Category Archives: Film

Ngobrol Buku “Resep Rahasia Cinta”.

Standard

Dari acara Ngobrolin Buku “Resep Rahasia Cinta” di Gedung Kompas, Jl Jayagiri 3 Renon- Denpasar, Bali.

Dihadiri beberapa teman penulis, sahabat, mahasiswa dan pelajar, acara ini dimotori oleh Bali Mangsi Foundation yang dikomandani oleh sahabat Gde Hariwangsa , pengantar acara Budi dan moderator Maria Ekaristi.

Acara ini diawali dengan sambutan Cok Yudistira dari Kompas,  dilanjutkan dengan pemutaran film “Resep Rahasia Cinta” yang dikembangkan dari salah satu cerita di buku ini,  disutradarai oleh Rudi Rukman

Pembahasan tentang isi buku tidak terlalu banyak. Audience lebih tertarik untuk mendiskusikan proses penerjemahan tulisan ke bentuk media lain seperti media audio visual, soal target audience, soal, proses editing, dll.

Sutradara Rudi Rukman bercerita tentang bagaimana ia mulai menggunakan cerita-cerita yang ada di buku “100 Cerita Inspiratif” dan ” 50 Cerita Inspiratif- Resep Rahasia Cinta” dan mengembangkannya ke dalam bentuk film. Step pertama tentu dengan cara mengadaptasi tulisan asli ke dalam bentuk Naskah Film yang ia pecah menjadi scene demi scene sesuai dengan durasi yang diinginkan. Saat ini ia bekerjasama dengan pihak Genflix dan sebuah Station TV Swasta untuk penayangannya.

Ia juga menceritakan strategynya agar bisa terus produktif dengan cara memproduksi low budget film dengan memanfaatkan sponsor-sponsor atau pihak usaha yang bisa diajak bekerjasama.

Pembicara Tamu, Agung Bawantara, penulis, pembuat film dan penggagas Denpasar Film Festifal,  memberikan pencerahan kepada audience, bahwa dari bentuk tulisan ini sebenarnya banyak peluang penterjemahan ke dalam bentuk media lain seperti Film seperti yang dilakukan oleh Sutradara Rudi Rukman,  bisa juga dalam bentuk cut video pendek, atau reels  yang bisa ditayangkan di Facebook, atau Tik Tok, dan jika kita hanya mengambil audionya saja, bisa dijadikan materi untuk radio,  atau juga bentuk pembacaan yang juga bisa ditayangkan di Youtube.

Dengan berkembangnya teknologi, sebagai penulis, sebetulnya kita bisa memanfaatkan berbagai bentuk media untuk menyalurkan ide-ide dan kreatifitas kita. Peluang bagi setiap penulis untuk mendiversifikasi karya-karyanya ke dalam multi media.

Potensi Untuk Bali.
Agung juga melihat potensi Bali sebagai sentra produksi perfilman, tentunya dengan perbaikan sarana prasarana agar memadai.

Mendengar ini, Rudi Rukman menambahkan bahwa ia juga melihat peluang usaha penyedia talent di Bali, mengingat pengalamannya sendiri yang sering kesulitan dalam mendapatkan talent yang sesuai ketika shooting di Bali.

Pro – Kontra
Diskusi semakin menarik, ketika penulis Gm Sukawidana menyampaikan pendapatnya bahwa ia lebih menyukai Resep Rahasia Cinta ini tetap dalam bentuk tulisan, sehingga memungkinkannya sebagai pembaca untuk tetap “berimajinasi liar” tanpa frame.  Ketika tulisan ini diterjemahkan ke dalam bentuk film, ia merasa telah terlalu banyak menyimpang, sehingga kehilangan keasliannya.

Rudi Rukman, sang sutradara menanggapi, bahwa ia membutuhkan beberapa pengembangan untuk menyesuaikan kebutuhan penonton filmnya.

