Category Archives: Natural Fragrance & Self Healing

LINGZHI

Standard

Hujan mulai sering turun di banyak tempat. Dan seperti umumnya, jamur mulai bermunculan. Saya melihat banyak orang-orang memposting penemuan jamurnya di Sosmed.

Sebagai pengamat jamur, saya penasaran juga. Setiap jalan pagi, saya selalu rajin memeriksa lokasi-lokasi di taman yang menjadi habitat jamur. Tapi jamur di daerah tempat saya tinggal, belum bermunculan juga.

Tapi saya sadari, sebenarnya musim hujan di daerah saya belum mantap. Hujan baru turun sekali-sekali. Belum cukup untuk mengetuk-ngetuk pintu bumi agar para jamur bermunculan kembali dari dalam tanah.

Tetapi tidak semua jamur kemunculannya selalu dari dalam tanah. Misalnya Jamur Lingzhi aluas Ganoderma lucidum, munculnya nggak selalu dari tanah. Bahkan lebih sering dari batang atau akar tanaman. Ah, coba saya lihat, barangkali ada update terbaru dari jamur ini.

Saya ingat lokasi di mana jamur Lingzhi tumbuh. Di bawah pokok Albesia di taman depan. Jadi pagi tadi saya sengaja berjalan ke taman depan untuk mengamati perkembangan jamur ini. Mengingat beberapa saat sebelumnya, akibat kemarau yang panjang, saya melihat jamur kayu itu sudah kering, menghitam dan keras seperti kayu. Sudah cukup lama saya tidak mampir ke bawah pohon Albesia itu.

Ah benar saja. Sebuah jamur Lingzhi tampak sedang dalam pertumbuhannya. Lucunya dia muncul di tengah-tengah jamur generasi sebelumnya yang sudah mengeras.

Selain di bawah pohon ini, saya juga menemukan ada beberapa jamur lingzhi muda muncul, seolah-olah dari permukaan tanah, tetapi setelah saya periksa ternyata itu dari akar tunggang pohon albesia yang lain.

Jamur Lingzhi banyak digunakan dalam pengobatan timur, oleh karenanya banyak orang menjualnya untuk kebutuhan itu.

Pucuk Coccinia Liar Dari Lahan Terbengkalai.

Standard

Saya makan siang di sebuah warung makan di perumahan yang tak jauh dari kantor. Di sebelah warung itu ada halaman kosong yang terbengkalai dan tak terurus. Ada banyak rumput dan tanaman liar tumbuh di situ. Salah satunya adalah tanaman Coccinia grandis (Ivy Gourd) alias Papasan alias Timun Padang yang tumbuh sangat subur walau kemarau sangat panjang. Pucuk-pucuknya sangat banyak. Dan saya heran mengapa tidak ada yang memanfaatkan tanaman ini ?. Padahal pucuk tanaman ini sangat enak disayur. Selain juga memberikan fungsi pengobatan bagi penderira Diabetes, Hypertensi dan Gula Darah tinggi.

Tanaman ini mengandung kadar serat yang tinggi, Vitamins dan Besi.

Sebuah artikel di Diabetes Journal menjelaskan hasil research bahwa 1gram ekstrak tanaman ini yang diberikan setiap hari selama 90 hari, menunjukkan penurunan level glukosa darah sebesar 16% dibandingkan dengan mereka yang tidak diberikan ekstrak ini (placebo).

Akhirnya saya memberanikan diri bertanya kepada pemilik warung. Siapakah yang punya tanaman itu?. “Oooh… itu tanaman liar. Tumbuh sendiri. Nggak ada yang nanem dan pelihara. Malah mengganggu. Belum sempat dibersihkan”, jelas si Bapak.

Wah… kalau dianggap gulma pengganggu, apa boleh saya meminta pucuknya?. Bapak pemilik warung bilang “Ambil saja!. Ambil saja!” katanya sembari memberikan saya gunting untuk memanen pucuk- pucuknya. Saya merasa sangat kegirangan.

Dengan semangat saya pun memanen pucuk-pucuk tanaman Papasan itu. Waaah…luarbiasa!. Tanaman ini sungguh sangat subur. Pucuk mudanya sangat banyak. Saya hanya menggunting yang bagian atas atas saja yang agak jauh dari tanah.

Banyaaaak sekali dan segar segar. Tapi karena panas terik kemarau terasa memanggang, dan teman saya sudah menunggu saya untuk balik ke kantor, akhirnya saya menyudahi panen saya setelah mendapatkan pucuk daun secukupnya. Padahal sebenarnya masih banyak sekali yang bisa dipanen.

Tapi sebaiknya kita memang mengambil seperlunya saja dari alam. Jangan terlalu serakah juga. Cukup untuk sekali masak. Siapa tahu ada orang lain juga yang ingin memanfaatkan. Saya kemudian mengembalikan gunting dan berterimakasih kepada Bapak pemilik warung.

Pucuk daun ini bisa dimasak tumis ataupun direbus untuk lalapan.

