Monthly Archives: November 2015

Klaten: Mengunjungi Candi Sewu.

Standard

Candi sewuDi areal Candi Prambanan, sebenarnya ada 3 buah candi lagi yang lebih kecil. Yakni Candi Bubrah, Candi Lumbung dan Candi Sewu. Ketiga-tiganya adalah Candi Budha. Seorang pengunjung mengatakan bahwa jarak ke candi-candi itu tidaklah seberapa jauh. Hanya beberapa ratus meter saja. Tapi karena udara sangat panas dan kaki saya mulai terasa letih, saya memutuskan untuk naik kereta keliling saja.  Akibatnya saya hanya bisa melihat candi-candi itu dari kejauhan saja.

Candi Bubrah saya yakin nama aslinya tentu bukan itu. Karena bubrah itu sendiri artinya adalah rusak. Mungkin karena candi itu ditemukan dalam keadaan rusak parah. Dan dari kejauhan saya juga melihat kondisi candi itu  memang sangat rusak parah. Saya hanya bisa memandangnya dengan rasa sedih. Demikian juga dengan Candi Lumbung. Saya lihat tinggal reruntuhannya saja. Barangkali karena tidak ada yang bisa dilihat, kereta tak berhenti di kedua candi itu. Hanya lewat saja.

Candi sewu 2Hanya ketika tiba di depan Candi Sewu kereta berhenti. Saya menyempatkan diri turun walau hanya sebentar. Candi Sewu  walaupun namanya seribu, menurut keterangan seorang bapak yang berdiri di dekat situ ternyata jumlah candinya bukan seribu lho, tapi 249 buah. Jadi hanya seperempat sewu dan bahkan kurang satu. Tapi sebenarnya 249 buah candi saja tentu sudah sangat banyak. Apalagi dalam keadaan runtuh. Barangkali lebih susah lagi menghitungnya, sehingga untuk mempercepat akhirnya orang mengatakan candi yang reruntuhannya banyak itu sebagai  Candi Sewu saja.

Saya ikut menguping penjelasan seorang ibu pemandu wisata yang duduk di sebelah saya. Ibu itu sedang mengantarkan tamu-tamu Jepang dan menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan  candi -candi di daerah itu.

Candi sewu 1Saya tidak berlama-lama di sana.  Mengamatinya dari pintu timur yang dijaga dua arca Dwarapala dikiri kanan. Pintu masuk candi ini sebenarnya ada di empat penjuru angin, timur, barat,selatan dan utara. Setiap pintu dijaga oleh masing-masing dua dwarapala.

Candi sewu 4Menurut keterangan jika keseluruhan candi-candi di kompleks Candi Sewu yang terdiri atas 249 candi itu tegak semuanya, maka detailnya terdiri atas 1 candi utama yang terletak di tengah-tengah. Lalu 8 buah candi penjuru yang terletak di 4 penjuru angin berpasang-pasangan. Dan sisanya terdiri atas 240 candi-candi prewara  yang membentuk 4 barisan yang terdiri atas 28 candi di baris pertama, 44 candi di baris ke dua dan 80 buah candi di baris ke tiga, serta 88 buah candi di barisan ke empat.  Sungguh besar kompleks candi ini.

Sekeluar dari sana , saya semakin merasa takjub akan kemegahan yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita. Peninggalan peningglannya menunjukkan kebesaran peradaban, teknologi, budaya dan spiritual yang tidak kalah dengan kemegahan peradaban bangsa di belahan bumi yang lain. Bahkan mungkin saja di jaman itu, peradaban kita relatif maju dibanding bangsa-bangsa lain. Sangat sayang, ketinggian peradaban itu sempat hilang entah karena bencana alam ataupun bencana perang. Dan kita keturunannya harus merangkak kembali dari bawah. Sedikit demi sedikit untuk mencapai ketinggian peradaban yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Semoga pemerintah bisa memugar kembali candi-candi itu dengan baik, secepatnya. Sehingga anak cucu kita tetap bisa menyaksikan kejayaan masa lampau. Jikadulu kita pernah bisa, mengapa tidak mungkin kita membangun peradaban yang lebih hebat lagi ke depannya?. Kita adalah bangsa yang mampu.

Yuk kita berkunjung ke Klaten!.

 

 

 

 

Tips: Jeruk Nipis Menghilangkan Cegukan Dengan Cepat.

Standard

20151129_124002.jpgAnak saya keluar dari kamar dan mengeluh “Mama..aku cegukan. Obatin Ma” katanya sambil diselingi suara ceguk ceguk. Kalau dulu saya sering panik tiap kali anak saya cegukan. Biasanya saya kasih air minum hangat. Atau kalau tidak saya suruh dia memaksakan diri untuk bersendawa guna mengeluarkan gas dari lambungnya. Biasanya sih hilang, tapi memakan waktu yang cukup lama.Tapi kemudian, saya tahu cara yang paling cepat menghilangkan cegukan yaitu dengan jeruk nipis atau lemon.

