Tag Archives: Pets

Cerita Minggu Pagi: Melacak dan Menelusuri.

Standard

2015-06-14 10.51.49Di bunderan jalan di kompleks perumahan saya melihat 3 ekor anjing sedang bermain. Seekor Rottwelier hitam. Seekor Toy Poodle kelabu yang tampak kurang terurus. Entah siapa pemiliknya.Dan seekor anjing berbulu coklat pirang yang saya tidak tahu persis rasnya. Mirip anjing Bali tapi kalau lihat dari bentuk tubuh dan ekornya yang melingkar begitu, saya teringat jenis Shiba Inu. Jadi saya tidak tahu persis apa jenis anjing itu.

Tiba-tiba si anjing coklat itu kencing di pohon yang tumbuh di tengah bunderan itu. Wah ..rupaya ia sedang menandai tempat itu untuk mengingatkan dirinya bahwa ia pernah berada di sana. Setelah itu ia berlari.

Saya  jadi tertarik ingin mengikuti apa yang akan dilakukan berikutnya. Jadi saya ikut berlari mengikuti kemana arah anjing itu berlari. Sesaat kemudian ia berhenti. Mengendus-endus rumput di tepi jalan.Saya ikut berhenti dan memperhatikan perbuatannya. Ia melihat ke arah saya sebentar, lalu lanjut berlari lagi. Saya juga kembali berlari di belakangnya. Ia berhenti lagi. Mengendus-endus tanaman hias di tepi jalan. Saya ikut berhenti berlari dan mengamati kelakuannya lagi. Ia mengendus-endus dan akhirnya kencing di sebuah batang pohon di dekatnya. Lalu berlari lagi.

Demikian seterusnya berkali-kali. Berlari-mengendus-endus – berlari lagi, atau berlari mengendus-endus – kencing dipohon/tonggak/batu- lalu berlari lagi. Sayapun tentunya ikut berlari dan berhenti lalu berlari lagi berulang-ulang.

Saya pikir anjing itu mahluk yang luar biasa. Ia memiliki kelebihan dalam hal indera penciumannya ketimbang mahluk lain. Ia mampu membedakan benda A dengan benda B hanya dari baunya. Yang mana kita manusia hanya dianugerahi kemampuan terbatas dalam hal itu.

Saya ingat di tahun 80-an drh Pudji Raharjo, seorang dosen saya yang sangat banyak berurusan dengan anjing-anjing Bali, suatu kali pernah mendemonstrasikan kehebatan anjing-anjing Bali yang dilatihnya bersama tim kepolisian untuk melacak narkoba dan kejahatan lain.  Dalam demonstrasi yang dilakukan team kepolisian di halaman kampus itu, saya bisa melihat dengan jelas bagaimana anjing-anjing Bali yang cerdas itu bisa dengan cepat dan akurat mampu melacak keberadaan narkotika, hanya dengan diberi sebuah perintah sederhana.

Kehebatan melacak orang juga pernah saya lihat pada seekor anjing milik seorang seniman besar di Bali yang jahil melatih anjingnya mengendus “bau” istrinya. Tentu saja istrinya yang dijahilin itu mencak-mencak walaupun tertawa geli juga mengetahui kekonyolan suami tercintanya. Saya sendiri sangat terkesan akan kehebatan anjing itu. Yahhh… kesimpulannya sangat jelas, anjing memang bisa melacak keberadaan sesuatu dengan sangat baik dari indra penciumannya.

Kemampuan melacak ini juga disertai dengan kemapuan anjing untuk men’tracking’ alias menelusuri sebuah perjalanan. Seperti yang saya ikuti tadi pagi. Anjing itu keluar rumah, lalu kencing di titik-titik tertentu di sepanjang perjalanannya. Dengan kemampuannya mengendus dengan baik tentu ia tahu dititik-titik  mana ia pernah berada. Sehingga walaupun ia melanglang jauh ia pasti selalu bisa pulang kembali ke rumah dan tidak mungkin tersesat. demikian juga ketika anjing ini ingin melakukan tracking terhadap keberadaan lawan jenisnya. Hanya mengendus tempat-tempat di mana lawan jenisnya pernah berada, akan membawanya menemui pasangannya.  Demikianlah cara anjing melakukan tracking terhadap sesuatu.

Men’tracking’ sesuatu adalah kegiatan yang terkadang kita lakukan juga. Misalnya dalam pekerjaan sebagai pemasar, kita melakukan tracking terhadap penjualan kita dari hari ke hari, minggu keminggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun.Tracking juga kita lakukan terhadap biaya yang kita keluarkan, harga di pasaran dan sebagainya. Lalu dalam hal menangani permasalahan. Baik  itu pemasalahan dalam kehidupan sehar-hari maupun pekerjaan, kita juga menelusuri sebab musababnya berhasil menemukan ‘root cause’nya untuk membantu kita memberikan pemecahan masalah yang sifatnya lebih ‘causalis’ ketimbang ‘simptomatis’. Yang tentunya hasilnya lebih bagus.

