Monthly Archives: May 2023

HARI YANG BARU.

Standard
Jalan pagi di taman

Memasuki minggu ke 3, menjalani tantangan berolah raga pagi min 30 menit sehari. Ini hari pertama di putaran ini yang harus dijalani dengan penuh semangat.

Sembari berjalan saya merenung-renung. Ini hari Senin. Saya menghitungnya sebagai awal putaran menghadapi tantangan bergerak badan setiap hari selama 7 hari berturut-turut, entah itu jalan kaki, lari kecil, senam, main basket dan sebagainya. (Belakangan ini sih saya hanya jalan kaki ringan saja). Saya mulai setiap hari Senin sebagai hari pertama, agar saya mudah menghitungnya. Senin adalah hari pertama putaran minggu yang baru. Yap!

Setiap minggu selalu ada hari barunya. Dan setiap pagi adalah permulaan hari baru. Dan pagi datang setiap hari, bukan hanya pada hari Senin 😀.

Tentu saja karena Bumi berotasi dan kembali ke posisi yang sama yang berhadapan dengan Matahari setiap 24 jam sekali. Tepatnya 23 jam, 56 menit dan 4 detik.

Mengapa setiap hari selalu ada hari baru?

Pagi hari yang baru, membuat kebanyakan mahluk hidup, termasuk manusia, kembali bersemangat dan bergairah, setelah semalaman beristirahat karena seharian kemarin lelah, penat berpikir, berbicara, serta beraktifitas lain. Ibaratnya sebuah perangkat yang sudah kepenuhan dengan data dan bercampur virus, diatur ulang alias dire-set ke titik awal.

Sebenarnya alam sudah mengatur sedemikian rupa, agar semua mahluk di bumi ini untuk setiap hari terbangun di pagi hari dengan suasana hati yang nyaman. Sinar matahari mulai terang tapi nggak panas nyelekit. Bunga-bunga bermekaran, burung-burung bernyanyi. Oh indahnya.

Tentu semua itu diptakan agar manusia semangat dan bergairah menjalani harinya. Setelah itu ya silakan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sendiri- sendiri. Melempar perkataan dan tindakan ke alam sekitar dan juga merespon terhadap apa yang lingkungan sekitar sajikan untuk kita.

Ada yang melempar dan membagikan senyum, kasih sayang, kebaikan dan kepedulian terhadap sesama. Ada juga yang melempar dan membagikan amarah, kesal, iri hati, kesombongan, kejahatan dan sebagainya. Tinggal kita memilih, apa yang akan kita lemparkan dan bagikan ke lingkungan alam sekitar.

Demikian juga alam dan lingkungan sekitar, yang berisi tanah, bebatuan, sungai, jalanan, gunung, perbukitan, pepohonan, binatang, manusia, pasangan, anak keluarga, kerabat para sahabat, teman-teman, orang-orang lain, semua itu berinteraksi dengan kita. Merekapun sama, ada yang melempar dan membagikan kebaikan, cinta, kasih sayang, kepeduluan, perhatian, bantuan, penghiburan dan segala hal baik lainnya, tetapi ada juga yang melempar kemarahan, keketusan, kejutekan, iri hati, kesombongan. Kadang alam juga mengirim banjir bandang, gempa bumi, gunung meletus dan sebagainya.

Karenanya, pagi kita yang sudah di re-set oleh alam dalam posisi cerah, semangat dan bergairah, bisa jadi semakin cerah dan bahagia jika kita melempar dan mendapatkan hal-hal yang baik, kasih sayang, kepedulian, perhatian, pertolongan terhadap sesama dan sebagainya. Dan kita juga merespon kejadian sepanjang hari dengan ketenangan, kesabaran, ketekunan, keikhlasan hati, tetap berterimakasih dan bersyukur.

Sebalknya hari kita bisa berubah menjadi rungsing, mengesalkan dan bahkan mungkin menyakitkan, jika yang kita lemparkan & kita terima adalah hal hal yang menyedihkan, kemarahan, kekesalan dan hal buruk lainnya. Dan kita meresponnya juga dengan kepanikan, ketakutan, kebencian, kecemburuan, kemarahan dan sejenisnya. Jadinya lelah, stress dan jenuh.

