Monthly Archives: May 2011

Sansiviera, Si Lidah Mertua Yang Antipolutan..

Standard

Sansiviera  atau Lidah Mertua termasuk tanaman ‘ Orde Lama’. Karena Sansiviera ini, seangkatan dengan Supplir dan Kuping Gajah  merupakan tanaman utama di halaman rumah-rumah generasi orang tua kita. Namun demikian, Sansiviera masih banyak digunakan sebagai tanaman pengisi  taman-taman modern.  Bahkan belakangan ini banyak dimanfaatkan di taman-taman kota untuk membantu mengurangi pekatnya polusi udara karena tanaman ini banyak disebut sebut sebagai antipolutan yang kuat. Tidak heran jika Sansiviera sangat mudah kita temukan di taman gedung-gedung pencakar langit di Jakarta

Walaupun telah mengenal tanaman ini sejak kecil, namun saat pertama kali  mendengar nama umum tanaman berdaun cantik ini saya tertawa geli. Wah, mengapa ya disebut sebagai Lidah Mertua? Saya tak jelas bagian mana dari tanaman ini yang ada hubungannya dengan mertua. Apa mungkin karena struktur daunnyanya yang kaku? Sehingga barangkali diibaratkan sebagai lidah mertua (orang tua) yang dianggap kaku? Atau barangkali untuk membedakannya dengan tanaman Lidah Buaya?  Entahlah. Namun di mata saya, walaupun ia terlihat kaku, tetap saja  Sansiviera sangat menarik terutama jika kita manfaatkan sebagai element taman rumah yang berbatasan dengan tembok.  Sansiviera terlihat sangat cocok untuk melembutkan tampilan bangunan  yang kaku. Juga sangat berhasil menaturalkan pangkal tembok bangunan yang tidak natural.  Hal ini disebabkan karena tampilannya yang kaku (mirip tembok) namun juga sekaligus natural dan hijau segar.  Sansievera seolah menjadi jembatan penengah antara element bangunan dan tanaman taman lainnya yang tampilannya lebih lembut dan alami.  Oleh karena itu banyak dimanfaatkan untuk menghias taman-taman kecil di gedung-gedung perkantoran di  Jakarta.

Ada beberapa jenis Sansivera yang saya koleksi dan atau pernah saya lihat di tukang bunga di Jabodetabek.  Yang paling umum adalah Sansiviera trifasciata yang memiliki daun  mirip pedang yang lancip dan kaku. Daunnya merupakan kombinasi warna hijau bergaris putih dan kekuningan. Namun demikian, banyak juga jenis Sansiviera yang lain, misalnya  Sansiviera yang mirip pedang bulat lancip, Sansiviera kerdil dan Sansiviera berdaun lebar. Warna daun Sansiviera ini pun beragam, mulai dari yang hijau polos gelap, hijau terang,  hijau putih, hijau kuning hingga kombinasi hijau putih dan kuning.

Sansiviera sangat mudah dibiakkan dengan memisahkan anakannya yang muncul dari akar rimpangnya. Relatif tidak rewel dan sangat mudah menanamnya.  Tampilan yang terbaik dari tanaman ini akan kita dapatkan, apabila tanaman ini kita letakkan di dekat  tembok yang mendapatkan sinar matahari cukup namun tidak terlalu terik. Pemaparan sinar matahari yang berlebihan terhadap Sansiviera, akan membuat tampilan daunnya terlihat kurang segar dan kerdil, walaupun tanaman ini tetap tumbuh.

Menata Sansiviera dengan mengkombinasikannya dengan tanaman Liliy Paris menurut saya adalah sebuah ide yang menarik. Kombinasi Lily Paris yang hijau bergaris putih dengan struktur yang mengembang lembut terlihat sangat selaras dengan Sansiviera yang kaku namun masih in-line dengan hijau garis putih atau kuningnya.

Ide menarik yang lain adalah dengan mengkombinasikan variant Sansiviera yang tinggi dan rendah dalam satu pot. Kreasi ini akan menghasilkan pemandangan yang  menarik untuk dinikmati di teras rumah.