Melacak dan menelusuri, perlu juga sesekali kita lakukan terhadap amal perbuatan kita. Melacak mana saja pemikiran, perkataan dan perbuatan yang baik atau kurang baik yang kita lakukan. Kita bisa menelusuri kembali, apakah dalam rentang waktu tertentu perbuatan baik kita sudah lebih mendominasi? Atau malah perbuatan yang kurang baik malah mendominasi?. Kita juga perlu menelusuri kembali sebab musabab mengapa kita melakukannya dan apa dampaknya terhadap orang lain, untuk kita ambil intisari pelajarannya dan kita perbaiki ke depannya.

Anjing itu tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah yang pagarnya masih ditutup. Barangkali penghuninya belum bangun. Ia mengendus-endus dan berputar-putar tak jauh dari tempat itu. Lalu berjongkok menghadap ke gerbang halaman, seolah berharap dibukakan pintu. Oooh..barangkali di sana rumahnya. Ia bangun kembali, mengendus-endus, berputar dan kembali lagi berdiri di depan gerbang. Beberapa kali ia melihat ke arah saya.

Sebenarnya saya masih ingin mengamati tingkah laku anjing coklat itu lagi – tapi saya agak tidak nyaman berdiri di sana terlalu lama. Walaupun saya hanya sedang mengamati tingkah laku anjingnya, orang bisa salah paham. Bisa menyangka saya sedang memata-matai rumah dan penghuninya. Tentu itu tidak sopan. Saya mengajaknya berlari lagi, tapi ia tidak mau. Dan lebih memilih menunggu di depan gerbang.

Jadi dengan berat hati, saya terpaksa meninggalkan anjing itu sendiri di sana dan kemudian saya melanjutkan perjalanan saya sendiri.

 

 

Selamat Datang Kehidupan Baru.

Standard

Selamat DatangTangal 5 Maret kemarin merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Cudly. Siapa Cudly? O ya, saya belum pernah bercerita. Setelah kematian Persia, anak saya mengadopsi kembali seekor anak kucing liar betina yang ia beri nama Cudly. Anak kucing itu ia pelihatra dengan baik dan Cudly sekarang sudah dewasa dan hamil semenjak 2 bulan lalu. Memang sudah waktunya buat Cudly melahirkan. Sebelumnya saya sudah menyuruh anak saya menyiapkan box bekas dan kain/handuk/baju bekas untuk dijadikan sarang saat kucing itu beranak.

Malam itu saya bekerja sampai agak larut di kantor. Anak saya menelpon “Ma, cepat pulang. Cudly melahirkan. Bayi kucingnya ada satu. Lucu sekali“. Saya girang bukan main dan bergegas pulang. Ini pengalaman melahirkan pertama kali bagi Cudly. Pasti sangat menyakitkan dan melelahkan. Saya harus menemaninya.

Ketika sampai di rumah, saya melihat Cudly terbaring lemah. Seekor bayi kucing berwarna belang tampak di sebelahnya. Saya pun menunggu kelahiran bayi-bayi berikutnya. Ia mungkin akan melahirkan 1-2 ekor anak lagi. Untungnya Cudly cukup pintar memilih tempat untuk melahirkan. Ia memilih kandang yang biasa ia gunakan jika saya bawa ia bepergian. Anak saya meletakkan handuk dan baju bekasnya sendiri di dekat kucing itu. Begitulah malam itu saya menemaninya berjuang menahan kesakitan saat melahirkan bayi-bayinya. Ia sangat kelelahan. Saya mengusap-usap kepalanya untuk memberinya support.  Akhirnya dekat tengah malam selesailah semuanya. Semuanya ada 3 ekor anak kucing.

Barangsiapa yang mengamati sebuah proses melahirkan, maka ia akan menyadari betapa besarnya pengorbanan seorang Ibu demi kehidupan anak-anaknya. Kesakitan, kecemasan, kelelahan, ketakutan, bahkan kesulitan yang tidak mustahil mengancam nyawa semuanya bercampur aduk. Dan seorang Ibu harus tetap menghadapinya dengan berani. Berani demi keberlangsungan hidup spesiesnya.

Selamat datang bayi kucing! Selamat datang kehidupan baru…

 

 

Seekor Ayam Jago Bernama Lucky.

Standard

Lucky 1Hari Minggu pagi selalu menjadi hari yang menyenangkan buat saya. Bangun pagi, lalu berjalan-jalan di sekitar perumahan. Walau sering saya lakukan, namun selalu ada cerita baru yang saya temukan.

Pagi ini saya melintas di depan taman perumahan. Tak bisa menahan diri saya untuk tidak masuk. Ingin melihat-lihat bunga apa saja yang mekar pagi ini, melihat serangga,kupu-kupu dan burung-burung yang mencari makan. Karenanya, saya jalan pelan-pelan saja. Sayang jika semua keindahan pagi itu terlewatkan begitu saja.

Dari kejauhan, saya melihat seorang wanita muda duduk santai di atas tiang jembatan buatan di taman itu Menikmati pagi. Ketika jarak sudah dekat, baru saya sadar rupanya wanita muda itu  sedang menggendong seekor ayam jantan. “Pemandangan yang sangat aneh” pikir saya. Saya sering melihat orang menggendong kucing kesayangannya di taman. Saya juga tahu cukup banyak orang berjalan-jalan di taman dengan anjing peliharaannya. Tapi sungguh mati, baru kali ini saya melihat ada orang berjalan-jalan di taman menggendong ayam jago peliharaannya.  Hmmmh!. Sangat menarik sekali.