Saya sendiri mengakui bahwa tidaklah mudah menterjemahkan sebuah tulisan ke dalam bentuk platform media lain, misalnya  Film.  Hal ini terjadi, karena ketika seorang penulis menuliskan pikirannya ke dalam bentuk tulisan, pembaca akan menangkap alam pikir dan gagasan penulis dan menginterpretasikannya sendiri sesuai dengan latar belakang dan pengalamannya sendiri. Semua audio visual yang melintas di pikiran pembaca adalah hasil karangannya sendiri. Oleh karenanya, interpretasi pembaca bisa berbeda-beda.

Sedangkan sutradara, mengolah interpretasinya sendiri dari membaca tulisan itu, lalu mengarangkan audio visualnya untuk disuguhkan ke penonton. Tentu saja tidak ada jaminan 100% apa yang ditangkap oleh pembaca dari buku akan sama persis dengan yang ditangkap ketika pembaca menjadi penonton film.

Untuk itu Agung Bawantara menengahi dengan mengatakan pendapatnya, bahwa memang tidak ada media yang sempurna. Semua dengan kelebihan dan kekurangannya. Itulah pula sebabnya, mengapa semua platform media itu tetap eksis dan tetap ada penggemarnya.

Sayang sekali diskusi ini harus berakhir, karena sudah terlalu siang, meninggalkan beberapa audience yang masih ingin bertanya tetapi tak kebagian waktu.

Saya mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya  kepada Bali Mangsi Foundation dan Maria  Ekaristi yang sudah mengorbankan waktu dan tenaga untuk merancang dan merangkai acara Ngobrol Buku ini,  dan Pak Cok Yudistira yang sudah memberikan ijin penggunaan Gedung Kompas untuk acara ini.

ODAMUN – FILM LAYAR LEBAR.

Standard
Film Odamun. Kisah perjuangan seorang penderita Scleroderma.

ODAMUN – Film Layar Lebar Terbatas.
ODAMUN = Orang Dengan AutoiMUN.

Saya tergerak menulis tentang film Odamun yang disutradarai oleh Harry Ridho ini setelah berkesempatan menontonnya kemarin.

Menurut saya film ini sangat menarik karena berkisah tentang perjuangan seorang penderita Scleroderma -salah satu penyakit Autoimun, mulai saat masa-masa sebelum terkena penyakit ini, masih aktif sebagai model, lalu bagaimana penyakit ini membuatnya menjadi tertekan & putus asa, hingga kemudian ia bangkit dan percaya diri kembali menjalani aktifitasnya sehari-hari dengan normal.

Belum pernah sebelumnya saya tahu ada film lain yang berkisah atau menggunakan kisah penyandang Scleroderma sebagai themanya. Tentu saja ini membuat film ODAMUN menjadi unik. Berbeda.

Menonton film ini juga memberi gambaran tentang penyakit Scleroderma itu sendiri, sebuah penyakit auto-imun dengan gejala kekerasan & kekakuan pada kulit, sehingga tidak jarang mengakibatkan perubahan pada profile wajah penderitanya. Ini penting bagi masyarakat awam untuk mengetahui apa yg harus dilakukan saat mendampingi keluarga jika ada yang mengalami Scleroderma. Perlu banget ditonton.

Film digarap dengan baik oleh Harry Ridho. Scenario & alur ceritanya mengalir dengan cukup baik dengan gambar-gambar yang diambil juga berkwalitas baik. Lighting jyg cukup mendukung, hanya saja sound kelihatannya perlu dirapikan sedikit lagi di beberapa bagian, sehingga musik tidak terasa bertarung dengan suara percakapan.

Film dibintangi oleh antara lain Chindy Imutz Dewi Ayu Mustikasari Bene Java , Denis, dkk.

MEISA RATILAELA, Artis Berbakat Yang Digandrungi Penonton di Film Sedekah Gema Ramadhan.

