Monthly Archives: April 2017

Garden Art – Koleksi Kebun Dapur Hidup Saya.

Standard

Koleksi Dapur Hidupku.

Berkebun sayuran ๐ŸŒฑ๐ŸŒฑ๐ŸŒฑmenjadi kegiatan favorit saya setahun dua tahun ini. Ya..  membuat Dapur Hidup! Saking senangnya, saya sampai jarang punya waktu untuk melakukan kegiatan favorit lain di luar jam kantor seperti menulis, menggambar, jahit menjahit ataupun mencoba coba resep cemilan untuk anak-anak. Blog sayapun mulai setengah terlantar. Ya..okelah. setiap orang memang cuma diberi jatah waktu 24 jam, nggak kurang dan nggak lebih. Jadi memang harus memilih, bagaimana caranya menghabiskan waktu yang 24 jam itu dengan cara terbaik menurut kita masing-masing. 

Tapi beberapa hari belakangan ini, tiba-tiba saya mendapat ide untuk membuat kumpulan sketsa hitam putih tanaman sayuran  yang ada atau pernah saya tanam di kebun Dapur Hidup saya. Selain menyenangkan hati, juga untuk mengingatkan saya kelak,  eeh…sayuran ini pernah saya tanam lho di kebun saya. Ada di album “My Garden Collection”. Siapa tahu kehabisan ide untuk menanam apa lagi. Karena lahan pekarangan rumah saya sempit, tanaman sayuran itu kebanyakan memang saya tanam silih berganti. 

Alasan lain adalah, saya lihat kebanyakan orang membuat lukisan , gambar ataupun sketsa bunga atau tanaman hias. Lebih jarang orang membuat gsmbar atau sketsa sayuran. Jadi saya pilih untuk menggambar isi kebun sayuran๐ŸŒฑ๐ŸŒฑ๐ŸŒฑ saja lah kalau begitu. Biar beda ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜ƒ.

Untuk koleksi Dapur Hidup ini, saya memilih menggambar dengan pensil di atas kertas gambar warna putih. Hitam putih saja. Kelihatannya lebih menarik dan klasik. Nah.. ini adalah 6 gambar pertama yang saya buat untuk koleksi Dapur Hidup saya. 

1/. Artemisinin

Artemisinin, alias Kenikir obat  adalah tanaman Dapur Hidup yang sekaligus Apotik Hidup. Karena daun tanaman ini basa digunakan orang untuk pecel, tetapi juga memiliki benefit pengobatan.  Daunnya sangat indah dan keriwil. Sangat menarik untuk digambar. Ukurannya yang kecil memberi tantangan tersendiri saat menggambar, tetapi saya mengakalinya dengan membuatnya menjadi lebih besar.
2/. Sawi Pagoda alias Tatsoi.

Tatsoi adalah ratunya Dapur Hidup di halaman rumah saya. Tampilannya yang cantik dan anggun selalu mendapat komentar dari teman teman yang melihat fotonya ataupun melihat langsung saat berkunjung ke rumah saya “waah.. kalau cantik begini sayang dimasaknya. Jadikan pajangan saja” begitu rata rata komentar teman. Jadi layak banget diabadikan dengan pensil ya. Challengenya adalah bagaimana caranya menggambar  tumpukan daun daunnya yang melingkar membentuk pagoda itu dengan rapi dan tidak tumpang tindih dengan amburadul satu sama lain. 

3/. Sawi Putih alias Pitchay

Pitchay atau Pitsai atau Sawi Putih, tananan sawi jenis lain yang juga sering saya tanam di halaman. Tanaman ini daunnya mengenbang seperti rosette pada awalnya, kemudian menekuk ke dalam dan memadat di tengah pada akhirnya. Terlihat gendut dan lucu. Menarik juga untuk digambar. Challengenya adalah, bagaimana membuat daun-daunnya kelihatan menggelung ke dalam dan terlihat padat.  Yang saya gambar ini adalah tanaman yang masih muda  yang berada di stage baru mulai menggelung daun -daun tengahnya. 

4/. Pare.

Pare adalah tanaman yang dari sononya sudah artistik. Batangnya merambat dengan daun keriting dan sulur sulur yang banyak membuatnya terlihat sangat cantik tanpa diapa-apain. Challengenya seupa dengan menggambar Artemisinin. Bagaimana caranya menggambar bagian kecil kecil kemriwil itu dengan tetap halus. 

5/. Rosemary.

Sekalian keblenger dengan menggambae element tanaman yang kecil kecil, sekalianlah saya menggambar Rosemary. Daunnya kecil kecil banget. Aah…perbesar saja dikit.  Rosemary adalah tanaman bumbu yang baru saya pelihara kurang dari setahun.  Saya sangat suka dengan wangi daunnya. Enak untuk ditabur di atas kentang goreng. 

6/. Sawi Sendok alias Pakchoy

Tanaman ini juga sangat menarik karena pangkal tangkai daunnya yang cekung dan gendut mirip sendok bebek. Juga merupakan tanaman yang paling sering saya tanam di halaman. Karena enak ๐Ÿ˜ƒ. Challengenya adalah bagaimana membuat pangkal tangkai daunnya ini benar benar terlihat cekung di dalam dan cembung keluar. 