Sampai dirumah saya bersihkan dan siapkan agar besok nggak perlu buang buang waktu lagi untuk membersihkan di pagi hari.

Jadi tinggal tumis dengan cepat. Yummy😋😋😋

Menyimak Buku Merdeka 100%.

Standard
Menyimak Buku Merdeka 100%.

Beberapa saat yang lalu, saya mendapatkan kiriman buku menarik dari Agung Karmadanarta, seorang sahabat saya. Buku itu berjudul”Merdeka Seratus Persen” tulisan dari Satria Mahardika. Bercerita tentang perjalanan hidup Kapten TNI AAG Anom Muditha, seorang pahlawan pejuang kemerdekaan yang gugur mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tentara NICA yang ingin merebut kembali Indonesia.

Beliau adalah pahlawan yang saya ceritakan dalam tulisan saya sebelumnya yakni “Berkunjung Ke Tugu Pahlawan Penglipuran“.

Terus terang, walaupun nama pahlawan AAG Anom Muditha ini telah saya kenal sejak kecil, namun sesungguhnya saya baru tahu lebih banyak tentang beliau dari buku ini. Di mana rumahnya, siapa keluarganya, bagaimana perjalanan hidup beliau, dan sebagainya. Ternyata ada banyak sekali pengetahuan baru yang saya dapatkan dari buku ini.

Sangat salut pada penulisnya yang berhasil memaparkan perjalanan sang pahlawan dengan sedemikian detail dan komprehensif, membantu pembaca supaya mampu memahami lebih dalam. Juga memberi konteks yang jelas agar bisa mencerna nilai-nilai luhur seorang ksatria sejati yang tak segan menyabung nyawa demi membela negaranya.

Satria Mahardika dalam pengantarnya mengatakan bahwa beliau merampungkan buku ini dalam waktu 7 bulan, dengan bantuan team yang terdiri atas AAG Bagus Ardana, AA Anom Suartjana, AA Made Karmadanarta, dan AA Bagus Krisna Adipta W. Jika tidak ada tekad bersama yang kuat, tak terbayang bagi saya bagaimana caranya mengumpulkan semua detail informasi yang digunakan untuk membangun buku ini.

Salah satu yang sangat menarik adalah pernyataan AA Gde Bagus Ardana, adik kandung sang pahlawan, tentang tekadnya untuk menuliskan semua kejadian yang tersimpan dalam ingatan beliau dan termasuk informasi lain yang beliau dapatkan. Karena jika tidak, maka kisah perjuangan mempertahankan kemerdekaan ini yang memakan banyak korban akan tetap terkubur dan akhirnya lenyap ditelan jaman.

Bersyukurlah keinginan beliau itu akhirnya tercapai.

Buku yang terdiri atas 244 halaman ini, ditulis dalam 6 Bab, yang secara umum berjalan linear, walaupun saat dibutuhkan, cerita terkadang berjalan paralel.

Di awal buku ini, pembaca diperkenalkan dengan masa kecil Kapten Muditha, dengan orang tuanya, kakak dan adik-adiknya di Puri Kilian beserta kerabat lainnya. Sekilas pembaca juga bisa menangkap system pemerintahan yang berlaku pada masa itu, di mana Bangli dipimpin oleh seorang Regent, sementara ayah Kapten Muditha sendiri adalah seorang Punggawa Kota.

Dari sini kita bisa mengikuti pendidikan yang ditempuh Kapten Mudita mulai dari Holland Inlandsche School (HIS) di Klungkung , lalu ke Handles Vak School (HVS) di Surabaya, berlanjut ke Malangse Handle School (MHS) hingga kemudian menapak kariernya di bidang Militer.

Mula mula beliau menjadi tentara Koninklijk Nederlandch Indiesche Leger (KNIL) dengan pangkat Sersan Satu. Kemudian beliau menerima pendidikan militer Kaderschool di Magelang. Pada tahun 1942 ketika Jepang mulai masuk, beliau mulai diterjunkan ke medan tempur dan sempat menjadi tahanan militer di Cilacap setelah Belanda kalah dan menyerah.

Setelah beristirahat sejenak, beliau sempat menjadi Jumpo (Polisi Jepang) dan menjadi Pelatih Sekolah Polisi Jepang di Singaraja, namun kemudian berhenti karena sakit.

Setelah kesehatannya berangsur membaik, Kapten Muditha mulai aktif menjalankan dharma bhaktinya sebagai putra bangsa. Dengan gigih beliau membangun Badan Keamanan Rakyat daerah Bangli, mengkoordinir Markas Besar Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia wilayah Bali Timur dan memimpin perang gerilya melawan NICA untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dari sini kemudian kisah gerilya mulai bergulir. Berbagai aktifitas latihan kemiliteran dan pembangunan kamp militer dilakukan. Mula mula untuk melawan tentara Jepang , kemudian sebagai bagian dari team pahlawan I Gusti Ngurah Rai, Kapten Muditha memimpin perjuangan wilayah Bali Timur melawan tentara NICA setelah Jepang kalah.

