Seorang keponakan memasang foto telapak tangannya sebagai profile blackberry-nya. Karena cukup unik, maka saya meng-click gambar itu. Wah… ada banyak garis-garis kasar dan halus tentunya. Mengingatkan saya akan Palmistry, alias ilmu Baca Garis Tangan. Tentu saja saya bukanlah seorang ahli Palmistry. Namun demikian, saya punya pengalaman masa kecil yang menarik berkaitan dengan garis tangan ini.
Suatu kali, saya menemukan sebuah sisipan berupa buku kecil dari salah satu majalah wanita langganan ibu saya. Sisipan itu mengulas tentang Garis Tangan dan artinya. Dijelaskan bahwa setiap garis di telapak tangan kita itu ada maknanya.
Ada yang bernama Garis Kehidupan (Line of Life), yakni garis yang berasal dari suatu titik diantara Jempol dengan Jari Telunjuk, melengkung mengikuti alur jempol dan berakhir di tengah pergelangan tangan, menceritakan tentang nasib kesehatan seseorang.
Lalu ada yang bernama Garis Kepala (Line of Head), juga asalnya berada di posisi antara jempol dengan jari telunjuk, namun ia membelah telapak tangan menjadi dua bagian, atas dan bawah, sehingga ujungnya berakhir di seberang jempol. Garis ini konon menceritakan kemampuan isi kepala seseorang.
Berikutnya ada lagi yang namanya Garis Hati (Line of Heart), berada di atas Garis Kepala.Tapi berawal justru dari bawah kelingking terus memanjang menyeberangi telapak tangan dan berakhir di bawah telunjuk. Konon garis ini menceritakan kepekaan hati seseorang.
Lalu ada lagi yang menarik, yakni garis yang tegak lurus ke atas. Membelah telapak tangan menjadi dua bagian, kiri dan kanan. Yang tegak lurus di bawah jari tengah namanya Garis Karir, sedangkan yang tegak di bawah jari manis disebut Garis Sukses.
Saya pikir saya memiliki Garis Kehidupan yang baik, Garis Kepala yang baik dan demikian juga Garis Hati yang baik. Tapi Garis Sukses? Garis Karir? Wadow!! Ternyata saya tidak mempunyai Garis Karir dan Garis Sukses sama sekali. Tangan saya bersih. Tidak ada sepotong garis tegakpun di situ. Saya tidak punya. Lah? Apakah itu berarti kelak saya tidak akan punya karir? Atau malah tidak akan pernah sukses?
Tentu saja tidak ada yang mewajibkan saya untuk percaya akan apa yang dikatakan dalam buku sisipan itu. Setiap orang boleh percaya boleh tidak. Kebetulan saya termasuk orang yang berpendapat bahwa setiap ilmu, apapun jenisnya tentu memiliki sekian % kebenaran dan sekian % tantangan yang masih perlu dieksplorasi dan dibuktikan kembali kebenarannya sesuai dengan waktu, lokasi, kondisi dan dimensi lainnya.
Ilmu Biology memiliki sekian % kebenaran, sekian % sisa pertanyaan yang belum terjawab. Demikian juga Matematika, Sejarah, Fisika, Kimia, Farmasi, Parasitology, Virology, Astronomi, Filsafat dan sabagainya. Semuanya sama. Masalahnya hanyalah, siapa yang tahu pasti besar kecilnya persentase kebenaran dari masing-masing ilmu itu? Saya pikir hingga saat ini belum ada manusia yang mampu menjawabnya. Kebenaran mutlak itu hanya ada padaNYA.
Termasuk Ilmu Palmistry seperti dalam buku sisipan majalah wanita itu. Jadi sekian %-nya ya….saya percaya juga. Karena saya pikir ilmu ini ada, pasti ditulis berdasarkan pengalaman atau catatan para orang bijaksana jaman dulu. Walaupun sekian %-nya tetap saja saya penasaran mencari penjelasan logika akan kebenaran ilmu itu.