Berharap Guntur Di Langit, Air Di Tempayan Dicurahkan

Standard

Seorang teman  menelpon saya dan berkeluh kesah tentang betapa susahnya mencari karyawan berkwalitas dengan budget yang terbatas. “Banyak yang baru masuk. Sudah mahal, performancenya juga amburadul” Katanya berapi-api. “Tahu gitu, gue pertahanin yang lama. Gue kasih gajinya naik 2 x lipat aja, tetap gajinya lebih kecil dari pada yang baru ini. Tapi kwalitasnya jauh lebih bagus”. Lanjutnya lagi sembari menyesali apa yang telah terjadi. Saya mendengarkan dari seberang telpon. Tidak tahu, apakah ini memang kenyataan yang persis apa adanya ia hadapi, ataukah ia sedikit meng-exagerate pernyataannya untuk mempertajam poinnya dia. Read the rest of this entry

PisCok!. Pisang Coklat Ala Jineng, Favorite Anak- Anak.

Standard

Anak-anak tidak sabar menunggu saya di dapur menggulung kulit lumpia dengan isi pisang dan coklat. Sebentar-sebentar mereka muncul dan bertanya “ Sudah matang, Ma?”. Ketika saya bilang sebentar lagi, mereka kembali ke kamar. Namun beberapa menit kemudian kembali ke dapur dan bertanya “ Sudah matang, Ma?” Read the rest of this entry

Dapur Hidup!! Yuk , Kita Tanam Di Halaman…

Standard

Mungkin diantara kita masih banyak yang ingat akan ‘Dapur Hidup’? Pada masa kejayaan Pak Harto dulu, proggram ini sangat gencar dikampanyekan di televisi  dan media yang lain. Dari judulnya saja,  tentu  mudah dipahami  bahwa  Dapur Hidup maksudnya adalah menanam tumbuh-tumbuhan yang berguna untuk keperluan sehari-hari di dapur, di halaman rumah kita sendiri. Karena tinggal memetik di halaman, jadi kita tidak perlu membeli lagi bila kita membutuhkannya.

Di halaman rumah saya yang tidak seberapa luas, saya mencoba merealisasikan program Dapur Hidup ini. Dan pada kenyataannya memang sangat berguna buat keperluan sehari-hari. Saya bisa ambil sendiri untuk kebutuhan sehari-hari. Dan jika lebih, saya bisa berikan kepada tetangga yang membutuhkan. Apa saja jenis tanaman Dapur Hidup yang mudah kita tanam di halaman halaman yang terbatas? Read the rest of this entry

Take What You Eat, Eat What You Take. ..

Standard

Cerita Tentang Sisa Makanan Yang Ditimbang.

Seorang rekan menelpon. Ia mengajak  saya untuk hadir dalam sebuah jamuan makan siang guna  menghormati kunjungan  tamunya dari luar. Tentunya dengan senang hati saya bersedia. Selain karena kebetulan saya tidak membawa bekal makanan,  saya juga belum punya ide untuk makan  di mana siang itu. Dengan bergegas saya langsung menuju alamat restaurant yang disebutkan rekan saya itu. Lokasinya tidak jauh dari kantor saya.

Begitu saya masuk, segera saya diperkenalkan dengan kedua orang tamunya. Saya ditempatkan di sebelah tamu itu duduk. Sebenarnya agak nggak nyaman karena saya baru kenal saat itu. Tapi saya pikir barangkali untuk meramaikan suasana (karena relative saya lebih banyak berceloteh ketimbang rekan-rekan kerja saya yang lain, yang semuanya pria).  Rekan saya bilang, tidak usah memesan makanan lagi. Ia telah melakukannya untuk kami semua. Saya hanya perlu untuk memesan minuman. Saya mengerti.  Jadilah kami hanya ngobrol saja sambil menunggu makanan datang. Obrolan kiri kanan, mulai urusan kerja, makanan, dan sebagainya,   hingga cerita tentang negara sang tamu berasal. Mungkin karena mereka sangat ramah dan banyak bicara, tak terasa percakapan dengan cepat mengalir begitu saja. Kami merasa sudah menjadi kawan akrab saja yang seolah-olah sudah kenal baik sejak lama.

