Saya melihat sebuah foto Nasi Tim Ayam diunggah oleh salah seorang teman saya ke Facebook. Weeh…jadi ngiler.
Akhirnya saya memutuskan untuk membuatnya sendiri. Karena kelihatannya mudah dan saya bisa menyesuaikan dengan selera saya.
Bahannya tentu beras yang dimasak jadi Nasi. Lalu untuk toppingnya, saya perlu fillet daging ayam, jamur jenis apa saja, tapi saya paling suka jamur shiitake, bawang bombay, bawang putih, jahe, lada bubuk, minyak wijen, minyak goreng, kecap manis, kecap asin, kaldu ayam/jamur.
Cara bikinnya, daging ayam dan jamur ducuci lalu dicincang kecil kecil. Bawang bombay,bawang putih dan jahe juga dicincang kecil kecil.
Panaskan wajan, tuang minyak kelapa tunggu sampai mendidih, lalu tumis bawang bombay, bawang putih, jahe ayam dan jamur. Tambahkan minyak wijen, kaldu ayam/ jamur dan kecap manis dan sedikit kecap asin. Aduk-aduk hingga matang. Angkat.
Sambil menyiapkan tumusan ayan jamur, kira bisa sambil menanak nasi.
Ambil mangkok kecil. Masukkan tumisan ayam jamur ke dasar mangkok. Lalu masukkan nasi yang baru matang ke dalam mangkok porselen/ tahan panas. Agak ditekan sedikit, lalu di tim.
Terong Belanda (Solanum betaceum), adalah salah satu buah yang cukup populer untuk dibuat campuran jus. Atau dijus langsung tanpa campuran apapun. Rasanya lumayan enak, seger sedikit manis dan kecut bernuansa rasa terong.
Di daerah Kintamani, tanaman ini cukup banyak dibudidayakan penduduk. Kita bisa menemukan buah ini dijajakan oleh pedagang buah di daerah Penelokan. Tetapi di Jakarta saya menemukan buah ini di Supermarket Hari- Hari. Saya beli sebungkus yang isinya 10 biji.
Saýa nembeli Jamur Kuping sebungkus dan ingin sekali memasak Tahu Jamur Kuping. Saya mendapat resep ini dari Mbak Ros tukang nasi uduk, yang dulunya pernah bekerja pada bossnya yang jualan kue dan roti. Saat itu cerita si Mbak, bossnya sangat banyak menggunakan kuning telor untuk membuat kue. Lah tapi putih telornya diapakan?. Munculah ide untuk membuat Tahu Telur dengan campuran Jamur Kuping. Dijajakan ke tetangga (termasuk saya), ternyata enak dan laku. Jadi saya minta resepnya.
Bahan bahannya: 2bh Tahu putih, sebungkus jamur kuping, seperempat bihun, daun bawang seledri, minyak wijen, bawang merah, bawang putih, putih telur.
Cara membuat:
1/. Iris iris Jamur Kuping, daun bawang, seledri. Cincang bawang merah dan bawang putih.
2/. Rebus bihun, tiriskan lalu potong kecil kecil.
3/. Ambil 4 putih telor .
4/. Hancurkan tahu putih. Lalu masukkan cincangan bawang metah, bawang putih, irisan jamur kuping, potongan bihun, irisan daun bawang seledri, garam, gula dan minyak wijen. Aduk aduk hingga rata.
5/. Masukkan putih telur ke dalam adonan, lalu diaduk aduk kembali hingga merata.
6/. Pindahkan adonan Tahu Telur Jamur ke dalam Loyang. Kukus hingga matang.
7/. Angkat Tahu Telor yang sudah matang. Dinginkan sebentar, lalu potong potong sesuai selera.
8/. Gulingksn potongan tahu dalam putih telor, lalu goreng dengan api sedang hibgga matang dan wananya kekuningan.
9/. Angkat tahu dan tiriskan.
Hidangkan hangat-hangat dengan cabe rawit. Mantap!!!.
Saya membeli sebungkus Jamur Kuping. Eh lumayan banyak juga isinya. Awalnya untuk membuat Tahu Jamur Kuping, akhirnya saya membuat juga Lumpia Jamur Kuping.
Gimana cara membuatnya? Saya share di sini ya.
Bahan- bahan:. Jamur Kuping, Dada ayam, Daun Bawang, Seledri, Garam, Gula, Bawang Merah, Bawang Putih, Minyak Wijen, Kecap Manis, Telor Ayan, Kulit Lumpia.
Cara Membuat :
1/. Iris tipis tipis Jamur Kuping. Daun Bawang, Seledri.