Namun demikianpun, alam tetap memahami kelelahan itu dan menyediakan malam agar kita beristirahat dan kembali melakukan re-setting terhadap mental fisik kita dengan mengikuti iramanya.

Sekarang saya mulai menyadari, mengapa sebagian orang yang diberkahi dengan kesadaran ini melakukan Surya & Chandra Namaskara, penghormatan terhadap Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan Matahari dan Bulan yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia di planet Bumi ini.

Pagi ini perangkat diri saya telah dire-set ulang ke posisi senang dan bahagia. Semoga hari ini saya bisa melempar kebaikan ke sekitar dan merespon sekitar dengan baik dan penuh syukur.

MENGGANTI KAOS KAKI USANG.

Standard

Berjalan kaki kali ini terasa ada yang aneh. Langkah terasa agak berat tak seperti biasanya dan jalanpun menjadi sedikit lebih lambat.  Telapak kaki terasa licin dan mudah bergerak maju ke ujung sepatu setiap kali kaki melangkah dan telapak bergesekan dengan sol sepatu. Beberapa kali jari kaki saya mencengkeram seolah sedang ngerem 

Saya belum pernah merasakan ketidaknyamanan seperti ini sebelumnya. Sejenak kemudian saya baru menyadari, jika perasaan licin itu disebabkan oleh kaos kaki baru yang saya pakai.

Saya memang mengganti kaos kaki dengan yang baru, mengingat beberapa kaos yang biasa saya pakai mulai berumur.

Sebenarnya kaos kaki yang lama itu masih pada bagus-bagus, masih bersih, tebal dan sebenarnya enak di kaki, hanya saja karena sudah bertahun-tahun dipakai, pas di bagian pergelangannya mulai ada yang sedikit kendor sebelah. Mungkin material yang bersifat elastiknya ada yang mulai getas dan rapuh. Begitulah. Namanya juga sudah berumur ya. Sebelum para kaos kaki ini benar-benar kendor dan nantinya pada melorot, maka saya gantilah dengan kaos kaki generasi baru.

Barangkali kaos yang baru ini terbuat dari materi yang berbeda. Saya tidak tahu namanya.  Lebih tipis dan lebih  licin dari yang sebelumnya. Awalnya saya pikir ini lebih bagus. Soalnya tampilannya kelihatan lebih bagus dan halus.  Tapi ternyata saking tipis dan licinnya malah menggelincir di dalam sepatu dan membuat kaki berasa nggak nyaman. Dan langkah terasa berat dan tak leluasa.

Sangat berbeda dengan yang sebelumnya. Yang sebelumnya sangat enak dan nyaman baik buat diajak jalan pelan ataupun lari. Terbuat dari material yang lebih kasar, tebal dan tidak licin. Rupanya untuk kaos kaki buat jalan gini memang lebih tepat dibuat dari materi yang kasar dan tebal begini, sehingga tidak banyak bergerak di dalam sepatu.

Lah… saya baru menyadari hal ini. Artinya memang apa yang saya lakukan ini, mengganti kaos kaki tua yang tebal dan kasar dengan yang baru tapi tipis dan licin, bukanlah pemecahan yang terbaik.  Saya mencoba memecahkanmasalah yang saya prediksi akan datang, dengan cara mengundang masalah baru yang malah lebih buruk.

Setidaknya  jika ingin mengganti sesuatu yang sudah usang, pastikan bahwa penggantinya memiliki kwalitas yang lebih baik, atau minimal sama dengan yang sebelumnya. Sehingga kita bisa bergerak dengan nyaman dan cepat sesuai dengan target yang kita inginkan.

Sebuah pelajaran berharga.

GUGUR BUNGA.

Standard

Pagi ini saya jalan di taman. Terkejut melihat hamparan rumput yang menguning bertabur bunga-bunga Tabebuya yang berguguran. Rumput terlihat sangat cantik indah. Namun di sisi lain membersit kesedihan & rasa pilu di hati, melihat bagaimana bunga-bunga kuning yang sebelumnya memancarkan semangat dan gairah tinggi itu harus jatuh, layu, menjadi coklat dan membusuk di tanah.