Caranya, pertama saya cuci bersih jeruk nipis atau lemon. Iris tipis. LALU Saya minta anak saya untuk memejamkan maranya, mendongakkan kepala dan nembuka mulutnya. Saya teteskan air perasan jeruk nipis ke dalam mulut anak saya dengan hati-hati agar mendekati kerongkongannya. Biasanya anak-anak bereaksi kaget karena kekecutan. SIM SALABIM ABRAKADABRA!!!. Cegukannya hilang!. Anak anakpun kembali riang. Anak saya yang kecil yang suka sekali rasa air perasan lemon malah teriak “Lagi Ma! Lagi Ma!”.

Saya pikir mungkin ada baiknya saya ceritakan di sini. Walaupun sudah banyak yang tahu rahasia sederhana ini tetapi barangkali masih berguna bagi mereka yang belum tahu sebelumnya.

Sangat perlu untuk menyediakan stock jeruk nipis di dapur.

Dapur Hidup: Menanam Terong Bukan Karena “Milu-Milu Tuwung”.

Standard

20151116_072426.jpgSalah satu kiasan yang banyak digunakan dalam bahasa Bali adalah “Milu-milu tuwung” (artinya Ikut-ikutan kaya Terong). Kiasan ini digunakan untuk menggambarkan orang yang mengatakan atau melakukan sesuatu karena latah, tanpa alasan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya nih, ikut-ikutan mengcopy pendapat orang lain, padahal ia sendiri tidak terlalu paham apa makna sesungguhnya. Atau untuk orang-orang yang ikut melakukan apa yang orang lain lakukan, padahal ia sendiri tidak tahu mengapa dan apa gunanya ia melakukan hal itu. Tidak mengerti baik dan buruknya. Sehingga orang tua di Bali biasanya memberi petuah kepada anak cucunya,  dengan mengatakan “Sing dadi cening milu-milu tuwung” (terjemahan bebasnya: Jangan suka ikut-ikutan, nak!), dengan maksud agar  jika anak /cucunya mengatakan ataupun melakukan sesuatu, setidaknya ia punya alasan yang jelas mengapa ia mengatakan demikian atau berbuat demikian. Bukan karena sekedar ikut-ikutan.

Nah mengapa tiba-tiba saya teringat akan kiasan lama itu? Ini karena saya sedang memetik buah terung dari pohonnya yang saya tanam di halaman rumah. Terong atau terung dalam bahasa Balinya adalah Tuwung (Solanum melongena). Ketika saya ingat kata “Tuwung”berikutnya yang muncul di kepala saya adalah kiasan itu tadi.

Terong adalah salah satu tanaman yang saya coba tanam di pekarangan rumah. Tentunya bukan karena saya “milu-milu tuwung” atau latah ikut-ikutan orang lain,  tetapi karena saya mempunyai alasan bagus untuk itu. Pertama karena saya memang suka masakan yang berbahan dasar terong. Kedua, karena menurut referensi terong sangat berguna untuk kesehatan, terutama terong yang ungu, karena mengandung bioflavonoid serta Vitamin K yang tinggi.   Berguna untuk mencegah diabetes, mengontrol tekanan darah tinggi dan juga bagus untuk otak. Oleh karenanya, semakin semangatlah saya menanamnya.

Ada beberapa jenis yang saya tahu. Mulai dari terong lalap yang kecil kecil bulat atau lonjong, lalu ada yang bentuk dan ukurannya lebih besar dan gendut, lalu ada juga yang buahnya panjang. Warnanya juga bervariasi. Ada yang putih, hijau atau ungu.

Lalu di mana bisa membeli bibit terong? Saya pergi ke toko Trubus yang  kebetulan letaknya tak jauh dari rumah. Di sana ada beberapa jenis bibit terong yang dijual. Saya memutuskan membeli bibit terong sayur warna ungu. Isinya tidak terlalu banyak. Tapi sudah dicoating dengan baik untuk menghindarkan serangan jamur.  Begitu sampai di rumah, bibit langsung saya semaikan dalam box persemaian.

Dalam beberapa hari bibit tumbuh dengan baik. Setiap hari anakan pohon terong ini saya siram. Setelah daunnya menjadi 4 lembar kemudian saya pindahkan ke dalam polybag.  Saya sangat beruntung karena tanpa saya duga pohon terong ini tumbuh sangat subur. Daunnya lebar-lebar.  Kebetulan saya memiliki pot yang lebih permanen, lalu saya pindahkan lagi pohon-pohon terong ini ke dalam pot. Dalam waktu singkat iapun berbunga.

Seperti halnya tananaman Solanaceae lainnya, bunga tanaman terong berbentuk bintang. Warnanya ungu dengan benang sari berwarna kuning. Sebenarnya sangat menarik dilihat. Sayangnya kebanyakan mahkota  bunganya menunduk ke bawah. Sehingga sulit untuk untuk dilihat.