Pertempuran demi pertempuran terjadi secara gerilya. Mulai dari daerah Penulisan, hingga desa desa sekitar Gunung Agung bersama Gusti Ngurah Rai. Mereka berjuang dengan perlengkapan seadanya, makanan seadanya, menahan letih, haus dan lapar dengan hanya bermodalkan tekad yang bulat dan dukungan penduduk.

Sungguh, membaca perjuangan mereka yang demikian gigih, rasanya malu jika kita generasi penerusnya tidak mampu mengisi kemerdekaan ini dengan baik.

Bahkan setelah Letkol I Gusti Ngurah Rai gugur dalam pertempuran di Marga pada tanggal 20 November 1946, Kapten Muditha tetap berjuang. Beliau tetap bergerilya dan menata perjuangan dari Buleleng, lalu berpindah ke Bangli untuk melawan tentara NICA. Segala sesuatunya sangat sulit dan berkali kali harus menyamar, mengirim utusan dan mengatur ulang strategy sesuai dengan perkembangan situasi dan musuh. Hingga akhirnya beliaupun gugur di Penglipuran pada tanggal 20 November 1947. Tepat setahun sepeninggal I Gusti Ngurah Rai. Beliau telah menjalankan dharmanya sebagai seorang ksatria.

Merdeka Seratus Persen!” Adalah pekikan terakhir beliau sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ibu pertiwi disirami darah salah satu putra terbaiknya. Darah putranya yang mengikrarkan kemerdekaan 100% bagi bangsanya.

Tulisan diakhiri dengan penjabaran makna dari pekikan Kapten Muditha tentang Merdeka 100% itu yang diulas dengan sangat baik oleh sang penulis. Merdeka 100% mempunyai makna yang sangat mendalam. Bisa diartikan sebagai sebuah kemuliaan yang terbangun utuh dalam kesatuan hidup, baik secara skala maupun niskala.

Sungguh sebuah buku perjuangan yang membukakan hati. Sangat layak untuk kita baca agar kita bisa lebih memahami makna perjuangan pahlawan kita, lebih menghargai apa arti kemerdekaan yang diwariskannya kepada kita.

Merdeka 100%, itulah cita cita beliau sebagai bangsa. Merdeka penuh. Merdeka untuk semuanya dan dengan totalitas. Yang artinya setiap anak bangsa ini semuanya merdeka tanpa kecuali. Mempunyai hak dan kewajiban yang sama, setara dan adil dengan yang lainnya, tanpa dikurangi haknya ataupun dilebihkan terlepas dari apapun suku, ras, agama dan golongannya.

Bukan berkebangsaan atas azas ego sendiri, yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi maupun kaumnya sendiri ketimbang bangsa dan negaranya. Merasa diri lebih berhak atas tanah air ini melebihi suku lain, melebihi agama lain, melebihi golongan politik lain, dan sebagainya, sementara yang lain dianggap nge-kost.

Saya rasa bukan model berkebangsaan seperti itu yang dicita-citakan dan diperjuangkan oleh para pahlawan dan pendiri bangsa ini.

Sekali lagi, ini sebuah buku yang sangat baik untuk dibaca dan dijadikan referensi sejarah. Semoga kita bisa lebih menghargai petjuangan mereka. Dan mampu lebih baik lagi memaknai keIndonesiaan kita.

Traditional Aromatic Drink: Wedang Uwuh Dari Imogiri.

Standard

Saya mendapat oleh-oleh Wedang Uwuh dari seorang teman yang baru balik pulkam dari Jogja. Senangnya bukan main. Karena saya memang sangat menyukai minuman traditional ini dan benar-benar tidak nenyangka ternyata ada dalam bungkusan ole-oleh teman ini.

image

Bagi yang belum tahu tentang Wedang Uwuh ini boleh saya cerita sedikit  di sini ya..

Wedang Uwuh, sesusi namanya berarti minuman yang terbuat dari sampah tanaman (bukan sampah beneran tapi daun, batang, rimpang tanaman rempah yang sudah kering). Rasanya enak dan hangat. Sangat baik untuk mengurangi perut kembung dan masuk angin.

Yuk kita intip apa yang ada di dalam bungkusy

image

1/. Serutan kayu Secang.
Kayu secang (Caesalpinia sappan) menghasilkan warna merah sesegar syrop marjan jika diseduh dg air panas.
Saya ingat waktu kecil Bapak saya juga pernah membuatkan saya minuman segar berwarna merah dari rebusan sebatang kayu Cang (namanya begitu kalau di Bali).

2/. Daun dan tangkai bunga Cengkeh.
Cengkeh (Syzygium aromaticum), selain memberikan kehangatan juga diyakini membantu melancarkan peredaran darah. Selain itu cengkeh juga mengeluarkan aroma yang hangat.