LuckyMelihat wajahnya yang terlihat ramah, sayapun segera menyapa dan bertanya tentang ayam jago itu. Wanita itu bercerita kalau ayam itu adalah peliharaannya. Biasanya dikandangkan. Jadi  ia merasa perlu ayamnya sesekali dilepas untuk menikmati alam bebas. Tapi sayangnya, ayamnya suka mematok kaki orang. Maka iapun menemani ayam jago itu berjalan-jalan ke taman di pagi hari. Jangan sampai ia mematok kaki orang yang lewat. Begitu juga ketika melihat saya akan lewat di rail taman itu, cepat cepat ia menggendong ayamnya. Karena khawatir ayamnya akan mematok kaki saya. Ooh?!  Ya ampuun. Ternyata ia sangat peduli dengan keselamatan orang lain.  Padahal kalaupun ia melepas ayamnya dan ayam itu mematok kaki saya, barangkali sayapun tidak akan pernah komplain.

Saya melanjutkan perjalanan saya, ke luar taman dan menyusui jalan perumahan lagi. Sangat menyenangkan berada di sini. Udara terasa sejuk dan lebih bersih dari biasanya. Sambil berjalan pikiran saya terpaut kepada wanita muda dan ayam jagonya itu. Entah kenapa terasa sangat menarik di pikiran saya. Maka sayapun balik lagi ke taman dan menemui wanita itu lagi dan ayamnya.

Lucky 4Wanita muda itu masih di situ. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama Winda. Dan ayam jagonya diberi nama Lucky. Mengapa bernama Lucky? Menurutnya ayam itu telah dipeliharanya selama kurang lebih 2 tahun. Sebenarnya milik mamanya.

Dulu mamanya menemukan 2 ekor anak ayam yang kehilangan induknya, tersesat dan tercelempung di got rumahnya. Anak ayam itupun diselematkan dan dipelihara. Sayang sekali, seekor anak ayam itu mati karena dimangsa oleh tikus. Sungguh beruntung yang seekor masih bisa selamat. Lucky!. Itulah sebabnya anak ayam yang luput dari mangsa tikus itu dipanggil “Lucky”.

Lucky 5Pernah juga ayam itu dijual mamanya kepada orang lain seharga Rp 50 000. Nyaris dipotong, namun ketika Winda tahu hal itu, maka iapun membeli kembali ayam itu seharga Rp100 000.   Ayam itupun tak jadi dipotong. Dan ia membawanya ke tempat tinggalnya sekarang yang tak jauh dari rumah saya. Saya tersenyum mendengar ceritanya.  Sungguh lucky!

Winda sangat sayang pada ayam jagonya itu. Demikian juga kelihatannya dengan Lucky. Ia selalu waspada setiap kali jika ada orang yang mendekati Winda. Apalagi mengganggunya. Ayam jago itu akan siap menyerang dan mematok kaki kita. Ya..barangkali karena Winda memang sangat sayang padanya. Barangkali juga karena Lucky tahu bahwa Winda telah menyelamatkan hidupnya. Itulah sebabnya mengapa ia menjadi begitu setia melindungi Winda. Salah satu bentuk rasa terimakasihnya terhadap Winda. Walau binatang, ayam juga tahu berterimakasih.

Lucky 2Lebih jauh mengobrol dengannya, ternyata Winda memang seorang penyayang binatang.  Bukan hanya Lucky si ayam jago itu, di rumahnya ia juga memelihara 2 ekor anjing. Ia juga bercerita bagaimana ia selalu menolong binatang binatang yang kesulitan di sekitarnya juga.  Saya mearas sangat senang mengenalnya. Akhirnya sayapun bercerita kalau saya juga salah seorang yang sangat menyukai binatang. Selain juga menyukai tanaman dan kehidupan alam bebas. Rupanya kami memiliki kemiripan dalam hal ini. Barangkali itulah sebabnya mengapa saya merasa cepat akrab dengannya, walaupun baru pertama kali kami bertemu.  Akhirnya kamipun ngobrol ngalor ngidul seputaran binatang peliharaan hingga keurusan penyakit zoonosis yang menular dari hewan peliharaan ke manusia.

Lucky 3Si Lucky ikut mendengarkan pembicaraan kami sambil bertengger di tiang jembatan taman. Matanya sangat tajam mengawasi gerak gerik saya. Sesekali ia berkokok dan mengepakkan sayapnya. Entah untuk menyambut matahari yang mulai merangkak ke atas atau bermaksud menunjukkan kemampuannya kepada saya. Saya memandangnya dengan rasa kagum. Seekor ayamjago yang gagah.

Kamipun berpisah. Winda mengajak Lucky pulang kembali. Lucky mengikuti langkah kaki Winda. Sangat mengerti dan sangat menurut apa yang Winda perintahkan kepadanya. Ia mengerti namanya dipanggil. Ia juga mengerti diajak pulang. Mereka berjalan pulang beriringan. Saya memandang mereka dari kejauhan. Merasa takjub melihatnya. Ah! Sebuah persahabatan yang sangat indah antara keduanya. Seorang wanita muda bernama Winda dan ayam jagonya yang bernama Lucky. Winda memelihara Lucky dengan kasih sayang dan perhatiannya. Sebaliknya Lucky juga menjaga Winda dan selalu waspada terhadap keselamatan Winda. Sebuah kisah persahabatan yang sangat mengesankan hati saya.