2/. Cincang daging ayam. Juga cincang bawang merah dan bawang putih.
3/.Tumis daging ayam cincang dalam minyak panas, lalu masukkan irisan jamur kuping, aduk- aduk.
3/. Masukkan bawang merah bawang putih cincang, irisan daun bawang dan seledri, aduk aduk hingga matang.
4/. Tambahkan garam, gula, dan minyak wijen secukupnya. Masak sampai matang, lalu angkat. Jadikan masakan ini sebagai isi lumpia.
5/. Letakkan sesendok isi lumpai ke dalam kulit lumpia. Lalu lipat dan gulung. Agar gulungan tidak mudah lepas, olesi dengan putih telor. Kerjakan sesendok demi sesendok hingga tumisan habis.
6/. Goreng Lumpia yang masih basah dengan api sedang hingga kekuningan.
Lumpia diangkat dan siap dihidangkan untuk keluarga yang sedang berada di rumah menunggu serangan Corona mereda.
Saya penggemar buah plum. Sayangnya buah ini masih mahal di Indo. Saya coba menanamnya di Jakarta, sudah beberapa tahun tapi belum berbuah.
Minggu lalu tiba tiba saya menemukan buah ini sangat murah dijual di sebuah mini market. Rp 10 000 per box, yang isinya 5 – 6 buah. Waduuuh… kaget dan senang saya. Biasanya harganya bisa mencapai Rp 60 000 an per kilonya (isi sekitar 8 buah).
Jadi beli 2 box saja.
Sampai di rumah, saya coba. Waduuuh ..uasyeeeem bingits. Beneran. Asem banget. Saya sampai nggak sanggup lagi memakannya. Pantas harganya murah. Tapi terus gimanain ini sekarang ?.
Dimakan nggak bisa menikmati, kalau dibuang sayang. Akhirnya saya memutuskan untuk mengolahnya menjadi selai dan juice.
Selai
Ini mudah dibuat. Caranya:
1/. Pertama kupas dulu buah plum lalu potong kecil kecil.
2/. Rebus potongan buah plum bersama gula hingga lembek.
3/. Tambahkan kayu manis bubuk untuk mendapatkan aroma selai yang wangi. Aduk aduk hingga matang dan airnya nyusut.
4/. Tambahkan sedikit tepung maizena untuk meningkatkan kekentalan.
Nah… jadilah selai buah plum.
Tinggal dimasukkan ke dalam stoples dan disimpan untuk diambil sedikit demi sedikit buat teman makan roti.
Selai buah Plum juga enak dipakai sebagai isian Lumpia buah. Caranya juga mudah, yaitu ambil selembar kulit lumpia.
Isi dengan Selai Plum, lipat sedikit ujungnya. Lalu gulung perlahan. Rekatkan ujung lipatan kulit lumpia dengan putih telur. Lakukan hal yang sama untuk kulit lumpia berikutnya hingga habis.
Kita bisa menyimpannya di kulkas untuk digireng kapan dibutuhkan.
Sungguh lumpia yang sangat enak.
Jus.
Sisa buah plum akhirnya saya bikin juice saja.
Ditambahkan dengan sedikit gula, lumayan meredam kekecutan rasanya. Enak dan segar juga rasanya.
Sangat lega rasanya, uang yang terpakai untuk membeli buah plum yang ternyata sangat kecut akhirnya terbayar dengan selai dan juice yang enak.
Sekarang saya mengerti. Sekecut apapun rejeki dan nasib yang menghampiri kita, jika kita sabar dan telaten mengolahnya pastinya akan berbuah manis.
Waktu saya kecil, ada seorang nenek yang selalu berjualan Batun Teep di pojok lapangan kabupaten dekat rumah saya. Saya ingat akan rasanya yang sangat enak , gurih dan garing. Sayang sekali, belakangan ini sangat sulit menemukan cemilan Batun Teep ini lagi.
Batun Teep. Mungkin sebagian ada yang bingung dengan apa itu Batun Teep?. Nah, buat mereka yang belum tahu, saya ingin cerita sedikit. Batun Teep atau Biji Terap adalah salah satu camilan traditional yang terbuat dari biji-biji buah Teep yang disangrai atau digoreng. Rasanya memang sangat enak dan gurih.
Teep alias Terap, atau Tarap (Artocarpus odoratissimus) sendiri adalah tanaman sekeluarga dengan nangka, yang memiliki buah dengan biji jecil kecil dan banyak.
Sudah lama sekali saya tidak pernah melihat Batun Teep lagi. Mungkin sudah lebih dari 25 tahun. Iya. Memang selama itu. Tapi saya masih ingat banget rasanya yang gurih dan garing itu. Saking hobbynya makan Batun Teep, saya bisa menang jika ada lomba cepat-cepatan makan Batun Teep dengan kakak dan adik-adik saya.
Beberapa waktu lalu saat sedang lihat lihat Facebook saya menemukan seseorang berdagang Batun Teep secara online. Alangkah girang hati saya. Wah…ini saatnya saya menikmati Batun Teep lagi. Harganya Rp 20 000 per bungkus yang isinya 250g. Tak tanggung-tanggung saya order 2 kg. Jarak jauh ini ya. Denpasar -Jakarta. Daripada ntar bolak-balik lagi belinya.
Sayapun mengorder. Kebetulan banget pedagangnya baik dan ramah.
Hari ini sepulang kerja saya menemukan kuriman Batun Teep sudah sampai di rumah. Tak sabar lagi, saya buka kemasannya dengan gunting. Kress!!!. Muncullah biji biji gurih yang disangrai coklat keemasan dan sedikit menghitam itu keluar. Sangat senang melihatnya. Nyam nyam 😋😋😋
Saya ambil sebiji dan saya gigit untuk mengupas kulitnya. Muncul bijinya yang bersih, coklat dan mengkilat. Saya kunyah.
Kruk kruk.. OUCHHHH!!!!!. Oh…..Gigi saya terasa sakit. Rasanya nyaris mau lepas. Ternyata biji Batun Teep ini agak keras. Saya periksa gigi saya hati-hati. Untunglah tidak terjadi gangguan yang serius. Biji ini hanya agak keras saja dibanding biji biji lain.
Ooh ya.. Barulah saya ingat jika biji atau Batun Teep ini dari dulu memang keras. Jadi bukan tiba tiba jafi keras. Tapi mengapa baru terasa?
Ha ha ha… ternyata umur memang tidak bisa dibohongi. Batun Teep dari dulu memang keras. Tapi karena gigi saya waktu kecil masih sangat kuat, kerasnya biji Teep bisa saya abaikan. Enteng saja mengunyahnya. Tidak terasa.
Tapi sekarang, dimana gigi geligi mulai merapuh, gusi juga mulai sensitif, ternyata mengunyah Batun Teep tidaklah semudah dahulu saat masih kecil.
Kejadian ini membuat saya jadi lebih memikirkan kesehatan saya.
Berjalannya waktu, membuat beberapa hal menjadi semakin meningkat dalam diri saya. Seperti misalnya pengalaman saya, intisari pelajaran hidup yang saya tangkap, itu semuanya semakin meningkat.
Tetapi di sisi lain, saya menyadari jika selain mengalami peningkatan, saya juga mengalami penurunan atau kemunduran dalam beberapa hal yang tak bisa saya hindarkan. Misalnya kekuatan anggota tubuh saya, ternyata tidak seperti dulu lagi. Ia melemah. Buktinya mengunyah Batun Teep sekarang jadi tidak semudah dulu lagi.
Ibaratnya jika dulu saya menggigit Batun Teep, maka Batun Teepnya lepas dari kulitnya dan bijinya hancur saya kunyah. Tapi jika sekarang saya menggigit Batun Teep, bisa jadi gigi saya yang lepas dan hancur 😀😀😀
Okey. Saya kembali memandang ke Batun Teep di dalam piring ini, seolah ia berkata kepada saya, ” Jangan sok merasa selalu muda!!!”. Ha ha ha.. iya iya.
Tentu saja saya tetap memakan Batun Teep ini satu per satu walaupun kali ini memang harus pelan pelan.
Saya mendapatkan buah Alkesah dari kampung atas perumahan tempat saya tinggal. Merasa sangat senang dan lega karena ternyata masih ada orang yang punya pohonnya di sana.
Saya sempat khawatir tanaman ini akan punah. Karena pohon yang dulunya banyak saya lihat tumbuh di halaman rumah masyarakat di kampung Betawi ini, sekarang sudah banyak yang ditebang. Tersingkir oleh pembangunan. Sayang sekali.
Buah Alkesah, alias Sawo Mentega.
Buah yang sering disebut dengan nama buah Sawo Mentega, atau Kanistel (Pouteria campechiana) ini dagingnya berwarna kuning jingga dan bertepung. Buahnya agak harum. Rasanya manis jika sudah matang. Tak jauh bedanya dengan rasa ubi Cilembu dan Labu Parang. Mengkonsumsi buah berwarna kuning yang tinggi dengan kandungan katoten ini tentunya sangat bagus untuk kesehatan.
Buah ini enak dikonsumsi begitu saja setelah matang. Cukup dengan mengupas kulitnya dan daging buahnya yang berwarna kuning langsung dimakan.
Selain itu, buah ini enak juga bisa dijus atau dimakan bersama es cream.
Buah Alkesah dengan Ice Cream.
Demikialah, setelah sebagian saya makan dan campur dengan es krim, karena masih ada sisanya, saya olah menjadi selai.
Membuat Selai Alkesah.
Membuat selai buah Alkesah sesungguhnya cukup mudah.
1/. Ambil beberapa buah mentega yang sudah matang.
2/. Cuci bersih, tiriskan. Lalu kupas kulit buahnya.
3/. Ambil daging buahnya. Hancurkan dengan sendok hingga halus.
4/. Masak air hingga mendidih. Masukkan daging buah Alkesah ke dalam air mendidih. Lalu aduk aduk hingga merata. Nyala api sedang.
5/. Tambahkan Gula pasir secukupnya. Lalu kembali diaduk- aduk.
Memasak selai buah Alkesah.
6/. Setelah adonan buah alkesah merata, lalu tambahkan tepung maizena yang sebelumnya dikocok dulu dengan air dingin. Aduk aduk terus hingga selai menjadi kental.
Membuat selai buah Alkesah.
7/. Setelah matang, angkat selai dan masukkan serta simpan di dalam toples.
Selai buah Alkesah.
8/. Selai buah Alkesah kini siap buat olesan roti.
Saya makan siang di sebuah warung makan di perumahan yang tak jauh dari kantor. Di sebelah warung itu ada halaman kosong yang terbengkalai dan tak terurus. Ada banyak rumput dan tanaman liar tumbuh di situ. Salah satunya adalah tanaman Coccinia grandis (Ivy Gourd) alias Papasan alias Timun Padang yang tumbuh sangat subur walau kemarau sangat panjang. Pucuk-pucuknya sangat banyak. Dan saya heran mengapa tidak ada yang memanfaatkan tanaman ini ?. Padahal pucuk tanaman ini sangat enak disayur. Selain juga memberikan fungsi pengobatan bagi penderira Diabetes, Hypertensi dan Gula Darah tinggi.
Tanaman ini mengandung kadar serat yang tinggi, Vitamins dan Besi.
Sebuah artikel di Diabetes Journal menjelaskan hasil research bahwa 1gram ekstrak tanaman ini yang diberikan setiap hari selama 90 hari, menunjukkan penurunan level glukosa darah sebesar 16% dibandingkan dengan mereka yang tidak diberikan ekstrak ini (placebo).
Akhirnya saya memberanikan diri bertanya kepada pemilik warung. Siapakah yang punya tanaman itu?. “Oooh… itu tanaman liar. Tumbuh sendiri. Nggak ada yang nanem dan pelihara. Malah mengganggu. Belum sempat dibersihkan”, jelas si Bapak.
Wah… kalau dianggap gulma pengganggu, apa boleh saya meminta pucuknya?. Bapak pemilik warung bilang “Ambil saja!. Ambil saja!” katanya sembari memberikan saya gunting untuk memanen pucuk- pucuknya. Saya merasa sangat kegirangan.
Dengan semangat saya pun memanen pucuk-pucuk tanaman Papasan itu. Waaah…luarbiasa!. Tanaman ini sungguh sangat subur. Pucuk mudanya sangat banyak. Saya hanya menggunting yang bagian atas atas saja yang agak jauh dari tanah.
Banyaaaak sekali dan segar segar. Tapi karena panas terik kemarau terasa memanggang, dan teman saya sudah menunggu saya untuk balik ke kantor, akhirnya saya menyudahi panen saya setelah mendapatkan pucuk daun secukupnya. Padahal sebenarnya masih banyak sekali yang bisa dipanen.
Tapi sebaiknya kita memang mengambil seperlunya saja dari alam. Jangan terlalu serakah juga. Cukup untuk sekali masak. Siapa tahu ada orang lain juga yang ingin memanfaatkan. Saya kemudian mengembalikan gunting dan berterimakasih kepada Bapak pemilik warung.
Pucuk daun ini bisa dimasak tumis ataupun direbus untuk lalapan.
Sampai dirumah saya bersihkan dan siapkan agar besok nggak perlu buang buang waktu lagi untuk membersihkan di pagi hari.
Ketika mencicipi Italian Piza, kita selalu merasakan ada bumbu dengan aroma khas di dalamnya. Nah…itulah Oregano. Bumbu masak yang sangat umum digunakan di dapur-dapur Eropa dan Mediterania. Tanpa Oregano, rasa piza ataupun spaghetti yang kita buat terasa ada yang kurang.
Oleh karena itu, bagi yang suka mencoba- coba memasak berbagai jenis resep mancanegara di dapur, keberadaan oregano ini amatlah penting.
Sebenarnya cukup mudah mendapatkan Oregano kering di supermarket, tetapi saya tetap merasa memiliki pohon Oregano di halaman sendiri tetap merupakan pilihan yang terbaik buat saya. Karena, jika masak saya lebih menyukai bumbu ataupun bahan- bahan yang masih segar ketimbang yang sudah kering.
Apanya yang kita manfaatkan untuk bunbu?. Daunnya. Tapi saya dengar bubganya juga sama, bisa dipakai untuk bumbu. Rasanya pedas lemah sedikit pait.
Oregano (Origanum vulgare), adalah tanaman rempah yang masih berkerabat dengan pohon Mint. Tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan dapur, tetapi juga sebagai obat traditional.
Di Yunani sana, secara turun temurun, Oregano telah dikenal sebagai salah satu natural antiseptic. Umum digunakan untuk mengatasi jerawat ataupun mengurangi ketombe.
Selain itu saya juga menemukan penjelasan bahwa Oregano ini juga dimanfaatkan untuk mengatasi keluhan kesehatan lain seperti batuk, sakit saat haid, sakit perut dan sebagainya.
Bahkan sebuah informasi mengatakan bahwa Oregano mengandung anti cancer property. Waaah… berguna banget ya jika kita tanam di halaman kita.
Saya lagi sangat doyan Avocado. Entah kenapa, rasanya kurang kenyang kalau belum makan Avocado. Selain dijus atau dijadikan campuran es buah, Avocado sangat enak buat teman makan dengan sayuran ataupun dengan telor dan sebagainya.
1/. Avocado dengan Telor Dadar, Tumis Selada Air dan Kol serta Singkong goreng.
Kombinasi makanan ini sungguh sangat enak. Telor saya pilih untuk memastikan asupan protein yang cukup untuk saya (selain saya memang doyan telor juga ha ha 😀😀). Di sini saya memilih telor dadar. Karena kalau didadar, telor bisa ditambahin irisan bawang, cabe atau daun seledri. Lalu saya tambahkan dengan tumis kol dan selada air.
Nah… yang selada air ini saya sangat suka, karena menurut kepercayaan traditional, selada air sangat bagus dikonsumsi untuk membantu menjaga kadar gula darah tetap normal.
Dan terakhir singkong goreng. Saya pikir saya harus sering sering makan singkong. Karena menurut berita, singkong bagus untuk mencegah pertumbuhan sel sel kanker. Jadi ini judulnya makanan sehat.
2/. Avocado Shrimp.
Nah ini makanan sungguh favorit saya. Gabungan rasa Avocado yang lembut dan enak berpadu dengan rasa udang yang kenyal dan bernuansa laut sungguh maknyus. Saya tambahkan dengan salad dressing Thousand Island (beli jadi dalam botoh nih ) dan sedikit taburan daun Oregano kering. Mantap dah.
Pertama kali saya makan Avocado Shrimp di sebuah restaurant di Sanur. Diajak dan dibayarin makan teman saya. Sumpah!. Enak bangeeeet. Tapi mau nambah malu. Wong dibayarin orang lain. Waktu itu saya masih mahasiswa. Dan kantong saya terlalu kempes untuk makan di restaurant yang pembelinya kebanyakan bule-bule. Tapi sejak itu saya ingat rasanya.
Sekarang setelah saya bekerja dan punya penghasilan sendiri, saya beberapa kali bikin sendiri dan makan Avocado dengan udang ini.
3/. Avocado Telor Panggang.
Nah ini… saya baru nyontek hari ini. Seorang teman mengupload Avocado panggang dengan Telor Ceplok di Facebook. Miih… kelihatannya enak. Jadi saya cobainlah.
Tapi dibanding telor ceplok, saya lebih suka telor dadar diaduk aduk dengan irisan bawang merah bawang putih dan cabe serta sedikit garam lalu dituangkan ke dalam mangkok avocado.
Lalu panggang sekitar 30 menit di suhu 280° C. Wah…. ternyata rasanya mantap banget. Nggak rugi nyontek.
Nah itulah teman teman, 3 cara yang asyik menikmati Avocado. Teman pembaca ada yang punya resep lain?. Silakan dishare.