3/. Daun Kayu Manis (Cinnamon ). Kulit batang Kayu Manis banyak dipakai orang untuk memberi aroma pada makanan atau minuman. Ternyata daunnya juga memberikan efek yang sama.

4/. Jahe (Zingiber officinale) digunakan orang untuk mengatasi kembung perut, pegal-pegal dan rematik. Jahe juga berguna untuk menghangatkan badan.

5/. Gula Batu. Sebagai pemanis.

Di kemasan ada petunjuknya. Dicuci lalu direbus dengan air bersih. Diminum hangat-hangat rasanya mantap.

image

Saya coba juga mendinginkannya segelas. Ternyata tetap
enak juga…

Yuk kita cintai minuman traditional kita!.

Loloh, Minuman Segar dan Sehat dari Bangli.

Standard

image

Kalau mampir ke Bangli, rasanya ada yang tidak lengkap jika tidak minum loloh. Loloh Bangli. Diantara pembaca, tentu ada yang bertanya-tanya, ” Loloh itu apa? “.
Nah… bagi yang belum tahu sedikit saya jelaskan bahwa loloh adalah minuman tradisional Bali yang memiliki khasiat pencegahan ataupun pengobatan dan perbaikan fungsi tubuh. Ada loloh untuk mencegah sariawan, ada loloh untuk mengurangi batuk, ada yang menurunkan demam, menghilangkan sakit perut, untuk menghilangkan bau badan, untuk mengurangi sakit karena rematik, loloh untuk memecah batu ginjal dan sebagainya.  Terbuat dari ekstrak daun-daunan, akar, kulit batang, bunga atau buah tanaman tertentu. Mirip dengan jamu kalau di Jawa.

Rasanya? Ya… yang namanya obat atau jamu,  wajarlah kalau rasanya biasanya agak pahit sampai sangat pahit.
Walaupun demikian ada juga lho beberapa loloh yang rasanya tidak pahit. Justru enak atau segar. Saking enaknya terkadang orang lupa kalau loloh ini sebenarnya memiliki khasiat pengobatan dan bukan semata pelepas dahaga.

Kemarin saya pergi ke Pasar Bangli dan sempat menemukan 3 buah loloh ini ditawarkan di pasar.

1/. Loloh Cemcem.

image

Loloh Cemcem adalah salah satu loloh khas Bangli. Sesuai namanya, loloh ini dibuat dengan cara meremas-remas daun Cemcem untuk mendapatkan ekstraknya lalu disaring dan dibuang ampasnya. Rasanya asam segar mirip rasa buah Kedondong. Cemcem (Spondias sp) adalah tanaman sejenis Kedondong tapi umumnya pendek seperti perdu dan biasa ditanam di pagar rumah, sawah atau tegalan.  Pohonnya tidak sebesar pohon kedondong. Ditanam orang untuk diambil pucuk daunnya yang masih muda dan berwarna hijau kemerahan.

Secara traditional, loloh daun Cemcem yang tinggi kandungan Vitamin C-nya ini dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperlancar sirkulasi darah. Waktu kecil saya sering juga disuruh memetik pucuk daun cemcem ini dari pagar untuk dijadikan loloh atau untuk bumbu masak  pepes.

Selain sebagai loloh tunggal (hanya ekstrak daun cemcem saja), loloh cemcem juga sering ditambahkan ekstrak lain seperti misalnya daun dadap untuk membantu menurunkan demam, atau daun jarak untuk membantu mengurangi gatal kulit atau mencegah sariawan atau daun sirih untuk mencegah infeksi. Ada juga yang nenambahkan gula merah, atau kelapa muda dan sebagainya sehingga fungsi sebagai pemuas dahaganya semakin menguat.

Karena banyak dijual di Desa Penglipuran di Bangli, loloh Cemcem saat ini seakan ikut memperkuat citra Penglipuran sebagai desa traditional yang unik di dunia.

2/. Loloh Bungan Teleng.

image

Loloh cantik yang satu ini sebenarnya cukup unik. Karena sangat jarang dijual orang. Biasanya hanya dibuat sesekali di level rumah tangga. Jadi saya sangat beruntung karena tanpa sengaja menemukannya di pasar. Sesuai namanya loloh itu dibuat dari hasil perasan kembang Telang  atau yang di Bali disebut dengan Bungan Teleng.

Bunga Telang dikenal dengan khasiatnya sebagai obat mata. Orang tua di Bali sejak jaman dulu memanfaatkannya untuk mempertajam penglihatan. Ada yang menggunakannya langsung sebagai pencuci mata, ada juga yang menggunakannya sebagai loloh.

Untuk  obat haus, hasil perasan kembang telang dibubuhi dengan sedikit perasan jeruk nipis atau lemon plus gula batu. Wah…rasanya mantap. Sejuk dan menyegarkan.

Yang nenarik lagi adalah warna loloh ini. Ungu biru terang seperti warna bunganya.