Tidak berapa lama, pramusaji  datang membawakan hidangan satu persatu. Sangat mengejutkan ternyata makanan yang datang jumlahnya sangat banyak. Di luar nasi putih, ada 7 jenis hidangan dan masing-masing terhidang dalam 2 porsi besar. Padahal kami hanya berenam. Saya rasa kami tidak bisa menghabiskan itu semuanya.  Wah! Usut punya usut, ternyata telah terjadi miskomunikasi antara teman saya yang memesan dengan sang pelayan restaurant yang mencatat pesanannya.

Rupanya saat pelayan mengatakan bahwa porsi setiap hidangan itu besar, teman saya meminta pelayan agar membagi tiap porsi itu menjadi 2 piring saja. Maksudanya untuk memudahkan distribusi makanan ke setiap orang. Namun pelayan rupanya salah mengerti. Ia berpikir bahwa teman saya bermaksud memesan 2 porsi untuk setiap jenis makanan yang ia pesan. Apa boleh buat. Karena telah terlanjur memesan dan barangkali tak ingin merugikan sang pelayan restaurant, teman saya memutuskan untuk  menerima semua makanan itu. Kami lalu diminta untuk  mencoba menghabiskannya.

Tamu kami bertanya, apakah di Indonesia kami selalu makan dalam jumlah yang sebanyak itu? Tentu saja saya jawab tidak.  Kemudian  saya  jelaskan miskomunikasi yang membuat mengapa jumlah makanan yang kami pesan menjadi sebanyak itu.

Berkali-kali rekan saya menyendokkan hidangan itu dan meletakkannya di piringnya dan di piring kami yang lain agar cepat berkurang. Bagaimanapun juga, tentu perut kami ada batasnya. Perasaan yang sangat kenyang sebelum semua makanan itu bisa kami habiskan. Rekan saya agaknya merasa kurang nyaman dengan situasi itu. Tapi tidak ada lagi yang bisa kami lakukan. Lalu saya menghiburnya dengan memberi ide agar meminta pelayan membungkus saja sisanya untuk kita bawa pulang. Jadi kita tidak punya beban, bahwa kita membuang buang makanan. Toh makanan itu bisa kita panaskan dan makan kembali. Kalaupun tidak mau, pasti ada orang lain yang mau.

Ketika kami selesai makan, sang tamu mengucapkan terimakasih kepada teman saya.  Kamipun tertawa  dan menggoda rekan  saya atas miskomunikasi yang menyebabkan terjadinya hidangan  yang super berlimpah itu. Kami lalu kembali ke kantor secepatnya.

Ada satu hal yang membuat saya merenung  sepulang dari makan siang itu. Yakni cerita dari salah seorang tamu tadi, tentang sisa makanan. Mereka sangat menaruh concern akan makanan. Mereka sangat sensitive terhadap orang-orang yang kurang mampu dan tidak makan. Ia bercerita, di tempatnya, perusahaan menyediakan kantin khusus untuk karyawan. Namun karyawan diminta hanya untuk mengambil makanan seperlunya  saja, sesuai dengan yang dibutuhkan. Dan jika sudah mengambilnya, maka mereka harus memakannya habis tanpa sisa. Take what you eat and eat what you take! Begitulah kira-kira.  Tiap makanan yang tersisa diatas piring akan ditimbang oleh petugas dan dijumlahkan setiap hari. Hasilnya diinformasikan kepada seluruh karyawan “HARI INI KITA TELAH MEMBUANG MAKANAN DENGAN SIA SIA SEBANYAK XXX KILOGRAM”. Ditulis besar-besar di dinding kantin,  dan disertai dengan informasi jumlah orang yang hari ini kelaparan dan tak mampu makan. Sehingga, dengan melihat informasi itu, kitapun akan merasa sangat berdosa jika mengambil makanan lebih banyak dari yang sesungguhnya kita butuhkan. Apalagi jika kemudian tidak kita habiskan  dan sisakan di piring. Tentu orang lain tak bisa memakannya. Jika kita tidak seserakah itu, tentu sisa makanan  yang masih dalam keadaan baik (bukan sisa dari piring orang lain) bisa diberikan kepada para fakir miskin dan  orang –orang yang tak mampu makan. Karena sisa makanan di kantin yang masih baik dan tak dimakan oleh karyawan, setiap hari dikirimkan ke panti sosial atau rumah para fakir miskin.