Standard
MEISA RATILAELA,”Tanpa Netizen, Apalah Artinya Kita”. Artis berbakat yang digandrungi penonton di film Sedekah Gema Ramadhan.

Film Sedekah Gema Ramadhan mendapatkan perhatian yang sangat baik dari netizen. Penonton terkesan dengan cerita dan tokoh-tokoh di dalamnya, terutama tokoh Ibu Lala yang merupakan tokoh utama di film itu.

Banyak penonton yang merasa gemas dan kesal pada tokoh antagonis yang walaupun ramah dan rajin menjadi koordinator mengumpulkan sedekah Ramadhan dari ibu-ibu kompleks perumahan, tetapi ternyata tidak amanah. Tidak jujur dalam menjalankan tugasnya. Ia mengaku bahwa sedekah yang sesungguhnya adalah sumbangan dari ibu-ibu kompleks itu sebagai sumbangan darinya saja.

Nah siapakah pemeran Ibu Lala yang berhasil mengaduk-aduk emosi penonton ini?

MEISA RATILAELA adalah artis yang memerankan tokoh Ibu Lala ini dengan sukses. Ia berhasil menjiwai tokoh yang walaupun menurutnya sifat tokoh Ibu Lala itu sama sekali tidak sesuai dengan sifatnya sendiri sehari-hari.

Saat ditawarin untuk memerankan tokoh antagonis ini, walau sangat bertolak belakang dengan sifatnya sendiri, tetapi Meisa tetap berpikiran positif. Ia menganggapnya sebagai sebuah tantangan. Tantangan yang harus ia hadapi dan taklukkan. Dan ternyata, hasilnya memang berkah.

Meisa yang bawaannya selalu periang, ekspresif dan rame, sehari-hatinya adalah karyawati sebuah kantor kelurahan di Lembang, Bandung, yang juga mengisi waktu senggangnya sebagai crew di Triduta Film.

Selain seorang wanita yang bekerja, Meisa juga seorang Ibu rumah tangga dengan 3 anak. Terbayang bagaimana kesibukannya sebagai wanita dengan multi peran ini.

Ditanya tentang kiprahnya di dunia perfilman, MEISA bertutur jika ia memulai karirnya sebagai Ibu kost yang cerewet dalam sebuah film 13 episode pada tahun 2020.

Setelah pandemi, ia sempat vakum dengan kegiatannya di film. Lalu ia kembali mendapatkan peran saat Ramadhan tahun ini sebagai Ibu Lala dalam film Sedekah Gema Ramadhan.

Jadi praktis sebenarnya ia baru bermain sebagai pemeran utama dalam 2 film dan sisanya hanya peran-peran extras saja. Walau demikian, banyak penonton yang memuji kemampuan aktingnya, dan terlihat jika ia sangat menjiwai karakter tokoh yang diperankannya.

Ditanya tentang kiat suksesnya dalam berperan, Meisa bercerita bahwa biasanya ia baca-baca dulu tentang karakter yang akan diperankannya, lalu jalani dan nikmati saja.

Ada rasa tertantang juga, “Bisa nggak sih memerankan tokoh itu?” Dan rasa penasaran saat menunggu filmnya ditayangkan. Ternyata setelah tayang banyak komentar. Berbagai ragam. Ada yang benci, marah kepada tokoh yang ia perankan, walau kebanyakan mendukung dirinya sebagai pemerannya. Itu melegakan, karena itu berarti bahwa Meisa berhasil memerankan tokoh itu dengan baik. Dukungan dari teman-teman dan keluargapun mengalir.

Saat ditanya tentang pengalamannya selama shooting film Sedekah Gema Ramadhan, Meisa bercerita bahwa shootingnya dilakukan benar-benar saat Ramadhan. Tentunya selain harus menahan lelah dan haus, ia dan crew film yang lain juga berusaha menahan kesal, menahan hawa nafsu, misalnya jika ada teman main yang salah-salah sehingga harus ditake ulang. Ia menyatakan enjoy shooting bersama Triduta. Crewnya solid, tidak membeda-bedakan apakah itu crew, talent, atau management. Semua berbaur.