3/. Loloh Kunyit.

image

Nah kalau loloh kunyit saya rasa sudah banyak orang yang tahu. Sama dengan jamu kunyit yang saya temukan di pedagang jamu Jawa yang keliling perumahan di Jakarta. Fungsinya sebagai antibiotik. Banyak dimanfaatkan para wanita untuk mencegah keputihan dan merawat tubuh dan mengurangi bau badan.
Kadang-kadang loloh kunyit juga dikombinasi dengan perasan asam dan atau daun sirih untuk menjaga kesehatan area kewanitaan.

Nah itulah cerita saya tentang beberapa dari jenis loloh yang ada secara turun temurun  dalam tradisi masyarakat Bali, khususnya di Bangli dan yang kebetulan kemarin saya temukan dijual di pasar Bangli.

Sebenarnya masih banyak jenis loloh lain lagi yang ada dalam tradisi masyarakat Bangli, tapi tidak umum diperjualbelikan. Seperti misalnya loloh don kayu manis untuk menenangkan alat pencernaan, loloh don sambilata untuk mengatasi infeksi dan penyakit kulit, loloh akah pule  untuk mengatasi infeksi pencernaan,  loloh don dapdap untuk menurunkan demam, loloh don sembung untuk menurunkan demam, batuk dan pilek, loloh don sembung bikul untuk mencegah batu ginjal, loloh biyu batu untuk  mengatasi panas dalam, loloh baas cekuh untuk meningkatkan stamina, loloh don beluntas untuk menghilangkan bau badan dan sebagainya masih banyak lagi.

Walaupun jaman dulu belum banyak dokter, rupanya para leluhur kita tetap mampu mempertahankan kesehatannya dengan obat-obatan tradisional semacam loloh ini.

Mampir ke Bangli yuuuk…

Cuci Mata: Tas Renda Cantik Dari Yogyakarta.

Standard

Pikiran positive akan selalu menghasilkan hal yang positive“.

*****

Tas Crochet 7

Dalam perjalanan ke Yogyakarta, teman duduk di sebelah saya bercerita “Bu, sekarang yang lagi happening banget  di Yogyakarta itu tas renda, Bu. Nanti kalau ada waktu saya pengen mampir melihat-lihat tas untuk istri saya” katanya.  Sebagai seorang penggemar karya-karya kerajinan crochet, saya jadi tertarik untuk mengekor teman saya itu ikut melihat-lihat tas crochet yang dimaksud.  Lebih baik petang ini saja selagi bukan jam kantor. Akhirnya berangkatlah kami menuju workshopnya di Jl Deresan I no 5, Yogyakarta.

Wah.. senangnya berkunjung ke workshop itu ya seperti ini. Ada banyak produk yang baru saja selesai atau bahkan yang masih belum jadi.  Berbagai macam model. Ada  yang bentuknya persegi, ada yang seperti box, ada yang setengah lingkaran. Ada yang tali panjang, tali pendek. Ada yang besar ada yang kecil. Berbagai macam warna. Ada yang hitam,  coklat tua, beige, biru, hijau,ungu, belang-belang dan sebagainya. Demikian juga motif crochet-nya. Berbagai rupa.  Whuaaa!!!! Saya senang sekali. Dan pastinya… harganya pun lebih miring dibanding jiia kita beli di boutique resmi  di hotel.

Saya sendiri tertarik untuk membeli tas yang modelnya lebih firm, dengan rusuk-rusuk yang kuat. Sudah ketemu sih sebenarnya. Ada 2-3 alternative dan sudah sempat saya foto-foto. Tetapi kemudian ketika melihat tas lain dengan lapis dalam berbahan suede, entah kenapa saya jadi mulai galau dan bingung memilih. Kadang-kadang kalau kebanyakan pilihan, kita malah jadi bingung sendiri. Semuanya bagus. Ha ha..

Dibalik semua karya-karya crochet yang bagus itu, sebenarnya saya lebih tertarik lagi dengan semangat dua orang wanita dibalik brand tas crochet yang bernama TULIP ini, yaitu Mbak Linda dan Mbak Tutut.   Kebetulan keduanya saat itu sedang ada di workshop. Jadi kesempatan banget deh buat saya ngobrol dengan mereka berdua.

Mbak Tutut & Mbak Linda dari TULIP tas rajut

Saya baru tahu kalau ternyata nama TULIP itu sendiri adalah gabungan nama dari 2 orang wanita kreatif itu, yakni singkatan dari “TUtut & LInda Production”.  Owalaaa….keren banget!.

Saya jadi penasaran bagaimana ceritanya mereka bisa memulai bisnisnya berdua?

