Monthly Archives: August 2022

ODAMUN – FILM LAYAR LEBAR.

Standard
Film Odamun. Kisah perjuangan seorang penderita Scleroderma.

ODAMUN – Film Layar Lebar Terbatas.
ODAMUN = Orang Dengan AutoiMUN.

Saya tergerak menulis tentang film Odamun yang disutradarai oleh Harry Ridho ini setelah berkesempatan menontonnya kemarin.

Menurut saya film ini sangat menarik karena berkisah tentang perjuangan seorang penderita Scleroderma -salah satu penyakit Autoimun, mulai saat masa-masa sebelum terkena penyakit ini, masih aktif sebagai model, lalu bagaimana penyakit ini membuatnya menjadi tertekan & putus asa, hingga kemudian ia bangkit dan percaya diri kembali menjalani aktifitasnya sehari-hari dengan normal.

Belum pernah sebelumnya saya tahu ada film lain yang berkisah atau menggunakan kisah penyandang Scleroderma sebagai themanya. Tentu saja ini membuat film ODAMUN menjadi unik. Berbeda.

Menonton film ini juga memberi gambaran tentang penyakit Scleroderma itu sendiri, sebuah penyakit auto-imun dengan gejala kekerasan & kekakuan pada kulit, sehingga tidak jarang mengakibatkan perubahan pada profile wajah penderitanya. Ini penting bagi masyarakat awam untuk mengetahui apa yg harus dilakukan saat mendampingi keluarga jika ada yang mengalami Scleroderma. Perlu banget ditonton.

Film digarap dengan baik oleh Harry Ridho. Scenario & alur ceritanya mengalir dengan cukup baik dengan gambar-gambar yang diambil juga berkwalitas baik. Lighting jyg cukup mendukung, hanya saja sound kelihatannya perlu dirapikan sedikit lagi di beberapa bagian, sehingga musik tidak terasa bertarung dengan suara percakapan.

Film dibintangi oleh antara lain Chindy Imutz Dewi Ayu Mustikasari Bene Java , Denis, dkk.

GANESHA & ME.

Standard

Saya memiliki sebuah gambar Ganesha buatan seniman dari Bali.Gambar itu saya gantung di dinding teras. Lama kelamaan ia mulai pudar termakan waktu & terpapar cahaya. Terlebih ketika beberapa bulan yg lalu ada tukang ngecat tembok, kurang hati-hati, mengakibatkan gambar Ganesha saya semakin rusak. Hati saya sangat sedih. Tapi saya tak pernah menceritakan kesedihan akan gambar Ganesha ini kpd siapapun sebelumnya.

Niat saya hanya ingin mengganti gambar Ganesha itu dg yg baru. Barangkali akan saya gambar sendiri jika saya sudah punya waktu.

Sementara itu, pada saat yg bersamaan, di Pune, sebuah kota kecil di India yg jaraknya kurang lebih 4 500 km dari Jakarta, seorang sahabat melihat seorang seniman kaligrafi jalanan sedang melukis. Tiba tiba sahabat saya ini terpikir untuk memesankan buat saya sebuah gambar Ganesha dengan kaligrafi nama saya Ni Made Sri Andani dalam aksara Devanagari – bahasa Marathi. Dan menghadiahkannya untuk saya. Padahal ia tak tahu menahu tentang kesedihan hati saya akan gambar Ganesha saya yg rusak itu.

Apakah itu sebuah kebetulan? Ko- insiden? Entahlah. Yang jelas saya sangat senang menerimanya. Gambar Gabesha ini juga istimewa karena menggunakan beberapa atribut Krishna, seperti hiasan bulu nerak dan seruling.

Bagi saya, selain bisa menggantikan gambar Ganesha saya yg rusak sebelumnya, berarti teman saya ini juga mendoakan segala kebaikan untuk saya dan tidak ada rintangan yang berarti dalam perjalanan hidup saya.

Thanks Chetan Shetty