer yang mau mengerjakannya, ataupun kalau ada yang mau adalah designer yang buruk. Tentu tdak baik juga bagi brand kita.
Hal yang paling mudah tentunya apabila kita bekerja dengan Internal Designer, karena kita tidak perlu lagi khawatir akan cost, karena semuanya telah dibayar perusahaan lewat gajinya. Walau internal desgnerpun sesungguhnya memiliki kelemahan tersendiri juga.
14. KEY NEXT STEP
Tuliskan langkah berikutnya yang sangat menentukan dan berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek secara keseluruhan apabila terlambat dilaksanakan.
Demikian langkah-langkah yang bisa kita lakukan dalam penulisan Packaging Design Brief, setelah semuanya diisi dengan lengkap, pastikan team terkait (misalnya Packaging Technical Engineer atau atasan kita ) ikut memeriksa & menyetujui apa yang kita tuliskan dalam brief. Setelah semuanya setuju, jangan lupa membubuhkan tanda tangan dan memberikan tanggal untuk menghindarkan kesulitan di masa yang akan datang.
Idealnya kita memanggil Design Agency/Graphic Designer, agar bisa kita brief secara langsung face-to face. Ini penting untuk mendapatkan pemahaman bersama dan menghindarkan kesalahpahaman, karena dengan mengundang mereka dalam brief face to face, memungkinkan terbukanya peluang diskusi dan tanya jawab. Untuk memudahkan, ada baiknya Brief kita kirimkan lewat e-mail sehingga Agency/designer telah sempat membaca dan memikirkan hal-hal yang barangkali ingin ditanyakannya dalam session briefing.
Hal lain yang juga penting adalah mengingatkan tingkat kerahasian dokumen kita di depan, untuk menjaga hal-hal yang tidak kita inginkan. Agency yang menerima brief kita sebaiknya kita minta secara tertulis untuk menjaga kerahasiaan proyek ini.
Jika brief ditujukan untuk proses ‘pitching’ sebaiknya jangan menuliskan hal-hal yang terlalu detail ataupun bersifat rahasia berkenaan strategy pemasaran kita. Di luar itu kiat masih tetap menuliskannya.
Pentingnya Pemasar Membuat Packaging Design Brief Secara Tertulis.
Setiap pemasar yang menangani sebuah produk, tentunya tidak luput dari persoalan membuat design kemasan, baik itu untuk kemasan produk baru yang akan di-launch maupun untuk menyegarkan penampilan produk yang sudah ada di pasar. Pembuatan Design kemasan, sangat umum dilakukan oleh Internal Graphic Designer (apabila perusahaan tempat kita bekerja memiliki fasilitas & tenaga ini) atau mungkin juga oleh pihak ke tiga (eksternal/ dalam hal ini Design Agency).
Tidak masalah siapa yang akan membuat design kemasan kita, namun pada prinsipnya baik internal designer maupun eksternal designer, sangat perlu untuk mendapatkan brief yang jelas mengenai tujuan kita untuk membuat design, latar belakang serta konsern kita , agar:
1. Designer memahami apa tujuan kita membuat design, misalnya apakah untuk:
a. Menyegarkan/membuat tampilan produk agar tampak lebih modern setelah 5 tahun beredar di pasaran dan tidak pernah diganti.
b. Membuat tampilan produk menyerupai tampilan Market Leader dengan harga lebih miring, guna mendapatkan tambahan share dengan mudah.
c. Membuat kemasan yang lebih ekonomis namun tetap menarik.
d. Membuat baru yang beda dengan semua design kemasan lain.
e. Dsb.
Hal ini penting untukmengarahkan designer menggali ide-ide kreatifnya dengan lebih efisien agar sejalan dengan tujuan bisnis kita. Designer yang tidak paham akan objective bisnis dari brand akan cenderung membuat karya seni ‘ murni’ dibandingkan membuat karaya seni ‘bisnis’, sehingga apa yang disajikan kepada kita mungkin saja suatu karya seni yang bermutu tinggi dan sangat indah namun sama sekali tidak menjual. Sebagai seorang pemasar, tentunya kita tidak menginginkan hal ini.
2. Designer lebih memahami mengenai brand kita, lebih merasa bahwa iapun bagian dari team yang ikut merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap kemajuan brand.