Mbak Linda bercerita kalau pada awalnya mereka adalah Ibu Rumah Tangga biasa yang berteman gara-gara bertemu saat mengantar dan menunggu anak-anak mereka di Sekolah. Dari sini mereka menjadi bersahabat. Daripada mengisi waktu dengan ngerumpi yang kurang produktif atau menjadikan pertemuan ibu-ibu sebagai ajang pamer kekayaan, mereka memutuskan untuk mengisi persahabatannya dengan sesuatu yang positive. Merekapun mulai membuat batik  dan menggunakannya sendiri. Eh..ternyata para ibu-ibu yang lain pada menyukainya dan memesan. Lalu selanjutnya mereka mencoba membuat tas. Ibu-Ibu yang lainpun menyukainya juga. Lalu rame-rame memesan. Demikian seterusnya mereka memproduksi tas rajut/renda dan dompet, selain juga tas/dompet yang berbahan kulit dan berbahan kain batik.  Memasarkannya dari mulut ke mulut. Bahkan ketika anak-anak sudah tidak sekolah lagi di sana, mereka meneruskan kegiatannya dan mendirikan usaha dengan merk TULIP ini. Wah…luarbiasa!. Positive banget.  Saya sangat terkesan.

Lalu apa bedanya dengan tas rajut merk lain yang ada di kota itu? Mereka memiliki koleksi dengan design -design bagus yang mereka rancang sendiri. Bahkan saat saya di sana, saya juga dipersilakan misalnya jika ingin memesan dengan motif yang begini tapi design yang begitu juga boleh (tentunya perlu beberapa hari ya untuk mengerjakannya). Mereka juga menyediakan tas-tas dengan handle berbahan kulit asli dengan lapisan dalam suede yang berbeda dengan pengrajin lainnya  karena kebanyakan pengrajin menggunakan bahan plastik sebagai handle-nya.

 

Yang jelas, karya ke dua Ibu-Ibu muda ini telah berhasil memperkaya kota Yogyakarta dengan memberikan option lain bagi pengunjung yang ingin mencari oleh-oleh ataupun kerajinan khas Yogyakarta yang bermutu bagus, selain batik, gudeg, bakpia ataupun wingko.  Dan tentunya itu sangat penting bagi kota Yogyakarta sebagai salah satu daerah tujuan wisata.

Saya rasa apa yang dilakukan oleh kedua wanita ini juga bisa memberi inspirasi bagi kita, para wanita agar lebih positive dalam menjalani hidup. Lebih kreatif dan tentunya lebih produktif.

Yuk kita main ke Yogyakarta! Banyak hal menarik yang bisa kita lihat dan nikmati di sini.

Menghadiri Peluncuran Fragrance Baru Vitalis Eau de Cologne 2015.

Standard

Vitalis EDC Celebrite & Glam Star 2Hari Selasa tanggal 25 Agustus yang lalu, saya berkesempatan hadir dalam acara “Vitalis Scentsational Star” berkaitan dengan  launch dua fragrance baru Vitalis Eau de Cologne yakni Celebrite dan Glam Star. Ada banyak acara yang menarik menurut saya.

Diantaranya ada booth untuk Tebak-Tebak Aroma, dimana para undangan ditantang untuk mengadu tingkat ketajaman indra penciumannya.  Ada berbagai jenis sumber fragrance dari alam yang diletakkan di dalam kaleng tertutup kain tipis, peserta dapat mencium aroma bahan pewangi alam itu namun tidak bisa melihat. Diantaranya ada  daun nilam (patchouli), akar wangi (vetiver), melati, mawar, kenanga (Ylang-Ylang), lemon, kayu manis, jahe, cengkeh, adas, kopi, vanila dan sebagainya. Yang menarik di sini adalah, ternyata ada beberapa bahan natural yang cukup mudah ditebak oleh kebanyakan pengunjung, namun ada cukup banyak juga yang sulit. Bahkan ada beberapa pengunjung yang merasa tahu dan sangat akrab akan aromanya tapi tidak bisa mengingat apa nama bahannya. Sangat menarik!.

Vitalis EDC Celebrite & Glam Star 5

Di pojok lain kita bisa ikut mencoba membuat parfum kita sendiri. Panitya menyediakan base fragrance dalam sebuah wadah parfum mini, lalu pengunjung dipersilakan mengambil dan meneteskan cairan yang merupakan oil mix dari natural fragrance, masing-masing untuk top note, middle note dan bottom note dari fragrance. Dosage? Pengunjung dipersilakan meneteskannya dalam dosage yang sesuai dengan selera. Nah..serunya di sini. Karena kebanyakan pengunjung mencium terlebih dahulu ketiga cairan yang ada, lalu cenderung meneteskan cairan yang wanginya lebih disukai dalam dosage yang lebih banyak. Sehingga walaupun dari palette yang sama, terciptalah perfume beraneka ragam sesuai dengan selera tukang aduknya.

Selain itu ada juga photo booth  dan pojokan  dimana kita bisa menemukan beraneka ragam bahan alam untuk fragrance.

