Biji Cempedak goreng1Cempedak! Pertama kali mendengar nama itu dari buku bacaan di Sekolah Dasar. “Ibu membeli cempedak. Lalu dibuat kolak”. Walaupun tidak pernah melihat bendanya, namun saya bisa membayangkan bentuknya yang mirip buah nangka. Setelah saya tinggal di Jakarta,barulah saya tahu yang namanya buah cempedak.  Wanginya menggiurkan. Lebih wangi dari buah nangka, namun setelah dicicipi ternyata tidak semanis buah nangka. Rasanya tidak semanis wanginya.

Suatu siang, saya melihat pedagang cempedak. Maka sayapun membelinya. Akhir pekan, saya berencana menggoreng cempedak untuk teman minum teh. Setelah membersihkan dan memisahkan daging buahnya, kini tinggallah ampas dan bijinya. Buat apa ya?

Di kampung saya,biji nangka biasanya dimanfaatkan untuk camilan. Buat iseng-iseng sambil nonton atau sambil mengerjakan pekerjaan lain, atau teman minum kopi. Biasanya direbus. Kata tetangga saya itu namanya “Beton” – lucu juga. Walaupun kelihatannya tak jelas bagaimana asal-usul kata Beton itu dipakai untuk menggantikan kata “Biji Nangka”. Di kampung saya, biji nangka disebut “Batun Nangka” – bukan “Beton Nangka” (ternyata serupa juga ya..tinggal mengganti a dengan e dan u dengan o).

Buah CempedakSekarang pertanyaannya, apakah beton cempedak ini enak juga dicamil? Bijinya kelihatan tipis dan tidak setebal kulit biji nangka. Akhirnya saya melakukan 2 eksperiment, setengah saya rebus dan setengahnya lagi saya iris-iris, lalu saya goreng.

Anak-anak ikut menonton saya di dapur. Sambil mencicipi beton cempedak rebus. Menurut saya rasanya agak beda dengan biji nangka rebus. Tapi not bad-lah.. Lumayan buat teman minum teh saat hujan begini.

Untuk biji cempedak yang digoreng, hasilnya agak lembut dan empuk. Tidak garing seperti biji nangka. Untuk memberi variasi rasa, lalu saya taburi dengan garam, merica dan cabai kering yang ditumbuk kasar. Hmm..ternyata enak!. Ada yang mau coba?

 

 

5 responses »

  1. Pingback: Cempedak Khas Kalimantan | annisapurnama14

Leave a comment