Toxoplasmosis, adalah suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh protozoa parasit bernama Toxoplasma gondii.  Bukan virus, seperti banyak dikira orang awam. Penyakit ini cukup populer terutama di kalangan wanita hamil, karena serangan penyakit ini dapat mengganggu pertumbuhan janin dan bahkan keguguran.

Parasit Toxoplasma gondii, memiliki 2 fase hidup yakni fase Sexual dan fase Asexual. Fase Sexual adalah fase dimana parasit ini melakukan pembiakan. Sedangkan fase Asexual, adalah fase dimana parasit ini tidak melakukan pembiakan.

Keluarga kucing-kucingan (kucing rumah, macan , singa, leopard dan sebagainya) merupakan induk semang utama parasit ini di fase sexual.  Tapi perlu dicatat, bahwa tidak semua kucing terinfeksi oleh Toxoplasma.  Hanya kucing yang terinfeksi yang memiliki parasit ini di dalam tubuhnya. Di tubuh kucing yang terinfeksi inilah proses pembiakan Toxoplasma terjadi,  dimana bentuk micro dan macrogametosit dari Toxoplasma mengalami fusi dan membentuk Oocyste. Oocyste dikeluarkan lewat tinja kucing yang terinfeksi dan membentuk spora yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang disebut dengan Sporozoite.

Jika tinja kucing yang mengandung Sporozoite ini mencemari tanaman dan tanpa sengaja tertelan oleh mahluk lain misalnya sapi, kambing, ayam atau kuda (atau bahkan manusia) maka dengan sendirinya Toxoplasma ini akan hidup di dalam jaringan tubuh binatang-binatang itu atau dalam tubuh kita. Di dalam tubuh binatang-binatang ini, Toxoplasma menjalani fase Asexualnya alias tidak bisa berbiak. Ia hanya mengalami perubahan bentuk yakni Tachyzoite (yang menyebabkan infeksi akut), lalu berubah menjadi Bradyzoite ( yang menyebabkan infeksi kronis) dan akhirnya membentuk Cyste di dalam jaringan binatang-binatang ini. Nah, jika kita memakan daging dari ternak yang terinfeksi Toxoplasma itu, maka kita juga ikut terinfeksi Toxoplasma.

Jadi, ada 3 hal yang kita bisa lihat dari sini:

1.Tidak semua kucing menularkan Toxoplasmosis kepada kita, karena tidak semua kucing terinfeksi Toxoplasma gondii.

2. Kucing memang merupakan induk semang penting untuk berbiak bagi Toxoplasma. Kita bisa terinfeksi Toxoplasma jika  oocyst  pada tinja kucing yang terinfeksi  tanpa sengaja tertelan oleh kita – misalnya jika kita tidak mencuci tangan dengan bersih habis bermain-main di pasir tempat kucing yang terinfeksi itu membuang kotorannya.

3. Infeksi toxoplasma pada diri kita tidak hanya ditularkan oleh kucing yang terinfeksi, tapi bisa juga melalui binatang lain yang terinfeksi (saat kita memakan daging  sapi, kambing, ayam dari  ternak yang terinfeksi). Artinya tanpa memelihara kucingpun, sebenarnya tetap ada kemungkinan bagi seseorang untuk terinfeksi oleh toxoplasma.

Adapun hal-hal yang perlu kita lakukan untuk menghindarkan diri dari kemungkinan terinfeksi Toxoplasma antara lain:

1.Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air hingga bersih sebelum  makan.

2. Jangan memakan daging mentah. Dan jangan memberikan daging mentah pada kucing.

3. Menyediakan tempat khusus untuk kotoran kucing (misalnya bak pasir).

4. Rawat kucing dengan baik dan jaga kesehatannya dengan baik. Beri makanan yang cukup  agar daya tahannya terhadap penyakit meningkat.

5.Periksakan kesehatan kucing peliharaan kita  secara berkala ke dokter hewan terdekat. Dokter Hewan akan membantu melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah kucing kita terinfeksi Toxoplasma atau tidak.

6. Untuk wanita hamil –  untuk menghindari kekhawatiran dan keraguan, maka sangat dianjurkan untuk mengambil test TORCH di bawah pengawasan & konsultasi dokter kandungan. Sehingga, apabila memang terkena infeksi parasit ini pun bisa ditangani dengan baik.TORCH sendiri adalah suatu pemeriksaan gabungan terhadap penyakit Toxoplasmosis (parasit), Rubella (virus), Cytomegalovirus (virus) dan Herpes Simplex (virus) – 4 penyakit yang dapat membahayakan kehamilan.

Point saya di sini adalah bahwa penyakit menular itu ada dimana-mana dan berbagai bentuk jenisnya. Mahluk yang menjadi penularnyapun beragam. Bukan hanya kucing yang terinfeksi, namun binatang lain yang terinfeksi juga bisa menularkan berbagai penyakit berbahaya ke tubuh kita. Demikian juga orang (manusia) yang sakit , sama saja berbahayanya dalam hal potensi menyebarkan penyakit menular. Namun bukan berarti  bahwa kita harus menutup hubungan dengan semua kucing, karena tidak semua kucing berpenyakit menular.

Jadi, sebenarnya kita tidak perlu bersikap paranoid terhadap kucing. Yang penting adalah bagaimana kita menjaga kebersihan diri kita  dan kebersihan serta kesehatan kucing peliharaan kita.

3 responses »

  1. Intinya aq blm dpt nih….. Krn penjelasan lebih ke animalnya…. Pertanyaanya:
    Apa yang terjadi bila manusia terkena dampak ini? Menyebabkan kematian kah atau sebagainya. Bisa dijelaskan? Dan apa tanda2 kita terkena dampak ini? Saya jd paranoid nih krn saya melihara kucing…… Need reply please….. Tq

    Like

    • Hi microbay, ya..benar penjelasannya lebih mengarah ke animalnya, karena kebetulan bidang saya adalah Kedokteran Hewan.

      Namun bisa sedikit saya jelaskan, secara umum tidak akan terjadi dampak yang parah pada manusia (pria, wanita dewasa).

      Tetapi dampak parah, cacat lahir hingga kematian bisa terjadi pada janin manusia yang berada dalam kandungan wanita. Gejalanya bisa pendarahan saat hamil hingga keguguran.Itulah sebabnya mengapa wanita yang sedang mengandung, diharapkan lebih berhati-hati dan dicegah untuk kontak dengan kucing yang terinfeksi.

      Like

Leave a comment