Selain itu, saya juga termasuk orang yang berpendapat bahwa ada terlalu banyak ilmu di dunia ini. Ada yang kita kuasai, ada yang tidak. Misalnya ada orang yang jago ilmu Kimia tapi mungkin tidak paham ilmu Tata Bahasa. Ada orang lain yang lebih paham ilmu Agama, tapi mungkin lemah penguasaannya di bidang Ilmu Geology. Dan sebagainya. Dan pastinya, jika kita menguasai sebuah ilmu dengan baik, bukan berarti bahwa ilmu kita sendirilah yang paling benar dan ilmu orang lain yang tidak kita kuasai itu salah.
Kembali lagi ke soal Garis Telapak Tangan ini. Semakin sering saya menengok sisipan itu kembali, akhirnya saya mulai memiliki pikiran lain. Apa yang sebenarnya mempengaruhi garis tangan itu? Apakah benar-benar murni karena kelahiran, atau dipengaruhi juga oleh faktor lain setelah kelahiran? Saya mencoba menekuk telapak tangan saya dan mulai menyadari bahwa bentuk garis tangan itu, ternyata juga dipengaruhi oleh kebiasaan kita menggenggam dan cara kita menekuk telapak tangan kita. Terbukti bahwa di tempat di mana kita menekuk, di tempat itulah muncul garis. Semakin dalam kita menekuk, semakin dalam pula garis itu. Ah!! Seketika saya merasa mendapatkan pencerahan. Jadi….belum tentu garis tangan itu ada hubungannya dengan nasib, tapi justru dengan kebiasaan kita sehari-hari.
Saya lalu berlatih menekuk telapak tangan saya secara vertikal, sehingga terbentuk garis vertikal yang membelah telapak tangan kiri-kanan di bawah jari tengah. Dan juga di bawah jari manis. Setiap hari dalam setahun. Selama beberapa tahun. Walhasil, setelah bertahun-tahun saya melakukan kebiasaan itu…horeeee!!! Sekarang saya punya Garis Karir dan Garis Sukses!. Tentu saja buatan! Di kedua telapak tangan saya. Kiri dan kanan!. Saya berhasil mengelabui Garis di Telapak Tangan saya sendiri.
Nah..itu adalah cerita saya tentang masa kecil saya. Sekarang garis-garis di telapak tangan saya sudah sangat banyak, karena tangan saya mulai sedikit keriput. Seiring dengan menuanya kulit saya. Tapi apakah berarti saya benar-benar berhasil mengelabui nasib saya?
Apakah akhirnya sekarang saya punya karir yang hebat? Ya… tidak hebat-hebat amat juga. Tapi ya.. saya punya pekerjaan dan karir juga sih… Tapi menurut saya, jelas-jelas itu karena usaha, pembelajaran, pemikiran, kreatifitas serta kerja keras yang saya lakukan secara konsisten selama puluhan tahun. Jelas bukan karena Garis Karir di tangan saya itu.
Lalu apakah saya sukses? Entahlah! Bagi saya sukses itu sangat relatif. Apa yang buat saya terasa sukses, belum tentu berarti sukses bagi orang lain. Berhasil membujuk anak saya makan dengan baik, buat saya sudah sukses. Berhasil mencapai target penjualan, menurut saya juga itu artinya sukses. Berhasil mengembangkan dan memasarkan sebuah produk baru , bagi saya itu juga sukses. Berhasil menebar biji bunga zinnia dan membuatnya berbunga juga itu sebuah kesuksesan. Namun menurunkan berat badan, saya pikir saya belum sukses-sukses juga. Ah..sebenarnya, selain banyak cerita sukses, banyak sekali cerita gagal juga dalam kehidupan saya. Mungkin berimbanglah jumlahnya
Dan lagi-lagi saya pikir sekarang, tentu saja hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan garis tangan saya. Juga tidak ada urusannya dengan kesuksesan saya membuat Garis Sukses buatan di telapak tangan saya. Sukses terjadi ketika kita berusaha keras dengan cara yang baik dan benar dalam melakukan apa yang ingin kita lakukan. Bukan terjadi ketika kita memiliki Garis Sukses di telapak tangan kita.
Demikianlah kisah Garis Karir dan Garis Sukses di telapak tangan saya. Apakah ada yang ingin mencobanya juga? Ha ha..