Lucky 8Persahabatan! Adalah hal terindah yang bisa dijalin manusia dengan mahluk hidup lain di sekitarnya.

Persahabatan adalah masalah rasa yang diekspresikan dengan perhatian dan kepedulian satu sama lain.

Persahabatan tidak dibatasi oleh waktu, ras, suku,agama maupun kebangsaan. Semua orang bisa menjalin persahabatan di dunia ini dengan siapapun, suku manapun, agama manapun,bangsa apapun,  jika ia mau. Bahkan persahabatan tidak hanya terbatas antar sesama manusia. Persahabatan yang indahpun bisa dijalin dengan mahluk hidup lain, seperti dengan kucing, kuda, anjing atau bahkan ayam sekalipun. Seperti yang ditunjukkan oleh Ayam jago bernama Lucky ini.

 

 

Seekor Anak Kelelawar Yang Jatuh Di Halaman.

Standard

Pul sinoge/Jukut timbul, basang gede/Bruakang, bruakang/ Sate lembat/ Jempiit nganceng/Bikul melaibang tum/ Kejeng-kejeng di kumisne/”

terjemahan:

Pul sinoge/Sayur kluwih, perut gendut/Digubrak-gubrak, digubrak-gubrak /Sate lembat – sejenis sate lilit yang terbuat dari campuran kelapa dan daging ayam atau ikan/Kelelawar kecil  macet diam tak bergerak/Tikus mencuri pepes/Bergerak -gerak kaku pada kumisnya/

Anak KelelawarIni cerita beberapa minggu yang lalu.

Petang hari, saat  makan malam. Anak kucing liar yang baru diadopsi anak saya tampak memainkan sebuah benda kecil berwarna hitam di halaman rumah. Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan benda apa itu, sampai kemudian anaknya si Mbak yang kecil  bertanya “apa itu?’.  Sayapun menengok. Ooh rupanya seekor Jempiit alias kelelawar kecil. Kecil sekali. Mungkin sebenarnya bukan kelelawar jenis kecil, tapi lebih cocoknya kelihatan seperti anak kelelawar. Karena kelelawar ini kelihatannya belum begitu jago terbang.

Anak-anak saya tidak ada yang berani memegang anak kelelawar itu, karena belum mendapatkan isyarat aman dari saya. penyebabnya adalah karena  sebelumnya saya selalu memperingatkan pada mereka agar jangan pernah  sembarangan memegang binatang liar yang tidak kita kenal sebelumnya, terutama binatang yang suka menggigit seperti monyet, anjing, kucing dan kelelawar – karena bisa saja mereka mengidap rabies, mana kita tahu.

Melihat binatang mungil tak berdaya dan tanpa pertolongan itu, cepat-cepat saya menyelamatkannya dari cakaran kuku kucing. Anak kelelawar itu kelihatan sangat ketakutan. Habis diteror sama kucing. Nafasnya tampak memburu. Kasihan sekali. Saya memperhatikannya sekilas.  Setahu saya, kelelawar sekecil ini biasanya masih digendong oleh induknya sambil terbang mencari makan.  Kenapa ia ada di halaman rumah?Apakah jatuh? kemana induknya? Saya mendongak.  Mencoba mencari-cari induknya di udara. tapi tak terlihat sebuah kepakan sayap kelelewarpun di langit malam itu.

Akhirnya kelelawar itu saya bawa masuk. Sambil berpikir apa yang akan saya lakukan. Dipelihara? Atau dilepasliarkan kembali? Rasanya serba salah. Dipelihara, saya tidak punya waktu mengurusnya. Selain itu belum tentu saya akan berhasil menjaganya agar tetap hidup hingga ia siap terbang kembali ke alam. Kalau dilepaskan, takutnya ia jatuh dan diuber-uber kucing lagi. Melihat saya memegang anak kelelawar itu dengan santai, anak sayapun mulai berani menyentuhnya.

Awalnya saya letakkan di atas bantal kursi. Ia tampak diam. Namun ketika saya tinggalkan sebentar,  ia sudah bergerak.Rupanya ia suka memanjat. Akhirnya saya letakkan di tirai jendela. Tapi ia tampak diam saja bergelayut.

Sehabis mandi, saya melihat ke halaman depan rumah dan ke jalan. Ada dua ekor kelelawar dewasa yang terbang berputar putar di bawah lampu jalanan.Barangkali sedang berburu nyamuk. Apakah itu induknya? Atau hanya sekedar dua ekor kelelawar yang tak ada hubungan kekerabatan dengan kelelawar kecil itu? Karena takut mati jika saya diamkan di dalam rumah, akhirnya saya memutuskan untuk melepaskan anak kelelawar itu dan meletakkannya di daun Kadaka di halaman depan rumah. Siapa tahu memang itu induknya.

Namun ternyata melepaskan anak kelelawar itu tak semudah yang saya bayangkan. Sesaat ketika saya letakkan, anak kelelawar itu diam saja. Lalu ketika saya tinggalkan, pelan-pelan ia memanjat naik di daun Kadaka yang panjang. Sesekali bercericit. Saya mengintip dari balik jendela. Merasa senang dan berharap induknya menangkap kode suara yang ia keluarkan. Tapi tak berapa lama kemudian tiba-tiba ia tergelincir dan jatuh ke lantai halaman. Aduuuh …kasihannya! Untung badannya ringan.