3. Designer memahami sejauh mana ia boleh berkreasi dengan ide-idenya, apakah ada batasan batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar (mungkin bentuk, warna logo atau icon-icon lain yang sangat kuat di dalam benak konsumen dikaitkan dengan brand kita); apakah ia boleh melakukan suatu design yang sifatnya ‘ revolusioner’ atau cukup hanya sebatas “evolusioner” saja? Hal ini sangat membantu designer untuk lebih focus dan tidak membuang-buang waktunya untuk hal-hal yang tidak kita butuhkan.
4. Designer memahami di media apa saja design akan dituangkan dan untuk produk apa saja, sehingga ia bisa memikirkan sisi tekniknya : misalnya penggunaan warna pada kemasan botol yang diprint saat ini terbatas (3 – 4 warna), atau contoh lain, untuk kemasan cream atau oil, ia perlu menyarankan penggunaan warna silver dengan lebih hati-hati apabila tidak mau kelak mudah terkelupas dan merusak image dari brand, dsb. Designer juga bisa bekerja untuk membantu kita mengurangi cost packaging dengan menyediakan design berbasis warna lebih sedikit namun dengan hasil yang tetap indah, menarik dan menjual, apabila ia tahu latar belakang brand kita lebih banyak.
5. Designer memahami kapan ia harus menyerahkan hasil pekerjaannya tanpa perlu kita uber-uber dan marah marah, mengapa kok designer ini kerjanya lambat seperti keong racun. Karena apabila kita telah menuliskan ‘timingnya’ dengan baik, maka designer cenderung akan lebih komit terhadap waktu.
6. Brief yang tertulis sudah pasti sangat memudahkan designer untuk mengingat hal-hal yang kita arahkan karena dengan berjalannya waktu, designer kita dapat menengok kembali brief kita apabila lupa, tanpa perlu membuat kesalahan kesalahan yang tak perlu.
7. Brief tertulis juga memungkinkan kita untuk mengevaluasi seberapa bagus kinerja designer kita baik dari sisi kreatifitas, cost maupun waktu – terutama apabila semua hal itu telah kita tuliskan dengan jelas dalam brief.
Perlakukanlah Graphic Designer kita ataupun Design Agency kita sebagai partner dalam bisnis sehingga ia merasa ikut memiliki, bertanggungjawab dan memberikan kreatifitas terbaiknya bagi kepentingan brand kita. Kesalahan fatal bagi para pemasar adalah bila memperlakukan para Graphic Designer atau Agency ini sebagai hanya sekedar “tukang gambar” , bukan sebagai partner bisnis. Karena bila kita memperlakukannya sebagai tukang yang kita suruh mengerjakan saja, maka yang ia lakukan hanya sekedar mengerjakan, menerima bayaran lalu pergi. Selesai! Kita tidak mendapatkan design yang terbaik yang seharusnya didapatkan oleh brand kita.
Setelah mengirimkan Brief secara tertulis, selalu usahakan untuk melakukan brief dalam meeting, untuk memberikan kesempatan pemahaman yang lebih baik pada Agency.
Cara sederhana Mengevaluasi Design Kemasan Brand Yang Sedang Aktif.
Ketika kita ditunjuk oleh perusahaan untuk menangani suatu produk/brand yang sedang berjalan, tentunya banyak hal yang harus kita lakukan guna meningkatkan kinerja dari produk/brand tersebut. Pekerjaan ini tentunya bukan sesuatu yang mudah. Namun apabila kita lakukan dengan cukup hati-hati dan terencana, diharapkan bukan hanya membuat kita mampu mempertahankan kinerja brand tersebut , namun juga mampu […]
Market Visit…..Mengunjungi Pasar, Tempat Belajar Terbaik bagi Para Pemasar….
This gallery contains 1 photo.
Pasar memberi arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Bagi para pelalu lalang yang melintas, pasar merupakan tempat bersumbernya segala kemacetan. Bagi para ibu rumah tangga, pasar mungkin merupakan tempat dimana bisa mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari, tentunya dengan menukarkan sejumlah uang. Bagi sebagian orang yang lain, pasar bisa jadi merupakan tempat mencuci mata dan mendapatkan hiburan […]