Tapi apapun challenge-nya, menggambar sayuran selalu menarik dan menyenangkan. 

Sapo Tahu Dengan Sawi Pagoda.

Standard

Hari ini saya bangun lebih siang. Badan saya terasa agak lebih sehat dibanding kemarin pagi. “Siang ini mau masak apa Bu?” tanya si Mbak. Rasanya kok sangat malas berpikir ya. “Yang ada di tukang sayur sajalah” kata saya. Tapi lalu saya keingetan tanaman sayuran di halaman.๐ŸŒฑ๐ŸŒฑ๐ŸŒฑ Beberapa mungkin harus dipetik segera biar tak ketuaan atau kepalang tumbuh bunga. 

Sayapun ke halaman melihat-lihat sayuran๐Ÿ€. Kebanyakan masih kecil kecil. Tapi ada juga beberapa sisa sisa yang masih bisa dipanen. Ada Kailan dan Daun Pepaya Jepang. Ada juga sisa-sisa Sawi Pagoda yang penghabisan. Dipanen ah!.

Dimasak apa ya? Buka kulkas. Kebetulan masih punya sisa  tofu dan cumi. Ah!. Cukuplah. Mau dimasak Sapo Tahu Sayuran saja. 

Masaknya sederhana saja. 

1/ Sawi Pagoda dibersihkan dan daunnya dipetik satu per satu. Cuci bersih lalu tiriskan. 

2/. Potong-potong  tofu, goreng hingga matang. 

3/. Cumi dibersihkan, dipotong potong dan dicuci lalu digoreng. 

4/. Parut bawang putih, ditumis dengan irisan bawang bombay dan jahe hingga harum. Masukan irisan paprika (kebetulan ada di kulkas). 

5/. Masukkan tepung maizena yang sudah dilarutkan dengan air. Tambahkan sedikit garam dan gula. 

6/. Masukkan cumi dan tofu goreng.  Dimasak kembali dengan api sedang.  Tambahkan sedikit minyak wijen dan kecap inggris. 

7/. Terakhir masukkan Sawi Pagoda kesayangan. Masak dengan api besar lalu angkat. 

8/. Hidangkan panas-panas. ๐Ÿœ๐Ÿœ๐Ÿœ

Sawi Pagodanya sangat enak dan empuk. 

Selamat Jalan & Terimakasih Ibu Guruku Tersayang.ย 

Standard

Kemarin saya mendapatkan kabar duka berpulangnya Ibu Anak Agung Ayu Anom Alit, ibu guru saya waktu Taman Kanak-Kanak. Dumogi Amor ring Acintya. Om Swargantu, Moksantu, Suryantu. Semoga atmannya menyatu kembali dengan Brahman. 

Berita itu saya terima lewat Whatsapp ketika saya sedang rapat di kantor. Tak mampu menyimpan rasa duka, sayapun berbisik kepada teman di sebelah saya tentang kedukaan hati saya. “Ooh guru waktu TK. Masih ingat, Bu?”komentar teman saya. Ya. Guru TK saya. Tentu saja saya masih ingat dan sangat berterimakasih atas jasa beliau dalam mendidik saya. 

Ibu Anom adalah Kepala Taman Kanak-Kanak Bhayangkari Bangli pada masa saya kecil. Bersama dengan Ibu Raden Roro Sri Imari (Bu Erna) dan Bu Pember, Bu Anom adalah guru pertama yang mendidik saya setelah ke dua orang tua saya. Kebetulan sekali ke tiga ibu guru kami ini adalah ibunda dari sahabat-sahabat baik saya. Bu Anom adalah ibunda dari Gung Swasta Wibawa, Bu Erna adalah ibunda dari Erna dan Bu Pember adalah ibunda dari Putu Purwanthi. Oleh karenanya, kedekatanpun kian terasa. 

Ketika pertama kali saya mengenal sosok “Guru” dalam hidup saya,  maka Bu Anom Alit inilah yang saya tahu dan sebut namanya pertama, beserta Bu Erna dan Bu Pember. Beliau memberikan dasar-dasar kepercayaan diri, tata krama, kedisiplinan, dasar-dasar pemahaman garis, bidang dan ruang serta mendorong saya untuk membuka serta mengasah bakat dan kemampuan saya. 

Tentu saja banyak kenangan yang tertinggal di hati saya tentang ibu guru kami ini. Kenangan yang indah tentunya. 

Dahulu, ada sebatang pohon Wani (Kemang) di depan halaman sekolah. Disanalah detiap pagi kami menunggu kedatangan Ibu guru. Jika sudah ada yang terlihat kami langsung mengelu-elukan dengan nyanyian:

Ibune sampun rawuhibune sampun rawuuuhibune sampun rawuuuh…” berulang -ulang dengan riang gembira.  Bu Anom akan mengembangkan senyumnya dan melambaikan tangannya pada kami. 

