Di areal Candi Prambanan, sebenarnya ada 3 buah candi lagi yang lebih kecil. Yakni Candi Bubrah, Candi Lumbung dan Candi Sewu. Ketiga-tiganya adalah Candi Budha. Seorang pengunjung mengatakan bahwa jarak ke candi-candi itu tidaklah seberapa jauh. Hanya beberapa ratus meter saja. Tapi karena udara sangat panas dan kaki saya mulai terasa letih, saya memutuskan untuk naik kereta keliling saja. Akibatnya saya hanya bisa melihat candi-candi itu dari kejauhan saja.
Candi Bubrah saya yakin nama aslinya tentu bukan itu. Karena bubrah itu sendiri artinya adalah rusak. Mungkin karena candi itu ditemukan dalam keadaan rusak parah. Dan dari kejauhan saya juga melihat kondisi candi itu memang sangat rusak parah. Saya hanya bisa memandangnya dengan rasa sedih. Demikian juga dengan Candi Lumbung. Saya lihat tinggal reruntuhannya saja. Barangkali karena tidak ada yang bisa dilihat, kereta tak berhenti di kedua candi itu. Hanya lewat saja.
Hanya ketika tiba di depan Candi Sewu kereta berhenti. Saya menyempatkan diri turun walau hanya sebentar. Candi Sewu walaupun namanya seribu, menurut keterangan seorang bapak yang berdiri di dekat situ ternyata jumlah candinya bukan seribu lho, tapi 249 buah. Jadi hanya seperempat sewu dan bahkan kurang satu. Tapi sebenarnya 249 buah candi saja tentu sudah sangat banyak. Apalagi dalam keadaan runtuh. Barangkali lebih susah lagi menghitungnya, sehingga untuk mempercepat akhirnya orang mengatakan candi yang reruntuhannya banyak itu sebagai Candi Sewu saja.
Saya ikut menguping penjelasan seorang ibu pemandu wisata yang duduk di sebelah saya. Ibu itu sedang mengantarkan tamu-tamu Jepang dan menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan candi -candi di daerah itu.
Saya tidak berlama-lama di sana. Mengamatinya dari pintu timur yang dijaga dua arca Dwarapala dikiri kanan. Pintu masuk candi ini sebenarnya ada di empat penjuru angin, timur, barat,selatan dan utara. Setiap pintu dijaga oleh masing-masing dua dwarapala.
Menurut keterangan jika keseluruhan candi-candi di kompleks Candi Sewu yang terdiri atas 249 candi itu tegak semuanya, maka detailnya terdiri atas 1 candi utama yang terletak di tengah-tengah. Lalu 8 buah candi penjuru yang terletak di 4 penjuru angin berpasang-pasangan. Dan sisanya terdiri atas 240 candi-candi prewara yang membentuk 4 barisan yang terdiri atas 28 candi di baris pertama, 44 candi di baris ke dua dan 80 buah candi di baris ke tiga, serta 88 buah candi di barisan ke empat. Sungguh besar kompleks candi ini.
Sekeluar dari sana , saya semakin merasa takjub akan kemegahan yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita. Peninggalan peningglannya menunjukkan kebesaran peradaban, teknologi, budaya dan spiritual yang tidak kalah dengan kemegahan peradaban bangsa di belahan bumi yang lain. Bahkan mungkin saja di jaman itu, peradaban kita relatif maju dibanding bangsa-bangsa lain. Sangat sayang, ketinggian peradaban itu sempat hilang entah karena bencana alam ataupun bencana perang. Dan kita keturunannya harus merangkak kembali dari bawah. Sedikit demi sedikit untuk mencapai ketinggian peradaban yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Semoga pemerintah bisa memugar kembali candi-candi itu dengan baik, secepatnya. Sehingga anak cucu kita tetap bisa menyaksikan kejayaan masa lampau. Jikadulu kita pernah bisa, mengapa tidak mungkin kita membangun peradaban yang lebih hebat lagi ke depannya?. Kita adalah bangsa yang mampu.
Yuk kita berkunjung ke Klaten!.