Menurutnya kisah di Film Sedekah Gema Ramadhan ini memang nyata karena pada kenyataannya di sekeliling kita juga memang ada orang yang seperti itu. Orang seoerti Ibu Lala tang licik dan tidak amanah.

Semoga dengan dibuatnya film ini, akan banyak menginspirasi penonton, agar jangan berbuat seperti itu. Bagi yang saat ini sedang atau pernah berbuat begitu agar sadar. Melakukan intropeksi diri dan tidak lagi nelakukan berikutnya. Dan bagi yang tidak melakukan juga berguna untuk mencegah agar jangan sampai melakukan. Jadi film ini penuh dengan nilai-nilai moral dan nilai pendidikan, agar jangan melakukan hal yang tidak baik.

Hal yang menarik lagi tentang MEISA adalah ia seorang yang sangat optimis dan positive. Menurutnya, agar kita bisa selalu menikmati pekerjaan kita, ia punya kiat tersendiri. “Cintai dulu, sukai dulu, nyamankan diri dulu dengan pekerjaan, pasti akhirnya kita bisa nikmati pekerjaan kita. Enjoy aja“.

Namun demikian, dibalik aktingnya yang banyak nenuai pujian, ia tetap rendah hati dan mengatakan bahwa “Tanpa netizen, apalah artinya kita”

Itulah Meisa Ratilaela, yang penuh semangat, terus berkarya dan berusaha agar hasilnya bagus dan viewernya banyak. Semoga Meisa semakin sukses ke depannya.

Film Inspiratif “LEBARAN DAMAI”

Standard

Satu lagi tulisan saya dengan latar belakang bulan Ramadhan & hari raya Idul Fitri dikembangkan menjadi film dengan judul “Lebaran Damai”.

Kali ini digarap oleh Sutradara Harry Ridho menjadi film 2 atau 3 episode (saya belum tahu – tetapi saya sudah dikirimi episode 1-nya).

Film “LEBARAN DAMAI” ini berkisah tentang Bayu dan Rini, sepasang suami istri dengan satu anak yang sesungguhnya harmonis. Saling menyayang dan mencinta. Sayangnya keharmonisan ini mulai terganggu sejak Bayu di-PHK karena perusahaannya terus merugi sejak pandemi. Ia menganggur dan susah mencari pekerjaan kembali. Ia pun menjadi sangat sensitive, mudah marah dan cepat tersinggung.

Rini berusaha menghibur suaminya dan tetap semangat berjualan sambil mengurus anak mereka. Keluh kesah Rini setiap hari, terkadang membuat Bayu merasa tidak nyaman. Saat Rini mengeluh capek dengan pekerjaannya, harga pada naik dan uang tidak cukup untuk menutup kebutuhan dapur, Bayu sering merasa disindir oleh istrinya itu, karena ia merasa diri sedang menganggur, hanya rebahan, tidak bekerja dan tidak mampu memberi uang kepada istrinya.

Semakin hari Bayu semakin perasa dengan keadaannya. Sementara Rini yang kurang peka akan perasaan suaminya tanpa sadar mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat Bayu semakin merasa disudutkan. Puncaknya , mereka bertengkar hebat, yang membuat Bayu keluar dari rumah. Meninggalkan anak dan istrinya. Ia merasa terluka. Merasa tidak berguna dan tidak dihargai.

Rini berusaha mencari tahu keberadaan suaminya. Tapi tidak ketemu. Rini merasa sangat bersalah. Harusnya ia lebih sensitive dan hati-hati berbicara saat suami sedang terpuruk.

Sementara itu Bayu yang meninggalkan rumah, akhirnya memutuskan untuk tidur sementara di sebuah mushola. Disana ia mendapat bantuan dari Marbot dan bertemu dengan Pak Haji yang memberinya pencerahan dan nasihat yang sangat menyejukkan.

