Di bunderan jalan di kompleks perumahan saya melihat 3 ekor anjing sedang bermain. Seekor Rottwelier hitam. Seekor Toy Poodle kelabu yang tampak kurang terurus. Entah siapa pemiliknya.Dan seekor anjing berbulu coklat pirang yang saya tidak tahu persis rasnya. Mirip anjing Bali tapi kalau lihat dari bentuk tubuh dan ekornya yang melingkar begitu, saya teringat jenis Shiba Inu. Jadi saya tidak tahu persis apa jenis anjing itu.
Tiba-tiba si anjing coklat itu kencing di pohon yang tumbuh di tengah bunderan itu. Wah ..rupaya ia sedang menandai tempat itu untuk mengingatkan dirinya bahwa ia pernah berada di sana. Setelah itu ia berlari.
Saya jadi tertarik ingin mengikuti apa yang akan dilakukan berikutnya. Jadi saya ikut berlari mengikuti kemana arah anjing itu berlari. Sesaat kemudian ia berhenti. Mengendus-endus rumput di tepi jalan.Saya ikut berhenti dan memperhatikan perbuatannya. Ia melihat ke arah saya sebentar, lalu lanjut berlari lagi. Saya juga kembali berlari di belakangnya. Ia berhenti lagi. Mengendus-endus tanaman hias di tepi jalan. Saya ikut berhenti berlari dan mengamati kelakuannya lagi. Ia mengendus-endus dan akhirnya kencing di sebuah batang pohon di dekatnya. Lalu berlari lagi.
Demikian seterusnya berkali-kali. Berlari-mengendus-endus – berlari lagi, atau berlari mengendus-endus – kencing dipohon/tonggak/batu- lalu berlari lagi. Sayapun tentunya ikut berlari dan berhenti lalu berlari lagi berulang-ulang.
Saya pikir anjing itu mahluk yang luar biasa. Ia memiliki kelebihan dalam hal indera penciumannya ketimbang mahluk lain. Ia mampu membedakan benda A dengan benda B hanya dari baunya. Yang mana kita manusia hanya dianugerahi kemampuan terbatas dalam hal itu.
Saya ingat di tahun 80-an drh Pudji Raharjo, seorang dosen saya yang sangat banyak berurusan dengan anjing-anjing Bali, suatu kali pernah mendemonstrasikan kehebatan anjing-anjing Bali yang dilatihnya bersama tim kepolisian untuk melacak narkoba dan kejahatan lain. Dalam demonstrasi yang dilakukan team kepolisian di halaman kampus itu, saya bisa melihat dengan jelas bagaimana anjing-anjing Bali yang cerdas itu bisa dengan cepat dan akurat mampu melacak keberadaan narkotika, hanya dengan diberi sebuah perintah sederhana.
Kehebatan melacak orang juga pernah saya lihat pada seekor anjing milik seorang seniman besar di Bali yang jahil melatih anjingnya mengendus “bau” istrinya. Tentu saja istrinya yang dijahilin itu mencak-mencak walaupun tertawa geli juga mengetahui kekonyolan suami tercintanya. Saya sendiri sangat terkesan akan kehebatan anjing itu. Yahhh… kesimpulannya sangat jelas, anjing memang bisa melacak keberadaan sesuatu dengan sangat baik dari indra penciumannya.
Kemampuan melacak ini juga disertai dengan kemapuan anjing untuk men’tracking’ alias menelusuri sebuah perjalanan. Seperti yang saya ikuti tadi pagi. Anjing itu keluar rumah, lalu kencing di titik-titik tertentu di sepanjang perjalanannya. Dengan kemampuannya mengendus dengan baik tentu ia tahu dititik-titik mana ia pernah berada. Sehingga walaupun ia melanglang jauh ia pasti selalu bisa pulang kembali ke rumah dan tidak mungkin tersesat. demikian juga ketika anjing ini ingin melakukan tracking terhadap keberadaan lawan jenisnya. Hanya mengendus tempat-tempat di mana lawan jenisnya pernah berada, akan membawanya menemui pasangannya. Demikianlah cara anjing melakukan tracking terhadap sesuatu.
Men’tracking’ sesuatu adalah kegiatan yang terkadang kita lakukan juga. Misalnya dalam pekerjaan sebagai pemasar, kita melakukan tracking terhadap penjualan kita dari hari ke hari, minggu keminggu, bulan ke bulan dan tahun ke tahun.Tracking juga kita lakukan terhadap biaya yang kita keluarkan, harga di pasaran dan sebagainya. Lalu dalam hal menangani permasalahan. Baik itu pemasalahan dalam kehidupan sehar-hari maupun pekerjaan, kita juga menelusuri sebab musababnya berhasil menemukan ‘root cause’nya untuk membantu kita memberikan pemecahan masalah yang sifatnya lebih ‘causalis’ ketimbang ‘simptomatis’. Yang tentunya hasilnya lebih bagus.
Melacak dan menelusuri, perlu juga sesekali kita lakukan terhadap amal perbuatan kita. Melacak mana saja pemikiran, perkataan dan perbuatan yang baik atau kurang baik yang kita lakukan. Kita bisa menelusuri kembali, apakah dalam rentang waktu tertentu perbuatan baik kita sudah lebih mendominasi? Atau malah perbuatan yang kurang baik malah mendominasi?. Kita juga perlu menelusuri kembali sebab musabab mengapa kita melakukannya dan apa dampaknya terhadap orang lain, untuk kita ambil intisari pelajarannya dan kita perbaiki ke depannya.
Anjing itu tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah yang pagarnya masih ditutup. Barangkali penghuninya belum bangun. Ia mengendus-endus dan berputar-putar tak jauh dari tempat itu. Lalu berjongkok menghadap ke gerbang halaman, seolah berharap dibukakan pintu. Oooh..barangkali di sana rumahnya. Ia bangun kembali, mengendus-endus, berputar dan kembali lagi berdiri di depan gerbang. Beberapa kali ia melihat ke arah saya.
Sebenarnya saya masih ingin mengamati tingkah laku anjing coklat itu lagi – tapi saya agak tidak nyaman berdiri di sana terlalu lama. Walaupun saya hanya sedang mengamati tingkah laku anjingnya, orang bisa salah paham. Bisa menyangka saya sedang memata-matai rumah dan penghuninya. Tentu itu tidak sopan. Saya mengajaknya berlari lagi, tapi ia tidak mau. Dan lebih memilih menunggu di depan gerbang.
Jadi dengan berat hati, saya terpaksa meninggalkan anjing itu sendiri di sana dan kemudian saya melanjutkan perjalanan saya sendiri.