Tak lama kemudian, bunga bunga itupun menjadi buah. Mulai bergelantungan di sela-sela daunnya yang lebar. Dibutuhkan waktu yang tidak terlalu lamauntukmembuat buah terong ini menjadi besar. Sekarang saya mulai bisa memanennya satu per satu untuk keperluan dapur.

Lalu terong ungu ini bisa dimasak apa saja? Macam-macam sih. Misalnya bisa ditumis. Bisa juga dibuat sambel terong. Buat campuran sayur lodeh. Atau dibikin terong balado. Enak juga dibakar. Atau dibikin Beberok ala Lombok. Atau direbus saja, dijadikan teman lalapan dan dicoel-coel sambel terasi. Rasanya manis dan empuk.
Saya pikir cukup menyenangkan untuk memiliki pilihan sayuran lain dari halaman rumah sendiri selain pare, kangkung, bayam atau pakchoi. Sangat berguna ditanam sebagau selingan. Dengan demikian tanaman terong ini membuat Dapur Hidup saya semakin beragam.

Yuk kita menanam terong sayur di halaman. Kita bikin Dapur Hidup!.

Dunia Pinggir Kali: Burung Peking Di Awal Musim Penghujan.

Standard

Wildlife nextdoor.

Musim kemarau yang panjang tahun ini akhirnya berakhir. Hujan mulai turun menghapuskan panas terik yang mendera selama beberapa bulan sebelumnya.  Saat itu hampir semua tanaman terganggu dan nyaris layu jika tidak rajin-rajin menyiraminya. Tetapi sekarang rasanya lebih lega. Sesekali saya menengok ke kali di belakang rumah. Untuk melihat kehidupan burung-burung liar di sana selama pergantian musim. Apakah mereka masih ada di sana?

Tetangga sebelah sedang membetulkan rumahnya. Banyak puing sisa pengerjaan bangunan berserakan. Selain itu bunyi ketak-ketok tukang yang bekerja saya rasa juga ikut mengganggu kehidupan liar di tepi kali.  Tapi rupanya kekhawatiran saya tidak terlalu beralasan. Memang ada jenis burung yang tak terlihat sepanjang November ini – seperti misalnya Burung Kipasan (Rhipidura javanica). Saya tidak melihat dan tidak mendengar suaranya sama sekali.  Demikian juga Burung Caladi Tilik (Dendrocopos moluccensis). Tetapi masih cukup banyak yang exist dan tertangkap oleh kamera saya. Salah satunya adalah Burung Peking (Lonchura punctulata).

Burung Peking 1

Kali ini rumput benggala tak banyak tumbuh di pinggir kali.  Syukurnya masih ada serumpun yang sedang berbunga dan berbiji.  Cukup untuk mengundang kedatangan Burung Peking yang giat bekerja di pagi hari.

Alangkah sibuknya burung ini  memanen biji-biji rumput benggala dan bermain-main di batangnya. Kepala dan lehernya coklat tua, dengan punggung juga berwarna coklat namun masih lebih terang. Perutnya berwarna putih bermotif mirip sisik. Sebenarnya burung kecilini sangat cantik. Gerak geriknya juga sangat menyenangkan untuk ditonton.

Burung Peking biasanya lebih senang bergerombol. Mencari makan tidak sendirian, tapi beramai-ramai dengan kelompoknya. Tapi kali ini saya melihatnya hanya bermain-main sendiri dengan anteng. Sayang jika tidak diabadikan.

 

Dapur Hidup: Tauge, Solusi Dapur Di Tanggal Tua.

Standard

image

Tanggal tua. Uang belanja dapur tinggal beberapa ribu rupiah lagi.  Tapi harus cukup untuk beberapa hari sampai suami gajian kembali. Bagaimana caranya bertahan? Mengeluh? Jangan! Komplain pada suami mengapa ia tidak kunjung memberi kita jatah uang dapur yang sedikit kebih besar? Jangan! Ntar dia tambah pusing mikirin kita. Kasihan!. Nah…usulan saya adalah, bagaimana kalau kita masak tauge setiap hari? . Ha ha…

image

Serius nih. Saya membeli kacang ijo 1/2 kg. Harganya Rp 7 000. Saya ingin membuat tauge sendiri.

image

Bagaimana caranya?
1/. Ambil 100g kacang ijo. Cuci bersih dan buang kotoran serta biji biji yang retak atau sobek.
2/. Rendam kacang ijo dalam air bersih sekitar satu hari (kurang lebih 12 jam. Jika ngerendamnya pagi yaa kira-kira sampai matagari tenggelam lah).
3/. Setelah direndam kacang ijo yang tadinya kecil dan kering biasanya agak membesar. Tiriskan. Masukkan ke dalam wadah saringan (saringan plastik atau kaleng dsb tergantung yang ada di rumah. Kalau jaman dulu ibu saya punyanya kukusan bambu). Tutup dengan plastik hitam atau kain hitam. Tempatkan di area dapur yang tidak kena matahari langsung. Gunanya adalah agar tauge yang tumbuh tidak sempat memproduksi clorophil. Agar tauge yang dihasilkam putih bersih. Bukan kehijauan atau kemerahan. Selain itu jika ditutup, perakaran tauge juga menjadi lebih cepat bertumbuhnya.
4/. Siram dan tiriskan setiap 4 jam sekali.
5/. Perhatikan perkembangan akar tauge untuk menentukan kapan saatnya kita panen.

