Masih berada di Lagoon BTDC, pusat pengolahan daur ulang limbah cair dari hotel-hotel dan resort di Nusa Dua yang indah dan penuh burung itu, saya mulai berjalan ke arah kolam yang lebih jauh. Ingin tahu ada apa di sana. Sangat penasaran, karena dari arah hutan bakau di pinggirnya saya mendengar nyanyian burung-burung beraneka ragam. Bukan saja burung-burung air, namun juga jenis burung-burung penghuni pohon dan semak.Suaranya bercampur aduk. Setidaknya saya mengenali kicauan burung Kipasan, burung Tekukur, burung Prenjak, burung Madu dan burung Cerukcuk dari kejauhan. Sayapun berjalan. Bau limbah terasa lebih kuat, namun masih dalam batas yang bisa diterima oleh hidung saya.
Sementara bau limbah tercium lebih menyengat,anehnya di sini burung-burung air mulai berkurang. Semakin jauh semakin tidak ada. Hanya ada beberapa ekor yang bertengger di pucuk-pucuk pohon di pulau-pulau di tengah lagoon. Barangkali beristirahat atau mungkin bersarang di sana. Tidak ada seekorpun yang terbang melayang-layang atau menyambar nyambar ikan di permukaan air. Mengapa ya? Saya menduga, karena kolam ini mengandung air yang masih kotor, sehingga ikan-ikan belum bisa hidup di sini. Karena ikan tidak hidup, maka burungpun tidak tertarik datang. Walaupun demikian, saya tertarik untuk menjelajah hutan bakau di sekelilingnya. Sayapun memberi kode kepada adik saya agar ia menyusul saya ke sana.
Burung Punai Kecil (Treron sp).
Sangat menyenangkan bisa melihat jenis burung mirip merpati yang berwarna hijau ini masih berkeliaran bebas di alam. Walaupun jumlahnya lumayan banyak, sayang sekali, karena warnanya yang hijau sangat mirip dengan warna daun,agak susah bagi kita untuk melihatnya dengan mudah. Untungnya,adik bungsu saya memiliki mata yang terlatih dan awas, sehingga saya bisa terbantu untuk menemukannya.
Sebelumnya saya sempat berpikir, bahwa jenis burung yang banyak saya jumpai di sekitar hutan-hutan pegunungan di Kintamani itu sekarang sudah mulai punah. Ternyata tidak juga. Rupanya masih banyak juga yang berkeliaran di beberapa tempat. Melihatnya sungguh membuat saya merasa terharu.
Salah satunya adalah apa yang berhasil tertangkap oleh kamera saya sedang nongkrong di puncah pohon bakau. Sepertinya itu adalah burung Punai betina yang berukuran kecil. Warnanya lebih hijau dari jantannya. Seluruh tubuhnya berwarna hijau pupus. Ada sedikit warna kelabu di mahkota dan bagian belakang lehernya. Tepi sayapnya memiliki warna hijau muda dan garis hitam. Matanya berwarna hitam.Demikian juga paruhnya. Kakinya berwarna merah.Bagian bawah ekornya agak sedikit gelap.
Burung Pelatuk Kecil/Caladi Tilik ( Dendrocopos moluccensis)
Karena di tengah mangrove tampak ada sebatang pohon mati, maka mata sayapun mengarah ke sana dan tertumbuk pada pemandangan seekor burung pelatuk/woodpecker sedang sibuk mengais-ngais serangga di batang pohon mati itu.
Ini adalah jenis burung pelatuk kecil yang sama yang umum saya temukan sedang mengais-ngais serangga di pohon mati di pinggir kali belakang rumah saya di Bintaro. Biasanya ia mencari makan berpasang-pasangan atau kadang bersama rombongannya yang terdiri dari 3-4 ekor.
Ukurannya sangat kecil. Warnanya belang coklat gelap dan putih. yang menarik adalah bagian kepalanya yang berwarna putih dengan belang coklat pada bagian mahkotanya, membuat burung pelatuk ini menjadi terlihat seperti sedang memakai topi.
Burung Srigunting Hitam /Black Drongo (Dicrurus macrocercus).
Burung ini saya lihat di kejauhan, sehingga lensa kamera saya tidak mampu mencapainya dengan baik. Ia bertengger di sebuah cabang pohon yang tumbuh di atas pulau kecil di tengah lagoon nun jauh di sana. Namun karena saya sangat jarang berhasil melihat burung ini, walaupun jauh tetap saja saya coba ambil fotonya.
Warna burung ini hitam secara kesuluran.Mulai dari mahkota,kepala, leher, dada, punggung, sayap,ekor semuanya berwrna hitam. Demikian juga dengan paruh, mata dan kakinya. Semuanya hitam.
Yang menarik adalah bentuk ekornya yang panjang dan menyilang sangat mirip dengan bentuk gunting. Bahkan dari jarak jauhpun ekor guningnya terlihat sangat jelas. Itulah sebabnya mengapa burung ini disebut dengan nama Sri Gunting. Walaupun ukurannya relatif kecil, namun burung ini termasuk aggresive. Makanannya adalah serangga, seperti capung, belalang, dan sebagainya. senang melihatnya masih exist di Lagoon.
Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis).
Burung Madu atau Sun Birds juga terlihat sangat umum di hutan mangrove di tepi Lagoon. Saya sangat sering melihatnya langsung maupun hanya sekedar mendengar suaranya yang bercerecet di pohon-pohon di sekitar lagoon itu. Kelihatannya ada jenis burung Madu Sriganti dan ada juga jenis burung madu kelapa yang berseliweran di situ.
Burung Madu Sriganti yang jantan memiliki warna kuning yang lebih cerah dari betinanya. Selain itu juga memiliki leher yang berwana biru metalik.
Burung Madu Kelapa hampir serupa dengan burung Madu Sriganti. Hanya saja warna metalik lehernya lebih bervariasi, mulai dari hijau hingga ungu metalik. yang terlihat di gambar ini adalah Burung Madu kelapa.Walaupun gambarnya terlihat kecil dan warna lehernya hanya metalik gelap, namun jika kita perbesar terlihat bahwa lehernya sebenanrnya berwrna ungu metalik.
Burung Cabe ( Dicaeum trochileum)
Dimana ada burung Madu,sangat kerap kita juga menemukan Burung Cabe di sekitarnya. Setidaknya itu yang saya perhatikan. Demikian juga ketika berdiri di tepi hutang mangrove dekat lagoon ini. Karena saya melihat sedemikian banyaknya burung Madu terbang berseliweran, maka sayapun merasa pasti sebentar lagi tentu akan ada burung cabe yang akan lewat. Dan benar saja,ketika saya berteduh sebentar di bawah pohon beringin, tiba-tiba seekor Burung Cabe hingga di sebuah cabang pohon mati di dekat saya. barangkali karena ke dua burung ini memang menyukai jenis makanan yang sama, sehingga memilih habitat yang sama.
Warna kepala dan lehernya merah terang di bawah sinar matahari. Sangat kontras dengan warna langit yang biru sebagai backgroudnya. Saya melihatnya dan mengambil beberapa fotonya, hingga burung itu terbang karena diganggu oleh seekor burung lain yang tidak berhasil saya identifikasi.
Burung Tekukur ( Streptopelia chinensis).
Lagoon juga merupakan surga bagi burung tekukur. Populasi burung Tekukur di area ini cukup banyak. Walaupun sangat jelas bahwa burung Tekukur bukanlah pemakan ikan yang melimpah di Lagoon ini, namun seperti halnya dengan Burung Punai yang masih saudara dekatnya, Burung Tekukur memakan buah-buahan serta biji-biji tanaman yang banyak tumbuh di sekitar lagoon ataupun di pulau-pulau kecil di tengah Lagoon.
Tek kuk kuurrrr, tek kukkk kuuurrrr, dan seterusnya berulang-ulang, suaranya terdengar sangat damai di pagi hari itu. karena jumlahnya cukupbanayak dan sudah sering juga melihatnya di tempat lain,maka saya tidak terlalu antusias untuk mengambail gambarnya lagi.
Sebenarnya masih ada jenis burung Columbideae yang berhabitat di hutan mangrove itu. Sayang memang tidak semuanya sempat saya potret. Setidaknya saya sempat melihat burung Punai yang berukuran lebih besar, lalu juga burung Dederuk Merah.
Burung Cerukcuk (Pycnonotus goiavier)
Terucukan juga merupakan salah satu burung yang sangat mudah di pulau Bali.Populasinya cukup tinggi. Sama banyaknya dengan Burung Tekukur.
Burung omnivora pemakan serangga dan buah-buahan ini juga mudah kita temukan di Lagoon BTDC. Suara kicauannya yang merdu, terdengar nyaring dan mengalahkan kicauan burung-burung lain. