Monthly Archives: December 2019

Sisa Hidup Kita.

Standard

Minggu yang lalu saya mendengar berita duka, seorang teman meninggalkan dunia fana ini setelah menderita sakit selama sebulan. Lebih sedihnya, karena saya belum sempat menjenguknya padahal saya sudah diinformasikan tentang sakitnya ini minggu yang lalu. Semakin nyesek rasanya.

Walaupun ia bukanlah sahabat yang sangat dekat dengan saya, dan umurnya pun jauuh lebih muda dari saya, tetapi karena kami terhubung di Sos Med, saya bisa melihat keceriaan dari foto- foto dan status yang diunggahnya.

Selalu senang melihat semangat hidupnya. Ia sangat baik terhadap sesama. Sangat menjaga silaturahmi dengan para sahabat dan kerabatnya. Pun ia mengisi hidupnya dengan kegembiraan. Banyak traveling yang ia lakukan baik ke daerah-daerah wisata di Indonesia maupun ke Mancanegara. Sungguh gadis dengan gairah hidup yang luarbiasa.

Tiba-tiba saya mendengar kabar tentang kepergiannya. Rasanya sangat terkejut dan agak sulit percaya. Saya melihat-lihat kembali beranda facebook dan instagramnya.

Saya membaca status kehilangan dan berduka cita yang ia sampaikan untuk sahabatnya yang meninggal bulan yang lalu. Membuat saya merenung. Apa yang ia pikirkan saat membuat status ini?. Apakah ia tahu jika sebulannya kemudian ia yang akan meninggal juga?. Entahlah.Tapi saya rasa ia tidak tahu. Tak seorangpun yang tahu kapan giliran kita akan menghadapi kematian.

Saya jadi teringat Game kanak-kanak yang biasa dimainkan. Saat permainan dimulai, kita diberi 5 buah nyawa yang ditandai dengan tanda jantung ❤❤❤❤❤. Nyawa ini akan berkurang satu ❤❤❤❤ per satu❤❤❤ setiap kali kita melakukan kesalahan. Demikian seterusnya berkurang ❤❤ dan berkurang ❤. Sehingga tidak berapa lama kemudian…. 💔 GAME OVER !!!!. Permainan selesai.

Yang perlu kita lakukan adalah bermain dengan sebaik-baiknya dan secermat- cermatnya agar nyawa kita tidak berkurang.

Syukur -syukur ada jenis game yang memberikan kesempatan untuk meningkatkan jumlah nyawa lagi jika kita sukses melakukan sesuatu. Tetapi ada banyak game juga yang tidak memberi kesempatan penambahan nyawa.

Bagusnya dengan Game adalah kita bisa tahu berapa sisa nyawa kita, sehingga ketika kita tahu bahwa nyawa kita tinggal satu ❤, kita harus bermain dengan sebaik baiknya dan jika tidak kita sudah tahu bahwa sudah waktunya Game Over.

Tetapi dalam kehidupan nyata, kita tak pernah tahu betapa sisa nyawa yang kita miliki. Apakah masih banyak atau tinggal sedikit. Dan tentu saja kita tidak tahu kapan kiranya status kehidupan kita akan menjadi GAME OVER!!!. Dan seandainya pun kita tahu, apakah kita akan tetap tenang menghadapinya?. Atau bahkan tambah stress?.

Mungkin itulah sebabnya Tuhan tidak memberi tahu kita dengan pasti berapa sisa umur kita. Dengan demikian, maka yang terbaik yang perlu kita lakukan adalah berusaha menjalani dan menjalankan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Berbuat yang baik untuk diri kita sendiri dan sesama.

Mengucapkan Salam Dalam Bahasa Bali -Part II.

Standard

Ini adalah lanjutan dari tulisan saya “Mengucapkan Salam Dalam Bahasa Bali – Part I.

Bagian II ini lebih membahas tentang ucapan Salam Umum yang tidak terikat dengan waktu ataupun sebuah kejadian, Ucapan buat sahabat atau kerabat yang sedang sakit atau kesusahan dan ucapan Bela Sungkawa jika ada sahabat atau kerabat yang meninggal dunia.

6/. Ucapan Salam saat Berjumpa

Saat berjumpa, kalimat salam pertama yang diucapkan oleh orang Bali adalah “Om Swasti Astu”. Ucapan ini adalah doa dari yang mengucapkan Salam agar orang yang diajak berbicara berada dalam keadaan baik, sehat dan bahagia. Karena kata Om adalah seruan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan Swasti artinya dalam keadaan baik, dan Astu artinya Semoga.

Om Swasti Astu = Ya Tuhan, Semoga (orang yang saya ajak bicara ini) Engkau berikan dalam keadaan baik, sehat dan bahagia.

Ucapan Om Swasti Astu bisa dijawab dengan doa yang sama kembali, Om Swasti Astu. Bisa juga dijawab dengan Om Shanti Shanti Shanti. Shanti = damai.

Diucapkannya kata Shanti sebanyak 3 x adalah merepresentasikan doa pengucap agar kedamaian yang terjadi di 3 Strata mulai dari yang kecil hingga yang terbesar. Yaitu kedamaian di dalam Hati, kedamaian di Bumi dan kedamaian senantiasa di seluruh Alam Semesta.

Salam Om Swasti Astu juga umum digunakan sebagai pembuka pidato, rapat, tulisan. Dan sebagai penutup dari pidato, rapat ataupun tulisan juga diakhiri dengan Om Shanti Shanti Shanti.

Salam ini tidak mengenal waktu. Berlaku untuk kapan saja.

7/. Ucapan Buat Yang Sakit atau yang kena musibah.

Saat mendengar sahabat atau kerabat yang sakit, tentu saja yang kita ucapkan bukanlah selamat tetapi doa agar yang bersangkutan diberi kesembuhan. Jadi ucapannya adalah “Dumogi gelis kenak”. Semoga lekas sembuh. Atau “Dumogi gelis waras” Semoga lekas sehat.

Dan doa yang paling umum diucapkan adalah “Om Sarwa Wighna, Sarwa Klesa, Sarwa Lara Roga, Winasa ya Namah “. artinya “Ya Tuhan, kami mohon agar segala halangan, segala penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau binasakan ya Tuhan”.

Tetapi jika kita ingin mendoakan si sakit dalam bahasa atau agama/kepercayaan masing-masing juga tidak masalah. umumnya masyarakat Bali sangat terbuka untuk menerima doa orang lain sepanjang niatnya baik. Jadi tidak ada doa baik yang haram hukumnya, walaupun itu diucapkan oleh orang berbangsa/bersuku/beragama lain ataupun dalam bahasa/ agama lain. Sama saja.

Jika kita mendengar ada berita tentang sahabat atau kerabat yang mengalami musibah lain yang tidak terkait dengan kesehatan tubuh i.e kehilangan, kecurian dsb maka ucapan kita adalah “Dumogi polih kerahayuan”

8/. Ucapan Bela Sungkawa.

Orang Bali mengucapkan kalimat “Dumogi amor ring Acintya” saat mendengar teman atau kerabat meninggal dunia. Yang artinya “Semoga bisa menyatu kembali dengan Tuhan Yang Maha Esa”.

Atau mengucapkan doa “Om Swargantu, Moksantu, Sunyantu, Murcantu. Om Ksama Sampurna Ya Namah Swaha” yang artinya ” Ya Tuhan, semoga atna yang menunggal mencapai surga, lalu menyatu denganMu, mencapai keheningan tanpa suka duka. Ampunilah ia, semoga segalanya disempurnakan atas kemahakuasaanMu.

Ini berkaitan dengan keyakinan bahwa setiap mahluk hidup memiliki Atma (roh) yang merupakan percikan suci dari Tuhan Yang Maha Esa (Paramatma).

Atma ini terlahir ke dunia (dan mungkin berkali kali) untuk membersihkan perbuatan perbuatan buruknya hingga kembali benar-benar bersih dan mampu menyatu kembali denganNYA dan tak perlu dilahirkan kembali lagi.

Ketika mahluk hidup meninggal, maka Atmanya akan lepas meninggalkan tubuh kasarnya. Ia akan melalui proses pengadilan yang membuatnya ke naraka atas perbuatan buruknya atau ke surga atas perbuatan baiknya. Tapi Surga ataupun Neraka bukanlah terminal terakhir. Setelah menjalani masa “rewarding” di surga ataupun neraka, jika Atma / roh belum benar benar bersih dengan perbuatannya maka ia dikasih kesempatan untuk lahir kembali guna memperbaiki dosa dosanya itu hingga ia benar- benar bersih dan menyatu kembali dengan Tuhan. Jadi Tuhan adalah terminal terakhir. Bukan Surga.

Itulah sebabnya mengapa doanya bukan “semoga mendapat tempat di sisiNYA”, karena objectivenya adalah untuk menyatu denganNYA, bukan terpisah dan berada di tempat yang berbeda (di sisiNYA).

Mengucapkan Salam Dalam Bahasa Bali – Part I.

Standard

Salah satu pertanyaan yang sering dialamatkan teman ke saya adalah “Selamat pagi, apa dalam Bahasa Balinya ya Bu?”. Ada juga yang bertanya, bagaimana cara mengucapkan “terimakasih” dalam Bahasa Bali. Karenanya saya tertarik untuk menuliskan di sini bagaimana cara kita menyampaikan dan membalas beberapa Salam dalam Bahasa Bali.

Salam adalah Doa.

Serupa dengan suku/bangsa lain di dunia ini, Masyarakat Bali mengucapkan salam dengan cara menyampaikan Doa untuk keselamatan dan kebaikan orang yang diajaknya berbicara. Itulah sebabnya kebanyakan Salam dimulai dengan kata Selamat.

Selamat dalam Bahasa Bali adalah “Rahayu” atau jika ditambahkan kata semoga (dumogi/dumadak) misalnya Dumogi Rahayu (Semoga Rahayu, semoga dalam keadaan baik/ selamat) , maka kata ini berubah menjadi “Rahajeng“. Dua-duanya artinya sama, yakni kondisi seseorang yang dalam keadaan baik, sehat, selamat dan aman dari gangguan apapun serta tidak dalam kekurangan apapun. Bedanya hanya dalam penggunaan.

Sehingga jika tidak merujuk pada waktu atau kejadian yang spesifik masyarakat Bali mengucapkan kata Rahajeng/ Rahayu dalam memberi Salam.

Contohnya “Rahajeng, Bli” atau “Dumogi Rahayu, Bli”. Rahajeng/ Rahayu = baik, selamat, sehat sentosa. Bli = kakak laki-laki.

Maksudnya adalah “Semoga berada dalam keadaan selamat dan baik baik saja ya Kak”.

1/. Selamat Pagi/Siang/Malam.

Pagi = Semeng. Selamat Pagi = Rahajeng Semeng.

Banyak juga yang membubuhkan akhiran “an” sehingga kata Semeng menjadi Semengan. Artinya sama saja.

Siang = Tengahi. Selamat Siang = Rahajeng Tengahi.

Malam = Wengi. Selamat Malam = Rahajeng Wengi.

Kata Rahayu tidak umum digunakan dalam konteks ini. Jadi tidak ada Rahayu Semeng atau Rahayu Wengi.

2/ Ucapan Selamat Khusus & Hari Raya.

Ulang Tahun = Wanti Warsa. Selamat Ulang Tahun = Rahajeng Wanti Warsa.

Tahun Baru = Warsa Anyar. Selamat Tahun Baru = Rahajeng Warsa Anyar.

Menyampaikan Selamat Hari Raya bisa dilakukan dengan mengucapkan kata Rahajeng Dina (Dina = Hari) lalu bubuhkan nama hari rayanya. Misalnya;

Rahajeng Dina Galungan (Selamat Hari Raya Galungan), Rahajeng Dina Kuningan, Rahajeng Dina Saraswati, Rahajeng Dina Pagerwesi dsb.

Atau bisa juga disederhanakan tanpa kata Dina. misalnya:

Rahajeng Galungan, Rahajeng Kuningan dan sebagainya.

3/. Lanjutan Salam.

Secara umum masyarakat Bali tidak berhenti dengan hanya mengucapkan Salam standard Rahajeng Semeng – Rahajeng Wengi saja, tetapi umumnya memberikan doa tambahan lagi atas ucapan salam ini (terurama jika tertulis).

misalnya “Rahajeng semeng. Dumogi sami rahayu”. (Selamat pagi. Semoga semua dalam keadaan baik).

Atau “Rahajeng Wanti Warsa Putu, dumogi setata kenak, bagya tur lantang yusa”. (Selamat Ulang Tahun Putu, semoga selalu sehat, bahagia dan panjang umur).

4/. Menjawab Salam.

Secara umum salam Rahajeng Semeng/ Wengi bisa dijawab singkat dengan mengucapkan salam yang sama “Rahajeng Semeng’/ Wengi) juga.

Tetapi jika salam yang disampaikan adalah berupa ucapan selamat misalnya, ulang tahun, atau hari Raya, maka salam bisa dijawab dengan terlebih dahulu mengucapkan terimakasih lalu dengan mengucapkan salam kembali.

Terimakasih = Matur Suksma. Atau cukup dengan “Suksma” saja.

misalnya “Suksma. Rahajeng Mewali” yang maksudnya adalah ” Terimakasih. Saya mengucapkan doa yang sama baiknya untukmu juga”.

Atau bisa juga menjawab “Suksma. Dumogi rahayu sareng sami”. Artinya “Terimakasih. Semoga semua orang dalam keadaan baik”.

5/. Membalas berita bahagia.

Terkadang kita mendengar informasi/berita dari teman/kerabat tentang rencana pernikahan anaknya, atau akan menyelenggarakan upacara di rumahnya atau di kampungnya. Bagaimana cara kita mengucapkan selamat?. Cara nembalasnya adalah dengan mengucapkan doa agar pelaksanaan acaranya sukses.

Dumogi memargi antar” (semoga berjalan dengan baik tanpa rintangan).

“Dumogi labda karya” Semoga pekerjaannya berhasil.

“Dumogi labda karya sida sidaning don” Semoga pekerjaannya berhasil sesukses suksesnya.

Atau jika ingin mendoakan pengantin

Dumogi langgeng ngantos riwekasan”. Semoga langgeng hingga ke depannya terus.