image

Untuk ditumis atau campuran gado gado, soto, pelecing dan sebagainya, tauge bisa dipanen dalam waktu 2 hari. Tapi kalau perlu untuk rawon atau pepes kacang ijo, tauge bahkan sudah bisa dipanen keesokan harinya.
Karena akan saya tumis, saya memanennya setelah umur 2 hari. Lumayan. Dari 100g kira kira saya mendapat  tauge sekantong kresek. Berapakah kira kira harga tauge sebanyak ini jika kita beli di tukang sayur. Sekitar 10 -12 ribu rupiah. Cukup untuk 2x masak. Atau bahkan lebih.
Nah..jika kita punya uang belanja cuma Rp 7 000, kita belikan kacang ijo 500g dan ambil 100g, 100g, lima kali berturut turut lalu jadikan tauge, maka uang itu cukup untuk 5 hari makan keluarga yang kita cintai (bandingkan jika kita beli, biaya yang keluar akan menjadi 5x 10-12 ribu – minimal Rp 50 000. Lumayan kan bisa irit Rp 43 000 ?. Sayurnya tapi tauge terus. Ha ha…).

image

Ini bukan jurus emak-emak pelit lho! Tapi emak-emak irit. Beda kan ya antara pelit dengan irit?. Nah…kalau masih punya uang lebih, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tannga yang lain.
Pointnya di sini adalah jika kita mau sedikit rajin sebagai ibu rumah tangga,
Saya pikir kita akan selalu bisa menyiasati tanggal tua tanpa harus mengeluh pada suami. 
Yuk kita bikin tauge. Kita bikin Dapur Hidup!

Livi Zheng & Passionnya Dalam Film “Brush With Danger”.

Standard

wpid-20151120_201427.jpgJumat malam tanggal 20 yang lalu, saya diundang oleh sutradara muda Livi Zheng untuk menghadiri pemutaran perdana filmnya yaitu “Brush With Danger” di CGV Blitz di Grand Indonesia. Premierenya ini dibuka oleh pak Djarot Saiful Hidayat,  Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tentu saja saya sangat senang dan berterimakasih pada Livi atas kesempatan bagus yang diberikan olehnya.

Pertama, karena Brush With Danger adalah film Hollywood pertama yang disutradarai oleh orang Indonesia dan saya bisa ikut menyaksikan pemutaran perdananya. Livi Zheng adalah sutradara sekaligus pemeran utama dan penulis cerita film Brush With Danger ini. Ia  berasal dari Blitar, Jawa Timur.

Kedua, dari cerita Livi saya tahu bahwa film ini dibuat dengan usaha yang luarbiasa yang dilakukan oleh seorang wanita yang masih sedemikian muda. Bayangkan saja, scenario film ini sebelumnya sempat ditolak sebanyak 32x. Tetapi Livi yang usianya baru 26 tahun ini, tidak pernah berputus asa. Ia terus berusaha lagi dan berusaha lagi, mencoba kembali dengan segala semangat dan daya upayanya hingga akhirnya berhasil. Nah, apa yang terjadi jika penolakan itu terjadi pada kita? Jangan-jangan baru ditolak sekali atau dua kali saja kita sudah langsung  mundur dan berputus asa. Sungguh wanita muda ini luar biasa sekali.

Dan yang ke tiga, Brush With Danger juga sempat terpilih masuk seleksi Oscar walaupun belum sempat masuk nominasi. Tetap saja ini merupakan prestasi yang luar biasa mengingat untuk bisa masuk ke ajang film bergengsi ini tentu ribuan film telah masuk ke tangan panitya. Sudah berhasil masuk ke babak seleksi saja tentu sudah merupakan sebuah prestasi sendiri yang membanggakan.

Brush With DangerFilm ini sendiri berkisah tentang dua orang kakak beradik imigrant gelap Alice Qiang (diperankan sendiri oleh Livi Zheng) dan Ken Qiang (Ken Zheng) yang datang menyelundup dari Asia dengan menggunakan container untuk mengadu nasib di Amerika yang dilihatnya sebagai tanah impian.
Alice sendiri adalah seorang artist yang selain menekuni aliran  seni yang disebutnya sebagai Asia Art,  juga mampu meniru lukisan orang lain walaupun secara pribadi ia tidak suka dengan perbuatan itu. Selain itu Alice dan adiknya sama-sama jago martial art. Kemampuan yang banyak membantu mereka dalam menjalani kehidupan.

Di film ini digambarkan dengan baik bagaimana susahnya kehidupan mereka di masa awal. Mengais makanan dari tong sampah, mencoba menjual lukisan namun tidak laku namun mereka tetap tabah. Bahkan masih sempat membantu  menyelamatkan seorang wanita pemilik toko yang bernama Elizabeth (Stephanie Hilbert) yang kelak kemudian menawarkan persahabatan bagi mereka berdua.

Untuk mempermudah mendapatkan uang untuk makan sehari-hari, kerapkali Ken memamerkan kemampuan teknisnya dalam bela diri pada kerumunan masa. Ia juga memaksa Alice untuk melakukan hal yang sama. Dan kenyataannya memang lebih mudah mencari uang dengan cara begini daripada menjual lukisan. Namun cara ini juga menarik perhatian Justus Sullivan (Norman Newkirk), pemilik gallery yang kaya raya dari usahanya melakukan pemalsuan lukisan-lukisan ternama. Ia berhasil menarik kakak beradik itu untuk tinggal bersamanya dan mengikuti rencananya. Ia berhasil membujuk Ken untuk ikut club tinju dan bertarung. Ia juga memberikan fasilitas studio agar Alice bisa melukis di sana. Dengans egala fasilitas dan keramahan yang diberikan oleh Justus, mereka menyangka bahwa mereka sudah menemukan impiannya.

Belakangan Justus mulai memanfaatkan Alice untuk membuat copy lukisan Van Gogh.  Sekarang kakak beradik ini berada dalam keadaan bahaya tanpa mereka sadari. Untunglah ada Detektif Nick Thopmson (Nikita Breznikov) yang membantu mereka keluar dari masalah ini. Nick juga yang menjembatani mereka mendapatkan penghargaan dari pemerintah dan akhirnya bisa tinggal menetap di Amerika tanpa rasa was was lagi. Happy ending.

Detail ceritanya bisa ditonton sendiri nanti. Karena per tanggal 26, film Brush With  Danger akan mulai beredar di bioskop -bioskop di seluruh Indonesia.

Terlepas dari feedback pro-kontra yang diterima oleh film ini setelah beredar di Amerika, bagi saya, film yang berdurasi 90 menit ini, berhasil mengangkat sesuatu yang cukup unik juga. Imigrant gelap yang berpikir bahwa Amerika adalah tanah impian dan karenanya mudah untuk mendapatkan sukses di sana, namun kenyataannya tidaklah sedemikian mudah juga. Setiap orang perlu berusaha dan bekerja keras untuk bisa sukses. Dan tidak jarang juga dibarengi bahaya.

Penonton sangat terhibur dengan humor -humor yang diselipkan oleh Livi di sana-sini dalam beberapa adegannya,  yang menjaga film laga penuh pertarungan ini tetap enak ditonton bahkan bagi mereka yang tidak menyukai kekerasan.

Secara keseluruhan film ini sangat menarik untuk ditonton. Ceritanya mengalir dengan baik. Pengambilan gambar demi gambarnya juga bagus. Demikian juga colour tone dan pencahayaannya. Menarik!.

Saya sendiri pertama kali menyaksikan trailer film ini sekitar sebulan sebelumnya dan seketika saya katakan pada Livi bahwa filmnya pasti sangat bagus. Saya ingin menontonnya.

LiviSebagai hasil karya seorang sutradara yang masih sangat muda, tentunya ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa.  Tak heran hingga Pak Ahok pun bangga dan ikut mengendorse hasil karya Livi Zheng ini. Tentu saja. Kita semua pasti bangga akan ketekunan dan ketangguhan Livi dalam upayanya mencapai sukses di kelas dunia.

Walaupun demikian Livi yang berasal dari kota Blitar di Jawa Timur ini tetap rendah hati, ramah dan tidak sombong. Ini mengingatkan pada kita semua, bahwa seberapapun tingginya pencapaiankita,  tidak perlu hati dan sikap kitapun ikut meninggi.

Viva Livi Zheng! Semoga makin berprestasi dan tetap humble.

Gerang Seleh Sambel Cicang.

Standard

image

Apa sih yang membuat seseorang kangen kampung halamannya? Selain sanak keluarga dan teman-teman warga kampung, ada banyak hal lainnya juga. Salah satunya adalah makanannya.
Tadi sore stasiun TV kabel Asia Food Channel membahas tentang salah satu masakan khas Bali, yakni Lawar. Anak saya memanggil “Mom, coba lihat. Ada masakan Bali di TV” katanya. Wah…mendadak rasa kangen saya pada kampung halaman semakin menjadi-jadi.
Okelah. Memasak Lawar mungkin agak susah dan repot, (kalau di Bali, biasanya kaum pria yang justru pada jago masak Lawar, Sate Lilit, Sate Lembat, dan sebagainya) tapi saya mungkin masih bisa mencari akal untuk bisa makan dengan lauk seperti di kampung.
Nah…kebetulan banget tadi pagi sempat membeli Kecicang (kecombrang, honje) mau dibikin sambel. Juga sedang punya Gerang Seleh (ikan teri kurus) tawar. Waah… bakalan makan enak ini. Gerang Seleh Sambel Cicang!.
Gimana cara membuatnya?
1/. Bersihkan ikan teri. Lalu goreng hingga kering. Tiriskan agar minyaknya turun.
2/. Iris bunga kecicang tipis tipis.
3/. Iris bawang merah tipis tipis.
4/.Iris cabe rawit tipis tipis.
5/. Goreng terasi dengan sedikit minyak. Aduk aduk hingga terasi hancur.
6/. Tuang irisan bawang merah, kecicang dan cabe rawit ke dalam wajan. Aduk aduk lalu angkat dengan cepat.
7/. Tambahkan perasan jeruk limau.  Sambel matah kecicangpun jadi.
8/. Masukkan Gerang Seleh yang sudah digoreng kering ke dalam sambel cicang. Aduk-aduk.
Hidangkan.
*paling enak dimakan bersama nasi panas.
Yuk kita bikin Gerang Seleh Sambel Cicang!

Klappertart Sederhana Buatan Rumah.

Standard

wpid-20151114_201904.jpgTinggal di negeri dengan salah satu lagu wajibnya berjudul “Rayuan Pulau Kelapa” membuat saya sangat menyukai kelapa muda.  Terutama airnya. Demikian juga anak anak. Tapi sayangnya kadang-kadang airnya saja yang diminum, sementara daging kelapa mudanya tidak. Sayang banget ya kalau dibuang-buang?
Bagaimana kalau kita olah jadi makanan kesukaan anak anak? Bisa dibikin apa ya biar anak-anak suka?
Aha!. Coba buat klappertart sendiri saja. Bisa mengopimalkan kelapa muda yang tersisa. Selain itu kalau beli lumayan mahal kan?
Lalu lihat-lihat bahan lain yang ada di dapur. Masih punya stock telor beberapa butir, ada sedikit margarin, ada sedikit sisa tepung maizena dan tepung terigu. Vanili dan raisin juga ada di kulkas. Yang nggak ada cuma susu. Hmm..barangkali saya juga perlu sedikit rhum, coklat bubuk dan kacang almond. Lalu pergi ke ruko beli susu dan coklat bubuk. Sayangnya rhum dan kacang almond tak dijual di sini. Nggak apa-apalah.Tapi saya punya sedikit kacang mede.

Membuatnya dengan cara sederhana saja.
1/. Margarin sekitar 150 g dicairkan di atas kompor.
2/. Ambil 3 butir kuning telor. Dikocok sampai halus.Tuang ke mentega cair. Aduk aduk di atas api kecil.
3/. Tambahkan 1 kaleng susu kental manis. Aduk aduk terus.
4/. Tepung terigu sekitar 300g dilarutkan dalam air. Diaduk aduk lalu disaring dimasukkan ke dalam mentega cair. Diaduk-aduk.
5/.  Tambahkan tepung maizena yang telah dilarutkan ke dalam air. Aduk aduk terus sampai kental. Pastikan adonan tidak gosong  di bagian bawah panci.
6/. Setelah adonan kental. Masukan serutan kelapa muda. Aduk aduk kembali di atas api kecil.  Lalu angkat.
7/. Ambil adonan masukkan ke dalam gelas atau mangkok kertas timah.
8/. Taburkan coklat bubuk di atasnya. Tambahkan beberapa butir raisin. Biar seru ditambahkan serpihan kacang mede. Simpan dalam lemari pendingin.
Dihidangkan dalam keadaan dingin. Enak deh.

Dapur Hidup: Pare, Si Pahit Yang Ngangenin.

Standard

 

wpid-20151115_095608.jpgDi seberang jalan dekat Pasar Sapi di Sanglah, dulunya ada sebuah tempat makan yang sering saya kunjungi semasa nge-kost di Denpasar. Menu yang paling sering saya order adalah Nasi Campur. Lauknya saya masih ingat terdiri dari  Ayam suwir, Orak-arik Pare dan Telor Menyar (telor rebus dalam bumbu traditional Bali) serta sesendok sambel terasi. Saya sangat terkesan karena masakan Parenya sama sekali tidak pahit.
Terinspirasi oleh masakan di rumah makan itu lalu saya belajar mengolah pare agar tidak pahit. Ternyata caranya sangat sederhana yaitu meremasnya berkali-kali dengan sedikit garam hingga semua cairannya keluar. Pare menjadi  kering barulah di masak. Tentu saja tak perlu ditambahin garam lagi.
Masih terinspirasi oleh masakan di rumah makan yang sama, saya akhirnya mencoba menanam pare di pekarangan rumah saya. Masih dalam semangat membuat Dapur Hidup.
Pare atau Paya atau Bitter Gourd adalah salah satu tanaman sayuran merambat keluarga Cucurbitaceae (keluarga timun timunan) ysng buahnya umum dimasak di dapur Indonesia.

 

Saya membeli biji tanaman ini di Toko Trubus. Kalau tidak salah ingat harganya Rp 15 000 satu pack isinya 22 biji. Saya semaikan mati satu tinggal 21 batang yang tumbuh. Dari 21 pohon itu hanya 19 yang tumbuh dengan baik. Yang dua kurang bagus pertumbuhannya karena kurang mendapatkan sinar matahari.
Tukang Trubus mengatakan bahwa saya akan sudah bisa melihat pohon pare saya berbuah dalam waktu 3 bulan. Hmm…cepat juga ya.
Biji pare yang saya beli rupanya di-coating. Menurut keterangan tukang toko itu agar menjaga biji dari serangan jamur.

Biji pare pertama saya tabur di dalam pot. Dalam waktu 3 hari sudah berkecambah dan akhirnya tumbuh menjadi anakan pohon pare.
Dari sini lalu saya pindahkan ke pot-pot panjang terbuat dari semen  yang sudah saya pasangi kawat agar kelak ia bisa merambat ke pilar rumah.
Tanaman tumbuh subur. Merambat ke atas dengan kecepatan yang berbeda beda. Bahkan cukup signifikan perbedaannya. Walaupun mendapat perlakuan sama, tetapi ada yang tingginya  sudah mencapai 50 cm saat temannya yang lain masih 10 cm atau 15cm. Mengapa?

Apakah karena faktor genetika? Bisa jadi. Walaupun biji biji itu berasal dari bungkus yang sama dan logikanya berasal dari buah yang sama, tetapi variasi genetika dari individu yg sama tetap bisa terjadi. Selain itu tidak menutup kemungkinan jika biji biji ini berasal dari buah atau bahkan pohon yang berbeda. Atau mungkin saja disebabkan oleh fsktor lain di luar genetika.
Salah satunya barangkali karena faktor lokasi penempatan pot. Mendapat intensitas cahaya matahari yang bervariasi. Ada yang terlalu banyak, cukup atau barangkali ada yang kurang juga. Selain itu media yang saya gunakan juga berasal dari karung yang berbeda-beda. Bisa jadi kandungan hara dalam tanah itu berbeda-beda pula. Hmmm…sebenarnya sesuatu yang menarik juga untuk diteliti lebih lanjut.

 

Setelah beberapa minggu pohon pare saya mulai belajar berbunga. Pohon pare ini memiliki dua jenis bunga. Bunga jantan dan bunga betina. Sayangnya yang muncul duluan dan jauh lebih banyak jumlahnya adalah bunga jantan. Jadi begitu mekar lalu gugur. Sedangkan bunga betina baru muncul belakangan dan jumlahnya sangat sedikit.
Walaupun begitu saya tetap senang. Karena pilar-pilar kayu di halaman rumah saya menghijau oleh dedaunan dan penuh bunga kecil-kecil berwarna kuning.  Bunga terdiri atas 5 lembar mahkota dengan benang sari yang kelihatan membulat di tengahnya. Setiap pagi saya memandangi keindahannya dengan takjub. Tawon dan lebah juga mulsi datang berkunjung.

 

Bunga betina bentuknya berbeda dengan yang jantan. Ada bakal buah yang menggelembung di bawah mahkotanya. Bunga betina yang jumlahnya sedikit inu rupanya juga tidak selalu beruntung didatangi lebah pembantu penyerbukan. Jadi diantaranya cukup banyak juga yang gagal menjadi buah. Dan hanya segelintir yang sukses. Melihat fakta ini saya semakin mengerti kesulitan-kesulitan yang dihadapi para petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil panen.
Dapur hidup ini menjadi mirip laboratorium percobaan dimana anak anak bisa saya ajak belajar bersama untuk memahami lebih riil kehidupan tanaman dalam skala kecil dan membayangkannya jika kita menjalani kehidupan sebagai petan

i.

 

 

 

Sekarang mulai ada buah pare yang ukurannya cukup besar untuk bisa saya petik. Buahnya bergerigi berwarna hijau.
Benar kata tukang Trubus bahwa tanaman pare akan mulai bisa kita panen di umur sekitar 3 bulan.

Sleman: Mengunjungi Candi Prambanan.

Standard

Candi PrambananMumpung ada di Yogyakarta saya berusaha mengoptimalkan hari Sabtu saya dengan mengunjungi candi candi yang bertebaran di sekitar area itu.  Saya senang melihat-lihat dan mengenang kejayaan peradaban yang pernah dicapai oleh bangsa kita di masa lampau. Walaupun saat ini hanya reruntuhannya saja yang tersisa.