Selama Ramadhan, Bayu mendapat pekerjaan, membantu mengurus rumah makannya Pak Haji yang kebetulan pegawai sebelumnya pulang kampung.

Saat bekerja di rumah makan itu, ia mulai menyadari bahwa bekerja berjualan makanan itu memang sangat melelahkan. Ia jadi teringat pada istrinya. Ia rindu pada istri dan anaknya. Merasa bersalah dan ingin kembali pulang. Akankah Lebaran mempersatukan mereka kembali ?

Film ini adalah Episode 1 dari Lebaran Damai, yang menceritakan bagaimana Bayu kena Pemutusan Hubungan Kerja , usahanya mencari pekerjaan baru yang gagal dan perasaannya yang mulai terganggu dan tidak nyaman sejak menjadi pengangguran.

Selamat menyimak. Mohon bantu like, share dan comnent atau subscribe ya. Terimakasih sebelumnya.

Film Inspiratif “Sedekah Gema Ramadhan” Episode 2

Standard
Film Sedekah Gema Ramadhan

Penasaran dengan BU LALA ?

Setelah di Episode sebelumnya diceritakan tentang Bu Lala yang setiap tahun selalu sukses menjadi koordinator & membujuk Ibu-Ibu Blok D agar ikut berpartisipasi dalam acara Derma Ramadhan, serta sukses mendapatkan nama sebagai orang yang paling Dermawan dan yang paling tulus ikhlas  se-kompleks perumahan,  di Episode ke 2 dari Film Web series SEDEKAH GEMA RAMADHAN ini,  diceritakan bahwa bulan Ramadhan datang kembali.

Kembali Bu Lala bersemangat mengajak Ibu-ibu Blok D agar berpartisipasi dalam acara Derma Ramadhan tahun ini.

Andani menerima telpon Bu Lala saat baru pulang kerja. Bu Lala mengajak Andani ikut berpartisipasi tahun ini, karena menurutnya  tahun lalu ia lupa  meminta Andani ikut bersedekah. Hal ini membuat Andani kesal dengan ucapan Bu Lala itu, karena ia selalu ikut bersedekah setiap Ramadhan. Kok dilupa-lupakan oleh Bu Lala? Tetapi kemudian ia sadar jika kita bersedekah dengan tulus, sebenarnya tak terlalu penting nama kita sebagai penyumbang diingat atau tidak, sepanjang apa yang kita sedekahkan diterima oleh orang yang seharusnya menerima.

Lalu Bu Lala memanas-manasi Andani agar menyumbang banyak dengan mengatakan bahwa Ibu-ibu yang lain sudah pada menyumbang minimal 10 paket Sembako. Andani ragu antara tidak ikhlas jika harus menyumbang sebanyak itu  dan perasaan malu serta tidak enak pada Bu Lala jika tidak mau memberi dalam jumlah yang disebut Bu Lala. Akhirnya Andani memutuskan untuk menyumbang seikhlas hatinya saja, karena menurutnya percuma juga menyumbang banyak tapi hati kesal dan tidak ikhlas saat menyumbang.

Esok paginya, Bu Lala mengeluh kepada Andani jika ibu-ibu yang lain tidak ada yang mau menyumbang kolektif lagi tahun ini. Sangat berbeda dengan pernyataan Bu Lala saat ditelpon yang mengatakan  bahwa ibu-ibu lain sudah menyumbang minimal 10 paket.

Sebenarnya ia kasihan juga pada Bu Lala yang sudah berbaik hati menjadi koordinator,  mengumpulkan sedekah, membelanjakan sembako , membungkus dan membagi-baikan serta memanggil orang kampung atas untuk menerima sembako. Tetapi karena Bu Lala kurang terbuka masalah pertanggungjawaban uang Ibu-ibu Blok D serta tidak jujur mengatakan kepada para penerima sembako bahwa sedekah itu adalah dari Ibu-ibu Blok D, maka ibu-ibu yang lain sudah tidak ada yang mau lagi menyalurkan sedekahnya lewat Bu Lala.