Saya mengambil anak kelalawar itu dan mengembalikannya ke daun Kadaka. Ia memanjat lagi dengan riangnya. Agak lama duduk di situ. Barangkali berpikir bagaimana caranya belajar terbang. Lalu ia turun perlahan di balik daun. Mengaitkan jari kakinya di daun lalu bergelantung dan mencoba mengembangkan sayapnya. Satu..dua… hya! jatuh lagi. Untung mendaratnya di daun kadaka lain yang ada di bawahnya. Namun anak kelelawar itu memang tidak ada lelahnya. Ia malah memanjat lagi. Naik dan bergelantung ke bawah… dan jatuh lagi ke lantai. Kembali saya menolongnya. Mengangkat dan meletakkannya di daun kadaka lagi.

Demikian berkali-kali. Semakin lama kelihatannya semakin kuat ia membentangkan sayapnya untuk terbang. Tapi saya tidak bisa berada di sana untuk membantunya menaikkan ke daun kadaka terus menerus. Akhirnya karena sudah malam, dan ia tampak diam saja di ujung daun Kadaka yang panjang, anak kelelawar itu saya tinggal mandi saja.  Setelah mandi saya lihat lagi, ternyata ia sudah tidak kelihatan. Saya periksa setiap helai daun kadaka itu, tapi tidak ketemu. Barangkali jatuh. Sayapun periksa semua lantai halaman. Tidak ada juga. Kemana ya? Hati saya jadi tidak enak. Takutnya anak kelelawar itu kenapa -kenapa. Semoga tidak dimakan kucing.  Tapi kucing kami sedang ada di halaman belakang.   Atau kucing tetangga?  Aduuuh.. pikiran saya jadi kemana-mana.

Akhirnya saya teringat kepada dua ekor kelelawar dewasa yang sebelumnya terbang berputar-putar di bawah lampu jalanan.  Sudah tidak kelihatan juga.  Kemana ya mereka? Apakah pergi membawa anak kelelawar itu? Atau berlalu demikian saja tanpa perduli pada kelelawar kecil itu? Entahlah.

Saya menarik nafas panjang-panjang. Malam terasa lebih gelap. Sebaiknya saya masuk. Tidak ada gunanya saya memikirkannya terlalu lama. Saya telah menyerahkannya kembali kepada alam.  Apakah akhirnya ia selamat atau justru mengalami nasib naas? Biarlah alam yang mengatur mekanismenya.

 

Burung Gelatik Yang Semakin Jarang Terlihat Di Alam.

Standard
Burung Gelatik mencari makan di rerumputan hijau.

Burung Gelatik mencari makan di rerumputan hijau.

Salah satu burung pemakan padi yang menarik perhatian saya adalah burung Gelatik. Bersama-sama dengan burung Pipit, burung Peking ataupun burung Bondol selalu dianggap hama pengganggu oleh Pak Tani. Namun sayangnya karena warna bulunya adalah terindah diantara para burung pemakan padi, maka burung Gelatik adalah yang paling banyak ditangkap sebagai hewan peliharaan manusia. Akhirnya dengan sangat sedih saya membaca informasi dari Wikipedia bahwa burung Gelatik, pada saat  ini sudah dikategorikan sebagai burung  dengan Conservation Status Vulnerable – yakni keberadaannya di alam liar mulai terancam. Sayang sekali! Padahal semasa saya kecil, sangat mudah menemukan gerombolan burung ini berbondong-bondong ke sawah. Bahkan seorang paman saya memiliki sebuah “kungkungan” (rumah burung buatan) yang diletakkan di pohon frangipani di halaman belakang selalu penuh dengan burung gelatik dan burung pipit.

Ketika mengetahui keinginan saya untuk melihat kawanan burung Gelatik di alam bebas, adik saya berkata bahwa iapun tak yakin bisa menemukan gerombolan burung ini dengan mudah di alam, mengingat areal persawahan sudah sangat jauh berkurang dan berganti dengan pemukiman penduduk. Ia lalu mencoba mengingat-ingat dimana kami masih bisa menemukan burung Gelatik bebas terbang di alam.

Keesokan harinya ia mengajak saya bermain ke Nirwana Bali Resort & Golf Club – sebuah lapangan golf yang terletak di desa Beraban, dekat Pura Tanah Lot, Tabanan. Menurutnya ia pernah melihat gerombolan burung gelatik hidup bebas di sana. Benar saja, tempat itu ternyata masih sangat berpihak bagi kehidupan burung-burung liar,termasuk diantaranya burung Gelatik. Rupanya pihak hotel/lapangan golf sangat menaruh konsern akan lingkungan sekitarnya dan memberikan perlindungan kepada burung-burung liar ini dengan sangat baik. Populasi burung Gelatik di sini cukup banyak. Saking banyaknya, burung ini pun mendekat ke bangunan golf club dan tidak begitu takut lagi dengan kehadiran manusia. Ketika melihatnya banyak berkeliaran di sana, saya serasa melihat burung gereja – karena jumlahnya serupa dengan jumlah burung Gereja yang umum  berkeliaran di halaman.

seekor burung Gelatik berteduh di dahan pohon Frangipani

seekor burung Gelatik berteduh di dahan pohon Frangipani

 

Saat saya ke sana, saya melihat sangat banyak burung Gelatik yang hidup di sana. Berloncatan terbang di pohon-pohon frangipani di dekat guest house dan juga di taman-taman bunganya. Ada yang sibuk mencari makan di rerumputan.