Saya terpesona oleh cerita itu. Sungguh sangat salut pada pimpinan perusahaan yang telah mengambil kebijakan sedemikian baiknya. Bukan saja membantu orang lain yang tak sanggup makan, namun juga sekaligus membantu memberi pemahaman kepada orang-orang lain agar lebih peka dan lebih sensitive terhadap issue issue sosial di sekelilingnya.

“Sungguh tidak baik membuang buang sisa makanan, sementara orang-orang di sekeliling kita tak mampu makan”. Saya rasa, sangat banyak orang yang tahu dan paham sekali dengan hal itu. Namun berapa persen diantaranya yang perduli? Berapa persen diantaranya yang benar-benar mewujudkan kepeduliannya dalam bentuk tindakan yang nyata? Mendisiplinkan dirinya untuk melakukan itu dan juga menganjurkan orang lain untuk berbuat sama demi kemanusiaan? Termasuk diri saya sendiri. Walaupun tidak sering, namun beberapa kali saya ingat, saya juga pernah menyisakan makanan di piring saya. Dan fakta itu membuat saya merasa bersalah.

Hari itu saya pulang dengan tekad.  Bukan saja memaksa diri saya untuk mengikuti teladan yang diberikan oleh pimpinan perusahaan itu, namun saya juga memastikan diri akan membagi cerita ini ke kekeluarga saya dan sahabat-sahabat saya agar mereka juga bisa membantu mengurangi ‘kesia-sian’ dalam hidup.

Bunga Kenyeri, Si Cantik Yang Romantis

Standard

Bunga Kenyeri atau Bunga Kenyiri (Oleander; Nerium oleander) , atau di Indonesia umum juga dikenal sebagai Bunga Mentega adalah salah satu tanaman hias dari generasi lama yang umum menghias pekarangan pekarangan rumah di kota-kota di Indonesia. Mungkin banyak diantara kita yang ingat, tanaman ini dulunya ditanam menyender di pagar halaman depan rumah orangtua kita. Tidak heran, karena tanaman bergetah ini memiliki postur yang tinggi langsing dengan cabang cabang berbunga banyak, sehingga menyuguhkan pemandangan romantis, berkisar antara putih, pink dan magenta yang indah dipandang mata setiap orang yang berlalu lalang didepan rumah. Read the rest of this entry

Di Atas Awan..

Standard

“Ketika mendung tebal menyelimuti hidup kita, fokuskanlah pikiran pada Yang Di Atas. Karena di atas awan pasti selalu ada cahaya matahari”

Suatu hari saya melakukan perjalanan dengan seorang rekan yang baru saya kenal. Cuaca sangat buruk saat itu. Hujan disertai angin yang kencang dan mendung yang tebal. Tentu saja saya merasakan takut di dalam hati saya. Namun karena saya belum begitu akrab dengan teman perjalanan saya itu, saya hanya diam saja dan tidak berani menceitakan kekhawatiran saya itu. Teman saya juga tidak berkata apa-apa. Maka naiklah kami ke pesawat  tanpa banyak mengobrol. Sekilas saya sempat mencuri pandang pada langit yang tampak gelap gulita dari bawah. Read the rest of this entry

Menerima Hadiah Dari Anak..