Banyak pelajaran dan hikmah  yang  ia dapatkan dari kejadian ini. Bahwa jika kita bersedekah, hendaklah dengan ikhlas.

1. Bersedekahlah semampu dan seikhlas hati kita. Jangan memaksakan diri bersedekah dalam jumlah yang kit atak mampu atau tak ikhlas hanya karena takut, malu, gengsi atau merasa tidak enak. 

2 . Shodaqoh, derma, yadnya, punia atau apapun istilahnya sumbangan itu,  hanya akan berarti jika dijalankan dengan ketulusan dan keikhlasan hati untuk membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Bukan agar nantinya kita mendapat berkah atau rejeki yang lebih banyak. Karena jika begitu, itu namanya hitung-hitungan dagang.

Bukan pula untuk mendapatkan nama atau agar disebut sebagai Dermawan.

Karena begitu kita mengharapkan  berkah dari memberi,  maka saat itulah keikhlasan kita hilang.

3. Marilah kita memberi, karena kita ingin memberi. Dan mari kita membantu sesama, karena memang ingin membantu. Tanpa mengharapkan imbalan apa apa.

4. Mendapatkan kepercayaan itu susah. Maka jagalah kepercayaan, saat orang lain menitipkan rejekinya untuk disalurkan lewat tanganmu. Mencederai kepercayaan akan membuatmu dirimu tak dipetcayai seumur hidup.

Film web series Sedekah Gema Ramadhan ini diangkat dari sebuah kisah di buku “100 CERITA INSPIRATIF” Karya Ni Made Sri Andani dengan judul “Sedekah Seorang Ramadhan”.
https://wp.me/p1eHo4-2SC

https://youtu.be/ax5CeG4Wiao

Para Pemain:
Rima Marisa
Meisya Ratilaela
Riva
Dewi Ayu
Irma
Raisa Putri
Ecin
Iis Sumarni
Rossana
Hajah Ros
Chindi Aprianti
Kiki Putri

Executive Producer : A A Anom
Producer : Rudi Rukman
Director : Harry Ridho
DOP : Arif
Editor: Rashid Qawi
Make Up : Mey Mey
Art: Acil
Photographer: Rifky
Caneraman : Sarifudin
Lightingman: Ferdiansyah
Soundman: Rashid Qawi
Technical: H Dadan

Film Sedekah Gema Ramadhan. Episode 1

Standard
Film Sedekah Gema Ramadhan.

Satu lagi tulisan saya di buku “100 CERITA INSPIRATIF” diangkat ke film oleh Pak Rudi Rukman dengan sutradara  Harry Ridho . Karena kebetulan kisah ini memiliki latar belakang bulan Ramadhan, lalu oleh Pak Rudi dirubah judulnya menjadi “SEDEKAH GEMA RAMADHAN”.

Tulisan aslinya sih berjudul “Sedekah Seorang Dermawan” yang memberi banyak renungan, pembelajaran dan inspirasi dalam kita melakukan Sedekah.

Bagaimana sebaiknya jika ada yang mengajak kita untuk ikut bersedekah? Apakah kita harus bersedekah karena nggak enak hati sama orang yang mengajak kita bersedekah? Atau karena ingin mendapatkan pahala? Atau karena kita memang niat hanya bersedekah saja tanpa mengharapkan apa-apa?

Benarkah semakin besar bersedekah semakin besar pula pahalanya? Ataukah sebaiknya kita bersedekah sebanyak yang disedekahkan oleh tetangga kita? Perlukah kita memaksa diri bersedekah banyak demi gengsi dan harga diri?

ANTARA PEMBACA DAN PENONTON.