Setelah itu Bu Anom, Bu Erna dan Bu Pember akan meminta kami semua berbaris, siap grak, lencang kanan, lencang kiri dan berhitung sebelum masuk ke dalam kelas. Semuanya harus rapi dan semuanya harus disiplin. 

Belajar disiplin nggak selesai sampai di situ. Setelah masuk kami harus duduk dengan tertib di bangku masing-masing. Dan itupun ada ceremoninya. Sayang saya lupa lagunya. Tapi intinya dimulai dengan sikap duduk yang baik, dengan kedua tangan disilangkan di depan dada (sidakep). Dua tangan atas, lalu dibentangkan ke samping lalu silang. Barulah pelajaran di mulai. Mengenal garis lurus garis lengkung, bernyanyi, berdoa, menari dan sebagainya. 

Atas dorongan Bu Anom juga saya berani tampil untuk pertamakalinya di atas panggung dalam lomba menyanyi tunggal di Balai Masyarakat Bangli (sekarang bangunannya sudah tidak ada lagi dan berganti menjadi pasar senggol). Dan pertamakalinya juga saya tahu rasanya berkompetisi dan menang mendapatkan juara pertama dengan hadiah boneka ikan berwarna hijau yang sangat besar untuk ukuran tubuh saya saat itu. Saya masih memainkan boneka itu hingga sekitar kelas 4 SD. Dan saya tetap mengenang peristiwa itu di dalam hati saya. Beliau telah membangun kepercayaan diri saya. 

Guru TK adalah guru yang meletakkan pondasi pengetahuan pada setiap anak untuk dibangun berikutnya oleh guru guru sekolah lanjutan dan dosen beserta dengan orang tua dan masyarakat dengan melibatkan si anak itu sendiri.

Dan pastinya itulah yang telah dilakukan oleh Bu Anom Alit terhadap diri saya dan teman teman sehingga sekarang kami bisa mandiri dalam menjalani kehidupan. 

Selamat jalan Bu. Saya sangat berterimakasih. Berharap Ibu masih nendengarkan ucapan terimakasih saya dari atas sana. Kenangan tentang ibu akan selalu hidup di hati saya. 

Tomat Yang Retak.

Standard

Melakukan segala sesuatu tentu ada sisi suka dan dukanya. Begitu juga ketika saya berkebun. Selalu ada bagian yang menyenangkan dan bagian yang menyedihkannya. Bagian yang menyenangkannya sudah pastilah saat melihat tanaman sehat, sayuran hijau segar, cabe memerah dan tomat juga merekah.Bagian yang menyedihkannya adalah ketika melihat tanaman diserang penyakit, daunnya keriting, layu dan akhirnya mati.

Hal lain yang juga menyedihkan adalah ketika sudah menunggu lama dan berharap banyak, tiba tiba buah tomat pada retak-retak. Akibatnya juga jadi busuk dan kurang layak dikonsumsi. 

Saya mencoba mencari tahu penyebabnya. Rupanya itu bisa terjadi jika pohon tomat sempat terexpose terlalu lama di bawah matahari hinggak kering kekurangan air, lalu tiba-tiba menerima pengairan yang berlebih baik itu lewat penyiraman maupun karena hujan lebat yang tiba tiba. Dua keadaan yang extreem. Kalau sudah begini, saya hanya bisa menarik nafas panjang guna melapangkan dada saya. Semoga besok saya lebih pintar bercocok tanam. 

                                  *****

Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan keadaan ini. Segala sesuatu yang terekspose dengan kondisi extreem tentu sangat mungkin akan mengalami keretakan.

Memikirkan ini tiba tiba saya merasa prihatin dengan kondisi kebangsaan kita belakangan ini. Situasinya sangat mirip dengan situasi buah tomat ini. 

Sebagai masyarakat yang memang dari awalnya terdiri atas beragam suku, ras dan agama, leluhur kita telah mengikrarkan diri menjadi satu bangsa yang bertanah air satu yaitu Indonesia. Dan karenanya setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memelihara ke Indonesiaan kita ini. Tidak ada yang mendapatkan lebih dan tidak ada yang mendapatkan kurang. Dalam bernegara hak dan kewajiban kita sama. Tidak ada yang mayor dan tidak ada yang minor. 

 Jika saja setiap warga negara sadar akan ini tentu keIndonesiaan kita akan berkembang dengan baik. Bak buah tomat yang sehat, ia pun akan tumbuh dan berkembang dengan baik hingga matang ranum dengan halus mulus. 

Namun bagaimana jika sebagian dari kita ada yang merasa memiliki hak yang lebih dibanding warga negara yang lain? Lalu berkata dan bertindak semena-mena menghakimi dan mengurangi hak orang lain sebagai warga negara hanya karena tidak satu suku dengannya? Tidak seagama dengannya? Bukankah itu sama dengan memapar keIndonesiaan kita pada kondisi extreem? Yang ujung-ujungnya berpotensi keretakan bangsa? 

Yuk kita yang masih cinta pada Indonesia, kita jaga baik baik persatuan bangsa kita. Nggak usah ngupload status yang aneh-aneh yang berpotensi merusak hubungan kita sebagai bangsa Indonesia!. 

*Renungan di bawah pohon tomat.