Standard

Mungkin diantara kita para ibu, sering menerima hadiah dari si kecil berupa hasil karya tangannya yang lucu. Hadiah mungkin berupa kartu ucapan, gambar atau lukisan hasil karyanya, kartu ucapan ulang tahun, origami, kerajinan tangan yang dibuat atas ide & kreatifitasnya sendiri maupun atas arahan ibu gurunya di sekolah, karangan bunga dan lain sebagainya. Sangat menyenangkan dan membuat kita terharu, bukan?  Ada bberapa hal yang mungkin perlu kita simak bersama jika kita mengingat tentang hadiah dari anak ini.

Bukan Soal Harga, Namun Soal Cinta dan Kasih Sayangnya Kepada Kita.

Jika kita perhatikan, hadiah yang diberikan oleh anak-anak kepada kita sering sekali hanya terbuat dari benda-benda yang murah dan secara ekonomi mungkin sangat rendah harganya. Misalnya bingkai foto  dengan gambar love dan amplop hias yang ia bikin sendiri. Atau mungkin perhiasan (gelang , kalung) dari lilin mainan ataupun dari pipa sedotan yang dipotong potong dan dirangkai dengan benang hingga membentuk perhiasan wanita. Atau hanya lipatan lipatan kertas yang membentuk burung bangau atau ikan. Dan sebagainya. Anak saya bahkan sering menghadiahkan bunga rumput liar yang dipetiknya dipinggir lapangan olah raga untuk saya.

Memang harganya tidak seberapa dan mungkin bahkan sangat murah sekali.  Namun bagi kita, mungkin bukan soal harganya, tapi nilai cinta dan kasih sayang serta perhatian yang diberikan oleh anak kita itulah yang merupakan hal yang paling membanggakan dan tak bisa tergantikan nilainya dengan uang. Jadi jangan pernah abaikan hadiah ini, walaupun nilai ekonomisnya tidak seberapa. Gunakanlah sebaik-baiknya di saat atau tempat dan suasana yang memungkinkan. Jika tidak, simpanlah dengan baik.

Menghargai dan menyimpan dengan baik hasil karya anak, bukan saja membuat anak merasa dihargai dan diterima namun sekaligus juga akan membuatnya bangga dan meningkatkan rasa kasih sayangnya pada kita.

Bukan Soal Kwalitasnya, Namun Ketulusan Hatinya.

Namanya buatan anak-anak, secara umum kwalitasnya tentu belum sebaik kwalitas yang dibuat orang dewasa (walaupun banyak anak-anak yang juga mampu menciptakan sesuatu dengan kwalitas yang membuat kita tercengang saking baiknya. Seringkali saya perhatikan, jika anak-anak membuat sesuatu untuk orangtuanya, mereka benar-benar mencurahkan perhatiannya penuh pada usahanya sejak awal hingga akhir. Walaupun kita tahu, guntingannya mungkin agak miring sedikit atau bergelombang, warnanya mungkin kurang rata dan belang belontang. Namun karena mereka melakukannya dengan sepenuh hati, maka kita bisa merasakan getaran kasih sayang yang tulus dari dalam hati anak-anak itu kepada kita. Lihatlah matanya yang berbinar-binar saat memberitakan bahwa ia punya sesuatu yang istimewa untuk kita. Lihat pula indahnya cahaya matanya saat menyerahkan hadiah itu untuk kita. Jadi disini bukan soal kwalitasnya, namun ketulusan hatinya.

Bukan Soal Hasilnya, Namun Proses Pembelajarannya.

Hal lain yang perlu kita hargai juga adalah proses pembelajarannya. Lihatlah bagaimana mereka berpikir, akan memberikan sesuatu yang terbaik untuk ibunya. Wanita yang telah melahirkannya. Mereka memikirkan idenya dan cara eksekusinya dengan baik – bahannya apa saja, darimana mendapatkannya, bentuknya seperti apa, warnanya apa, dsb). Anak-anak belajar cepat dengan cara meniru orang dewasa dan mencari pengalamannya sendiri. Membuat sesuatu, bagi anak sama dengan melatih kreatifitas yang memberi peualangan alam pikir.  Latihan berkreasi  yang akan sangat berguna kelak dalam menjalani kehidupannya yang masih panjang. Untuk inipun kita jangan pernah mengabaikannya. Karena bagian pentingnya di sini bukanlah pada hasil akhirnya, namun pada proses saat si Anak mengerjakannya.

Keindahan Bawah Laut – Kreasi Daur Ulang

Seperti halnya anak-anak yang lain, kedua anak saya juga sangat suka mengotak-atik benda-benda disekitarnya dan menjadikannya ‘sesuatu’. Saya  sering terpesona dan takjub akan kreatifitasnya. Dan lebih menyenangkannya lagi, anak-anak saya juga kerapkali menghadiahkan hasil kreasinya untuk saya, disertai ucapan-ucapan sayang  kepada saya yang membuat saya merasa sangat tersentuh. “I love you, mom!”. Tentu saja saya sangat bangga dan bahagia menerimanya.

Akhir pekan ini, anak saya yang kecil menghadiahi saya sebuah rangkaian daur ulang yang  indah yang ia beri nama Keindahan Bawah Laut. Rangkaian ini terbuat dari sisa-sia barang yang tak berguna dan bekas mainannya yang sudah lama tidak ia pergunakan lagi. Mungkin ada baiknya saya share pengamatan saya tentang bagaimana anak saya membuatnya, barangkali sebagai ide bagi teman-teman, para ibu yang lain untuk mengajak anak-anak di rumah melakukan kreatifitas serupa.

Mula-mula saya melihat ia mengamati batu-batu karang dan kerikil serta  sisa kulit kerang dari bekas aquarium yang sudah tidak dipergunakan lagi. Rupanya  ia mendapatkan ide dari sana untuk kemudian membuat concept  tentang “Keindahan Bawah Laut”.  Anak saya tidak membuat  sketsa apapun sebelumnya. Namun seperti biasa, ia pasti sudah membayangkan sesuatu di kepalanya.

Ia lalu mengambil kertas lipat berwarna biru, mengguntingnya dengan gunting hias dan menempelkan sisa sisa lilin mainan diatasnya. Batu kerikil, kulit kerang, pecahan karang ia tempelkan satu persatu diatas lilin mainan sehingga terlihat seolah olah memang terangkai seperti itu di dasar laut. Untuk menambah keindahannya, iapun memanfaatkan beberapa kelerengnya yang berwarna warni diatas lilin itu, yang membuat keseluruhan rangkaian itu menjadi terlihat sangat indah dan cukup layak dipajang diatas meja kerja atau meja rias  kita.

Selain bahwa saya sangat senang menerima hadiah rangkaian ini darinya, saya juga melihat anak saya sangat senang melakukannya. Kegiatan seperti ini terlihat sangat sederhana dan simple, tapi saya yakin aktifitas bongkar-pasang, mix-match seperti ini sangat berguna untuk melatih  kreatifitas anak dalam menggali ide-ide baru yang kelak pasti berguna saat ia dewasa nanti.

Kreatifitas daur ulang seperti ini juga lumayan membantu anak untuk menghargai & memanfaatkan benda-benda yang sudah tidak digunakan lagi. Jika kreatifitas dilakukan pada akhir pekan, dengan sendirinya juga bisa menjadi pilihan aktifitas  yang irit, karena nyaris tidak mengeluarkan biaya.  Selain  karena semuanya memang barang bekas, kita  juga tidak perlu mengajaknya jalan-jalan ke mall, restaurant  atau tempat hiburan lain yang kadang membuat kita terpaksa melakukan pengeluaran tak terduga yang sebenarnya tak perlu terjadi. Kalau aktifitas di rumah sudah sangat menyenangkan, mengapa harus mencari keluar rumah? Anak senang, Ibu bangga.