Standard

Sekelebat pikiran dalam proses adaptasi sebuah karya tulis ke dalam bentuk film.

Ketika pengalaman membeli jagung di depan kuburan  saya tuliskan di dalam Blog, Harry Ridho, seorang sutradara film horor menterjemahkannya ke dalam sebuah film
Tentu saja ada sedikit descrepancies di sana-sini dalam proses penterjemahannya, akan tetapi saya pikir itu sangat wajar dan perlu.

Karya saya adalah sebuah TULISAN. Yang merupakan hasil tuangan dari apa yang saya rasakan dan pikirkan ke dalam rangkaian kalimat  dan paragraf, berikut monolog yang terjadi di dalam diri saya.

Dari karya tulis ini, PEMBACA akan menangkap alam pikir dan rasa saya dengan melihat kalimat-kalimat itu dan menginterpretasikannya sendiri sesuai dengan pemahaman dan latar belakang pengalamannya sendiri.

Di sini, semua audio visual yang mentas di panggung pikiran pembaca adalah hasil karangan pembaca sendiri yang distimulasi oleh tulisan saya yang dijadikan referensi. Dan oleh karenanya interpretasi ini bisa berbeda -beda antara satu pembaca dengan pembaca lainnya.

Sedangkan Sutradara Harry Ridho, mengolah apa yang ia tangkap dari membaca tulisan saya itu menjadi sesuatu yang  akan tertangkap oleh PENONTON. Bukan PEMBACA. Sutradara merancang bentuk audio visual yang akan ditampilkan dalam film kepada PENONTON, sesuai dengan interpretasinya sendiri saat membaca tulisan saya.

Jadi di sini penonton tidak perlu lagi mengarang sendiri drama audio visual dalam pikirannya seperti seorang pembaca, karena sudah ada seorang Sutradara Film yang merancang dan menyuguhkannya  langsung kepada penonton.

Disinilah sebuah karya menjadi lebih kaya dan dinamis, karena terjadi penggabungan pengalaman dan imajinasi dari seorang penulis dan seorang sutradara. Walaupun tentu saja ada kelemahannya, yaitu mungkin terjadi descrepancies dengan degree yang beragam antara apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh penulis dengan yang tertangkap oleh penonton pada akhirnya. Karena antara Penulis dengan penonton ada satu penterjemah yakni Sutradara 

Descrepancies tentunya bisa dikurangi dengan komunikasi dan luangkan waktu yang cukup untuk berdiskusi, agar terjadi pemahaman yang sama antara penulis dengan sutradara.

Hanya sekelebat pikiran,  setelah menonton film “Beli Jagung Depan Kuburan”.

Film Inspiratif “Lunas Dalam Keikhlasan”

Standard

Satu hal yang membuat hati saya senang tahun 2021 ini adalah fakta bahwa saya akhirnya berhasil menerbitkan buku “100 Cerita Inspiratif” di bulan April dan pada akhir tahun salah satu dari kisah inspiratif di buku itu yang berjudul “Lunas Dalam Keikhlasan” diangkat menjadi sebuah film pendek.

Berawal dari Sutradara Rudi Rukman yang menghubungi saya dan menyatakan ingin mengangkat tulisan-tulisan saya itu ke dalam film. Wah.. tentu saja saya sangat senang. Tetapi karena kesibukan dan lain hal, saya sempat tidak memproggress permintaan beliau ini.

Selain itu saya juga di posisi tidak menjual tulisan-tulisan saya.

Namun saya lihat Pak Rudi Rukman ternyata memang serius ingin membuat film, saya pun mengijinkan sang sutradara untuk menggunakan tulisan saya dengan free.

Demikianlah akhirnya, persiapan mulai dilakukan oleh Pak Rudi di bulan Oktober, shooting di bulan November dan akhirnya film mulai bisa tayang di bulan Desember.

Bagi yang penasaran, film bisa dilihat di channel youtube FILM CERITA INSPIRATIF.