Vitalis EDC Celebrite & Glam Star 6

 

Acaranya sendiri diramaikan dengan talkshow yang sangat menarik. Psychologist Dra A. Kasandra Putranto berbicara tentang psikologi perfume. Asal-usul perfume, kaitan perfume dengan ingatan manusia, kaitan aroma dengan perilaku manusia dan sebagainya. Sangat menarik. Karena audience diajak untuk memahami lebih jauh bagaimana aroma tertentu bisa  mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya berdasarkan penelitian, aroma jeruk ternyata cenderung membuat orang yang terpapar oleh aroma ini lebih ingin berbersih-bersih ketimbang orang yang tidak terpapar. Selain itu, aroma citrusy juga meninggalkan perasaan segar dan membangkitkan semangat seseorang. Lavender sebaliknya memberi perasaan lebih tenang dan kalem.

Selain psychologist, dihadirkan juga Fragrance expert Anne Sylvie Selezneff menjadi pembicara. Anne berbicara tentang The Art of Perfumery. Tentang Inspiration, Creation & Composition dari Fragrance. Anne juga memutarkan sebuah film pendek bagaimana sebuah bahan perfume diextract. Dalam hal ini ia mengambil contoh daun nilam (patchouli) yang merupakan salah satu bahan perfume yang berasal dari Indonesia.Vitalis EDC Celebrite & Glam Star 3

Christina Wilsa, Marketing Manager di PT Unza Vitalis menjelaskan tentang Vitalis brand dan launch dua fragrance baru dari Vitalis Eau de Cologne. Dua fragrance baru  ini didesign berdasarkan inspirasi dari gemerlap dan semangatnya geliat kehidupan para celebrities di kota-kota pusat & ajang perfilman dunia  yakni Hollywood dan Cannes

Fragrance Celebrite yang dikemas dalam botol berwarna  orange, terinspirasi dari  semangat yang menyala-nyala para selebriti Hollywood yang sangat inspiratif, ekspresif dan energetik.  Fragrancenya sendiri sangat segar dan elegant, dengan Top note  citrus green, apple & bergamot, Mid note Rose dan white flowers, ditutup dengan Gourmand note yang mewah dan berkelas.

Fragrance Glam Star dikemas dalam botol berwarna hijau, terinspirasi dari semangatnya para celebrities di ajang film Cannes yang classy dan artistik. Fragrance Glam Star sangat energizing dan revitalising dengan Top Note sangat citrus bergamot dan mandarin, Mid note  White floral yang glamour dan extravagant, diakhiri dengan  woody – musky yang lingering, caring dan elegant.

Vitalis EDC Celebrite & Glam Star

Acara ditutup dengan prosesi launch dari 2 fragrance baru ini, dibawakan oleh 2 artis ternama  yaitu Firrina Sinatriya (Celebrite) dan Maria Selena (Glam Star) dalam balutan busana karya Fashion Designer Metty Choa.

Vitalis EDC Celebrite & Glam Star 4

 

Sebelum pulang, diumumkan para pemenang lomba baik yang melakukan Tebak -tebak bahan fragrance maupun yang paling banyak ngetweet dan involve sosial media. Pemenang

Coccinia, Si Timun Padang Penurun Gula Darah.

Standard

CocciniaSuatu ketika saya melihat sejenis tanaman merambat di pagar perumahan di belakang rumah saya.  Tanaman itu memiliki daun yang bentuknya seperti daun labu mini. Batangnya merambat dan memiki sulur yang benar-benar membuatnya semakin mirip dengan labu siam. Bunganya berwarna putih bermahkota 5 lembar – serupa dengan bunga labu parang – namun warnanya putih bukan kuning.

Yang menarik adalah buahnya. Bentuknya mirip mentimun, kecil-kecil berwarna hijau dengan garis-garis memanjang berwarna putih.  Namun disebelahnya saya juga melihat  buahnya yang matang berwarna merah menyala, Menarik sekali warnanya. Beberapa buah yang matang terlihat terbuka memperlihatkan daging buahnya yang merah merekah dan biji-bijinya. Mirip buah pare merekah yang merah. Mungkin rasanya manis juga seperti pare matang. Barangkali buah itu pada dimakanin burung saking manisnya.

Coccinia 1Saya pikir ini tentunya salah satu anggota keluarga mentimun (Cucurbitaceae). Barangkali sejenis pare liar. Saya ingin mencoba mencicipi buahnya. Kelihatan menarik. Tapi karena takut beracun,maka saya mengurungkan niat saya untuk mencicipi.

Karena tidak tahu dan penasaran, saya mencoba bertanya kepada orang-orang di sekitar, barangkali ada yang tahu tanaman apa itu. Ternyata tidak ada seorangpun yang tahu. Saya coba  search di Google, namun karena tidak tahu kata kuncinya, susah juga mencarinya. Akhirnya saya lupa akan buah itu.

Beberapa bulan kemudian,ketika saya sedang memasuki sebuah supermarket di India, saya melihat buah ini dipajang di bagian sayur-mayur. Dan melihat nama Coccinia disebut sebagai namanya. Ooh..jadi namanya Coccinia ya. Dan rupanya memang sejenis sayuran. Jadi tidak beracun, seperti sangkaan saya selama ini.