Saat itu sepulang dari kunjungan ke Istana Ratu Boko, saya tiba kembali di halaman Candi Prambanan sekitar pukul 10 pagi. Matahari bersinar kuat. Berjalan sedikit sudah cukup membuat saya berkeringat. Pengunjung cukup ramai pagi itu. Selain pengunjung umum, ada rombongan anak-anak sekolah yang diantar para guru. Lalu ada juga kesibukan orang orang  yang mempersiapkan kunjungan pejabat yang katanya akan datang siang ini. Saya melenggang ke halaman luar yang penuh dengan reruntuhan candi. Beberapa orang pekerja tampak sedang  sibuk merekonstruksi candi. Rasa trenyuh hati saya memandangnya. Terlebih ketika melihat gambar bagaimana dulunya bentuk dan susunan kompleks candi itu yang sedemikian besar  dan luas.

Berdiri di tengah-tengah reruntuhan candi ini, yang menurut keterangan harusnya berjumlah 240 candi, membuat saya sadar bahwa tempat ini sangat serupa dengan tempat – tempat suci di Bali. Pembangunan candi ini juga menerapkan concept Tri Mandala, yakni   nista, madya dan utama.

Di Nista Mandala yakni latar paling bawah yang luasnya 390 meter persegi tidak saya lihat ada bangunan apapun. hanya taman beserta tanaman.

Di Madya Mandala yang merupakan latar tengah ada  banyak reruntuhan candi candi kecil yang dianggap sebagai candi pengiring. Semuanya berada dalam keadaan runtuh. Menurut keterangan, candi-candi ini berjumlah 224 buah. Jika berdiri, candi-candi ini memiliki ukuran sama, yakni 4 meter persegi dengan tinggi 14 meter. Luas Madya Mandala adalah 222 meter persegi.

Candi Prambanan 5Di Utama Mandala  yang luasnya 110 meter persegi, berdiri Candi Tri Murti (Brahma,Wisnu Siwa) dengan Siwa sebagai fokus utamanya.  Candi Trimurti ini masing-masing didampingi dengan Candi Wahana, yakni Candi Nandi, candi Garuda dan Candi Angsa.  Kemudian ada  2 buah Candi Pengapit  yang berdiri diujung Selatan dan ujung Utara dari Utama Mandala ini. Di luar itu, ada lagi 8 candi kecil yang disebut dengan Candi Kelir yang berada di delapan penjuru mata angin.  Sungguh maha karya yang sangat indah dan besar. Saya merasa kagum dan sangat hormat kepada siapapun arsiteknya.

Saya hanya sempat masuk ke dalam Candi Siwa yang merupakan Candi Utama dari gususan Candi Prambanan ini. Om Namah Shiwaya. Pertama saya masuk dengan menaiki anak tangga ke ruang utama, di mana arca  Siwa Mahadewa  berdiri di sana.  Dalam Hindu, Siwa Mahadewa adalah sinar suci  dari Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai penguasa alam semesta dan perubahan dan pelebur agar semuanya bisa kembali ke asalnya dalam semesta. Arca ini menghadap ke timur, berseberangan pintu dengan Candi Nandi. Di bagian ruang utara dari Candi Siwa ini saya  melihat arca Durga  yang di dalam Hindu merupakan  sakti dari Siwa yang menguasai kematian. Lalu di bagian ruang barat saya melihat arca Ganesha, yang juga turunan Siwa yang merupakan manifestasi  Tuhan Yang Maha Esa dalam menguasai  segala kesulitan. Orang-orang memuja Tuhan Yang Maha Esa melalui Ganesha dalam memohon agar terhindarkan dari segala aral yang melintang. Dan di ruang yang terakhir yang menghadap ke selatan saya melihat arca Siwa Maha Guru  manifestasi Tuhan Yang maha Esa dalam menguasai segala wahyu dan pengetahuan. Pada intinya Candi utama ini adalah pemujaan Umat Hindu kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam  manifestasinya sebagai Siwa.

Jika kita melakukan pradaksina, yaitu berdoa sambil mengelilingi candi  searah jarum jam,  kita akan  bisa mengamati relief pada candi yang bercerita tentang kisah Ramayana.  Kita juga bisa melihat pemandangan kemegahan candi candi Brahma, Wisnu dan candi candi wahana serta candi apit yang indah dari Candi Siwa. Sungguh maha karya yang luar biasa. Menurut catatan sejarah, candi ini berdiri pada abad ke IX. Didirikan oleh raja raja Dinasti Sanjaya yakni Rakai Pikatan dan diteruskan oleh Rakai Belitung pada tahun 856 Masehi-sesuai dengan prasasti Ciwagraha.

Candi Prambanan 11Buat saya, kunjungan saya kali ini ke Prambanan memberikan kesempatan bagi diri saya untuk mengenang kembali serta menghargai karya seni dan spititual yang merupakan  refleksi kejayaan peradaban yang pernah dimiliki oleh nenek moyang kita. Senang mengingat pelajaran sejarah kembali.

Yuk kita berkunjung ke Jawa Tengah! Kita cintai tanah air kita.