Burung-burung Gelatik sedang mandi di kolam, di tengah teriknya matahari.

Burung-burung Gelatik sedang mandi di kolam, di tengah teriknya matahari.

Sebagian ada juga yang sedang mandi  menyegarkan dirinya di kolam. Selain burung gelatik dewasa,banyak sekali saya melihat anak-anak burung Gelatik juga berceloteh riang di dahan-dahan pohon di bawah terik matahari.  Sibuk bercericit dan disuapi makan oleh indkunya. Mudah membedakannya dengan suara burung Gereja,karena Gelatik, sesuai dengan namanya cenderung mengeluarkan bunyi” tik, tik, tik…tik, tik, tik…”.

Seekor induk burung Gelatik sibuk mengasuh anak-anaknya.

Seekor induk burung Gelatik sibuk mengasuh anak-anaknya.

Burung Gelatik alias Java Sparrow (Padda oryzivora), adalah salah sat jenis burung pemakan biji-bijian dari keluarga Lonchura (sekeluarga dengan burung Peking). Berukuran kecil, kurang lebih sebesar burung gereja.

Memiliki warna punggung abu-abu kebiruan, kepala hitam, dengan pipi yang berwarna putih. dadanya berwarna putih,ekornya hitam. Paruhnya berwarna pink.  Dmikian juga kakinya.

Anak-anak burung Gelatik

Anak-anak burung Gelatik

Burung Gelatik muda memiliki warna yang lebih pucat dibanding yang dewasa. Warna punggungnya coklat pucat, bukan kelabu biru seperti dewasanya.  Warna hitam di kepalanya juga belum pekat. Demikian juga warna pinku paruh dan lingkaran di matanya, belum muncul pada burung Gelatik muda.

Burung ini adalah pemakan biji-bijian. Paling senang memakan padi, tetapi juga memakan biji-biji rerumputan. Di sekitar lapangan golf itu masih terlihat sedikit areal persawahan yang cukup untuk menunjang kehidupan burung-burung Gelatik ini. Selain itu, taman-taman dan tentunya lapangan golf merupakan sumber biji rerumputan yang melimpah.

Saya merasa sedikit lebih lega melihatnya.  Walaupun sebuah pertanyaan masih tetap mengganggu pikiran saya. Sampai kapan burung-burung ini akan mampu bertahan? Apakah dalam kurun waktu lima tahun mendatang statusnya bisa kembali membaik? Atau justru malah semakin terancam punah keberadaannya di alam?

Perlu kita ketahui bersama, walaupun sering diperdagangkan ke luar pulau atau bahkan ke luar negeri, burung gelatik ini adalah burung asli pulau Jawa, Bali dan barangkali Madura. Jadi sudah menjadi kewajiban kita yang tinggal di wilayah ini untuk ikut berpartisipasi menyelamatkan burung Gelatik ini dari kepunahan di masa depan, misalnya dengan tidak ikut memelihara burung ini dalam kandang dan mengajak orang-orang di sekitar kita untuk melepaskannya kembali ke alam. kalau bukan kita, siapa lagi?

Yuk, kita selamatkan burung Gelatik!.

 

 

 

Cerita Tentang Kura-Kura Kami.

Standard

Kura Kura kamiSudah lama saya tidak bercerita tentang Kura-Kura di kolam saya yang kecil. Dua tahun yang lalu saya sempat bercerita bahwa keluarga saya memelihara 3 ekor kura-kura Telinga merah (Red Eared Terrapin) yang bernama Galapago, Cicilia dan Newbie di sini dan di sini. Galapago dan Cicilia adalah dua ekor betina penghuni kolam  sejak lama.  Sementara Newbie adalah kura-kura jantan yang pada saat itu merupakan pendatang baru. Anak saya mendapatkannya dari tukang sayur yang lewat.  Katanya ia tidak mempunyai kolam. Akhirnya anak saya setuju untuk menerima kura-kura itu. Sayangnya sekitar tahun yang lalu  si Newbie hilang entah kemana. Kami coba menelusuri got di perumahan namun tak berhasil kami temukan. Barangkali ia berjalan sudah terlalu jauh. Saya tidak tahu apakah ia bisa survive di alam? Atau ia di sungai yang airnya kelam oleh polusi? Seekor anjing atau musang telah memangsanya? Atau seseorang sudah menangkapnya? Saya tak bisa melanjutkan pikiran buruk saya. Tapi kenyataannya Newbie memang telah hilang.