Lahir, tumbuh, berkembang, berbiak , lalu layu dan akhirnya gugur ke tanah, adalah sebuah siklus kehidupan. Dan juga sebuah keniscayaan. Setiap mahluk hidup pasti mengalami atau pasti akan mengalaminya. Tidak ada yang bisa luput darinya. Bagaikan grafik, mulai dari titik nol, menanjak, mencapai puncak, lalu menurun hingga kembali ke titik nol.

Ketika fase menanjak hingga ke puncak, setiap mahluk menanggapinya dengan penuh harapan dan suka cita. Namun ketika fase menurun itu tiba, tidak begitu mudah bagi setiap orang untuk siap menerima dan menyadari bahwa sesungguhnya ini adalah sebuah siklus kehidupan yang harus dijalani. Mungkin termasuk saya sendiri ha ha ha 😀😀😀.

Saya mungkin salah satu dari orang yang belum siap menjadi tua. Walau usia semakin ke sini semakin jauh melewati garis meridian. Walau kadang dengkul atau sendi terkadang kaki kaki mulai terasa kaku, tapi setiap hari rasanya masih memiliki angan tinggi yang ingin saya gapai, impian dan semangat yang menggebu-gebu untuk maju dan melakukan sesuatu, belajar sesuatu yang baru untuk menambah pengetahuan tentang hidup.

Tahun lalu itu saya kaget sendiri, lho… kok tiba-tiba sudah memasuki usia pensiun saja, padahal rasanya baru kemarin mulai melamar pekerjaan wk wk wk 🤣🤣🤣.

Namun, karena siklus hidup adalah sebuah keniscayaan, dan tak satupun mahluk bisa menolaknya, ya saya harus menerimanya dengan lapang dada. Mungkin seperti bunga- bunga cantik Tabebuya ini yang heran tiba-tiba menyadari dirinya.

“Lho?! Kok aku berbaring di rerumputan ini ya?. Bukannya biasanya aku bergelantung di pucuk pucuk pohon, memamerkan sumringah warna bungaku ya?”

Sang rumput pun menjawab,” Lha iya, memang waktumu sudah tiba”

Si bunga-bunga Tabebuya nyengir mendengar komentar si rumput.
“Oh ya, benar juga ya. Tak ada yang bisa mengalahkan sang waktu”

Ha ha..itu cerita karangan saya sendiri, saat memandang hamparan rumput penuh dengan bunga-bunga gugur ini.

Tapi yang jelas, saya memang harus menyadari bahwa siklus kehidupan itu adalah sebuah kepastian. Bahkan sesungguhnya sejak kecilpun orang tua saya sudah mengajarkan tentang tahapan hidup yang disebut dengan CATUR ASRAMA yang perlu dilewati dengan sebaik-baiknya. Harusnya saya tidak perlu kaget ataupun terheran-heran lagi.

Saat kecil orang tua saya menekankan bahwa saat itu saya sedang dalam fase BRAHMACHARYA, dimana saya mesti fokus pada tugas saya untuk belajar dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Jadi jangan banyak pacar-pacaran atau memikirkan menikah dulu. Pastikan sekolah lulus dengan sukses.

Lalu ketika kuliah sudah selesai, saya memasuki fase GRAHASTA, dimana saya sudah berumah tangga dan mencari nafkah untuk menjaga dan menghidupi keluarga saya. Orang tuapun kembali memberi peringatan, agar saya fokus pada kehidupan berumah rangga, menghidupi & membesarkan anak, termasuk dengan cara bekerja.

Dan sekarang saya tiba pada fase kehidupan WANAPRASTA, masa pensiun dimana saatnya secara bertahap menyerahkan keputusan dan tanggung jawab pada generasi berikutnya. Untuk kemudian memasuki fase SANYASIN, fase akhir dalam kehidupan dimana saya harus mulai mengurangi keinginan dan keterlibatan duniawi serta menyiapkan diri untuk kembali kepadaNYA.

Jadi semua arahan yang diberikan oleh orang tua sebenarnya sudah sangat jelas.
Saya hanya perlu memastikan bahwa saya menjalani setiap tahap kehidupan ini dengan sebaik-baiknya saja.

Kembang Tabebuya yang berguguran.