Coccinia

Minggu yang lalu ketika saya bermain ke kali, saya mencoba mencari-cari tanaman itu kembali. Barangkali masih ada.  Awalnya saya tidak menemukannya. Namun ketika saya sedang memotret kupu-kupu yang hinggap di bunga bougenville, saya melihat tanaman itu kembali. Batangnya melilit batang Bougenville.  Ada beberapa buahnya menggelayut di sana. Beberapa ada juga yang matang. Saya memetik beberapa buah. Mencicipi yang matang – rasanya manis.  Yang muda akan saya masak jadikan sayur.

Dengan berbekal sedikit pengetahuan bahwa tanaman itu bernama Coccinia, akhirnya saya mulai searching di Google.  Coccinia grandis atau disebut dengan Ivy Gourd dalam bahasa Inggrisnya.  Dalam bahasa Indianya disebut dengan Tandora. Ternyata tanaman ini bukanlah tanaman asing di Indonesia. Memang sejenis sayuran. Walah..rupanya cuma saya saja yang tidak tahu. Ada yang menyebut namanya  dengan nama buah Papasan, buah Kemarong atau ada juga yang menyebut dengan nama Timun Padang. Coccinia grandis, kaya akan beta carotene. Dan hebatnya, nenek moyang kita sudah mengetahui bahwa tanaman ini bisa dimanfaatkan untuk menurunkan gula darah.

Tumis Buah Papasan

Saya membaca beberapa rtikel ilmiah mengenai buah ini dan  merasa sangat takjub.  Banyak sekali efek farmakology yang dimilikinya, antara lain:

1. Efek Antibakterial.Ekstrak dari daun dan batang tanaman ini, rupanya efektif terhadap baik bakteri gram positive (seperti bakteri Bacillus cereus, Corynebacterium diphteria, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus pyogenes) maupun gram negative (Salmonella typhi, Eschericia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Proteus myrabillis, dan Shigella boydii).

2. Efek Hepato-protective. Tanaman ini juga memberikan efek perlindungan yang sangat baik terhadap hati. Terbukti dari penelitian yang dilakukan cukup efektif menurunkan level SGOT

3. Efek Antidiabetik – penurun gula darah. Juice dari akar dan daunnya banyak digunakan untuk pengobatan diabetes. Daunnya dimanfaatkan juga untuk pengobatan koreng pada kulit. Juga dipergunakan untuk pengobatan Gonorrhea. Ekstrak tanaman ini mempunyai efek  hypoglycaemic dan antihyperglycaemic. Berperanan dalam mengatur kadar gula darah.  Kandungannya menghambat enzyme glucose -6- phosphate.

Buah papasan

4. Anti pyretic – Tanaman ini juga digunakan untuk obat demam.

5. Antelmenthic & larvicidal  – obat cacing & pengobatan terhadap larva.

6. Anti inflamatory – untuk mengatasi peradangan.

7. Analgesic .- pengurang rasa sakit.

Bagian yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan adalah daun dan akarnya. Sayapun mencoba tumis buah papasan alias coccinia ini. Dan  ternyata rasanya enak sekali.  Segar dan sedikit ada rasa manis asemnya. Sekarang saya tidak sabar menunggu buah liar ini menjadi tua untuk saya semai kembali bijinya.

References:

1. http://www.pharmacophorejournal.com/May-June2012-article3.pdf

2.http://www.diabetes.org/news-research/research/access-diabetes-research/kuriyan-coccinia-cordifolia-and-diabetic-patients.html

3. http://www.apjtb.com/zz/2011s2/34.pdf

Jogjakarta: Ginger And Javanese Massage.

Standard

air jahe

Salah satu hal yang membuat saya selalu bangga akan tanah air adalah kebudayaannya yang kaya raya.  Tentu saja pada awalnya saya tidak terlalu  memperhatikan dan menghargainya. Semuanya terlihat seperti hal sehari-hari  yang terabaikan dari  pemikiran. Terlalu biasa dan tak ada yang tampak istimewa.Setelah beranjak dewasa dan mendapatkan kesempatan untuk melihat-lihat bagian lain dari dunia ini, barulah  saya menyadari betapa kayanya Indonesia. Betapa beragamnya budaya,adat, kebiasaan,kesenian, makanan dan sebagainya  yang bisa disajikan oleh berbagai suku yang ada di Indonesia. Sejak saat itu, saya mulai lebih menghayati setiap pengalaman yang saya dapatkan dari setiap kunjungan saya ke setiap sudut tanah air. Read the rest of this entry

Berkawan Dengan Air.

Standard

Ada hal yang paling saya takuti saat melakukan perjalanan jauh. Yaitu Sakit. Terutama jika perjalanan itu harus saya lakukan seorang diri. Walaupun pada akhirnya di tempat tujuan saya pasti akan ditemani oleh orang lain, namun tentu saja menjadi tidak mengenakkan jika kita harus membebani teman dengan keluhan kita. Oleh karenanya, saya benar-benar takut sakit. Read the rest of this entry