Tak berapa lama, seorang penduduk sekitar menawarkan seekor kura-kura lagi. Badannya tidak jauh ukurannya dengan Newbie, tapi ini kura-kura betina. Alasannya kurang lebih sama. Tak sanggup memelihara dan merawatnya. Serta tidak mempunyai kolam. Memelihara kura-kura bukan saja perlu memiliki waktu luang dan uang untuk membiayai makanannya, namun juga perlu effort dan kesabaran yang tinggi.Menyikat kolam untuk memastikan air kolam selalu dalam keadaan bersih dan mengalir serta tidak tercemar kuman yang membahayakan.  Akhirnya anak saya menerimanya. Pada kenyataannya walaupun yang menerima kura-kura itu anak saya, namun yang sebenarnya merawat para Kura-kura itu adalah suami saya. Atau kadang kadang meminta tolong orang lain untuk membantu membersihkan kolam.

Begitulah akhirnya si Kura-kura baru ini menjadi anggota keluarga sejak sekitar tahun yang lalu. Kami tak mempunyai nama khusus untuknya. Oleh karena itu sebut saja si Newbie B, untuk meneruskan nama si Newbie yang sebelumnya. Suami saya adalah orang yang paling telaten dalam mengurus Kura-Kura ini. Walaupun demikian, tentu saja ada saat-saat kami terlalu sibuk dan tak mempunyai cukup waktu untuk merawat Kura-kura dengan baik. Lalu musibah datang tanpa bisa ditolak.

Mata Kura-Kura yang sakit

Mata Kura-Kura yang sakit

Pada suatu malam,sepulang kerja suami saya bercerita kepada saya bahwa ia menemukan si Newbie B sakit. Lemas tak bisa makan dan matanya bengkak dan buta. Saya lalu melihat kura-kura itu sebentar dan berkata kepada suami saya bahwa kemungkinan matanya bengkak karena  ada infeksi bakteri. Karena penglihatannya terganggu, tentunya tidak bisa melihat makanannya dengan jelas. Karena tidak bisa melihat makanan dengan jelas, tentu ia tidak makan. Karena tidak makan, ya tentu saja tubuhnya lemas.  Penanganan pertama tentu harus membersihkan,menyikat dan mengganti air kolam dan memastikan alirannya dengan baik. Jika diperlukan diobati dengan antibiotik.Mata Kura-Kura yang sehat

Mata kura-kura yang sehat

Eok harinya, suami saya dengan semangat membersihkan kolam dan mengganti airnya dengan yang baru. Lalu ia membantu mengangkat si Newbie B dan meletakkannya di atas dinding kolam serta menjemurnya di bawah matahari. Ia membantu kura-kura itu  makan dengan cara menyuapkan makanannya yang kecil-kecil (pelet ikan)  ke mulutnya. Iapun bercerita bahwa setelah mendapat perlakuan itu si Newbie B kelihatan sedikit membaik. Tidak selemas hari kemarinnya. Esok harinya suami saya melakukan hal yang sama. Membantu kura-kura itu makan dengan menyuapkan makanannya satu per satu.  Demikian terus selama beberapa hari. Setelah tubuh si Newbie B semakin menguat, maka ia hanya membantu mengarahkan  si Newbie B agar bergerak mendekati makanannya.  Makin lama makin terlatih hingga suatu saat kura-kura itupun bisa mencari makan sendiri tanpa dibantu lagi.

Sekarang saya berpikir, suami saya lebih berbakat menjadi dokter hewan ketimbang saya…

Mengenai Perikebinatangan.

Standard

Kucing AnonimousHari Minggu pagi, saya mengajak anak saya yang kecil berpetualang kembali di pinggir kali di belakang rumah.  Petualangan yang sangat menyenangkan, walaupun pulang-pulang kulit pada bentol-bentol digigit nyamuk. Ketika kembali berada di belakang rumah, saya mendengar anak saya yang besar berteriak  dari halaman rumah memanggil-manggil nama saya.  Suaranya terdengar panik. Ada apa ya?Saya jadi ikutan panik. Tak biasanya anak saya yang besar sudah bangun sepagi ini pada hari Minggu.

“Mama!  Mama! Tolong kucingnya Ma. Lehernya dijerat orang!” Kata anak saya.   Sayapun bergegas pulang.

Astaga!!!. Kucing liar (saya tidak tahu siapa pemiliknya) yang sering datang berkunjung ke rumah saya itu lehernya terjerat tali plastik. Anak saya mengetahui kalau leher kucing itu terjerat, ketika melihatnya datang ke rumah meminta makan.  Mungkin sudah lebih dari sebulan kucing itu selalu datang ke rumah untuk meminta makanan.  Sangat jinak dan manja. Saya pikir mungkin sebenarnya kucing itu bukan kucing liar. Hanya barangkali pemiliknya tidak terlalu perduli padanya saja. Sehingga ia tampak kurus dan kurang terpelihara. Karena tak tahu nama dan pemiliknya, maka saya sebut saja kucing itu Si Anonimous.

Sekarang kucing itu terlihat sangat lemas tak berdaya. Tentu sangat sulit bernafas. Boro-boro bisa makan.

Tali Rafia Yang Dipakai menjerat leher kucingRupanya Si Mbak dan anak saya di rumah sudah berusaha membantu melepaskan tali plastik berwarna yang menjerat leher kucing itu. Namun karena tali itu terlalu ketat dan  mereka takut usahanya akan semakin mencekik leher kucing itu, maka merekapun menghentikan usahanya.

Melihat itu, saya tak punya pilihan lain lagi. Saya minta anak saya memegang kucing itu agar tidak bergerak. Lalu dengan sedikit menekan tubuhnya dan mengangkat tali itu, saya berusaha keras menyelipkan ujung gunting diantara kulit kucing dan tali plastik itu. Semuanya menahan nafas, karena sekarang kucing itu pasti sangat tercekik dan tidak bisa bernafas.  Saya coba gunting tali itu, namun tidak berhasil.  Keras juga rupanya. Atau barangkali terlalu menempel di kulit kucing itu?.  Saya coba sekali lagi menggunting tali itu dengan tenaga yang lebih kuat dan lebih cepat.  Lalu… kresss… kresss.

Mhhh..hah!!! Syukurlah! Akhirnya tali itupun putus dan kucing Anonimous itu bisa bernafas lega kembali.  Kedua anak saya dan Si Mbakpun ikut bernafas lega. Anak saya lalu memberinya makanan. Karena tempat makanannya tidak ada, maka ia hanya meletakkannya di lantai halaman saja.

Memberi makan kucingYang saya bingung adalah, kok ada ya orang bisa setega itu terhadap binatang?. Tidak habis pikir rasanya. Apa yang ada di pikiran orang itu ketika melakukan perbuatan yang tak mengenal kasih  terhadap sesama mahluk?

Saya bisa mengerti, mungkin sebagian orang ada yang memang tidak menyukai kucing.  Entah karena suaranya yang manja, atau terlalu ribut saat musim kawin. Atau entah karena takut sama bulunya, atau karena pernah melihat kucing mencuri makanan di dapurnya dan entah karena masalah lain.  Tapi tentunya hal itu tidak cukup memberi alasan kepada kita manusia untuk boleh saja seenaknya melakukan perbuatan kejam yang sama sekali tidak terpuji itu terhadap seekor kucing, bukan?. Jika kita tidakmenyukainya, mungkin cukup hanya dengan mengusirnya dan melarang kucing itu masuk ke rumah kita. Dan bukan menjerat lehernya hingga kucing itu megap-megap kehabisan nafas.

Sama seperti kita, kucing juga mahluk hidup ciptaan Tuhan yang punya nyawa, punya rasa takut, sedih dan marah. Kucing juga mengenal trauma jika pernah diperlakukan dengan tidak baik oleh manusia.

Banyak yang mengatakan bahwa manusia adalah mahluk yang lebih mulia dibandingkan dengan binatang. Namun jika kita menjerat leher kucing karena hanya ingin menyakitinya saja, sementara kucing tidak pernah menjerat leher kita, apakah kita layak mengaku diri lebih mulia?  Sungguh sebuah hal yang perlu direnungkan.

Semoga semakin banyak manusia yang bersikap baik pada binatang.

Selamat Jalan Persia…

Standard

Andani - Kucingku Persia 1

Kematian adalah perjalanan baru  menuju cahaya

Di mana tidak ada lagi kegelapan dan malapetaka.

Kematian adalah perjalanan baru menuju kedamaian

Di mana tidak ada lagi pertarungan memperebutkan kekuasaan.

Kematian adalah perjalanan menuju kenyamanan yang melegakan.

Dimana tidak ada lagi kesakitan dan derita.

Selamat Jalan Persia… Read the rest of this entry

Animal Behaviour – Kisah Kepahlawanan Seekor Kucing.

Standard

Andani - Persia & La Kitty 7Anak saya memiliki 2 ekor kucing yang diberi nama La Kitty dan Persia. La Kitty berwana putih dengan belang coklat abu-abu, sedangkan Persia berwarna putih dengan belang hitam. Keduanya adalah anak kucing liar yang didomestikasi di rumah kami. Namun keduanya ternyata memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Walaupun sama-sama kucing jantan dan sama-sama berasal dari kehidupan liar ternyata mereka memiliki karakter yang berbeda.  La Kitty tumbuh menjadi seekor kucing yang pendiam, serius dan  seekor petarung yang tak kenal kata menyerah. Suaranya keras dan jelas kalau sedang mengeong. Sebelumnya saya sudah pernah bercerita bagaimana La Kitty dengan tak kenal lelahnya bertarung dengan seekor kucing jantan berwarna hitam untuk mempertahankan sesuatu yang ia pikir harus pertahankan. Sementara Persia adalah seekor kucing yang manja, lucu dan periang. Suaranya pun terdengar sangat manja dan lucu. Read the rest of this entry

Persia, The Cutest Morning Alarm.

Standard

Animal behaviour.

Andani- Persia

Beberapa bulan yang lalu, saya pernah bercerita tentang Persia, anak kucing liar yang membuntuti anak saya terus. Karena setelah melapor ke Satpam dan minta cross-ceck, ternyata tetap tidak ada seorangpun yang memilikinya, maka anak kucing liar  itu akhirnya menjadi anggota keluarga kami. Sekarang sudah lebih dari 3 bulan ia bersama kami. Anak saya memelihara dan merawatnya dengan sangat baik. Memberinya makan dan memandikannya dengan telaten.Juga menemaninya bermain di saat-saat senggang. Sebagai akibatnya kucing kecil ini menjadi sangat manja dan selalu menyenangkan. Wajahnya sangat lucu, cantik dan menggemaskan. Read the rest of this entry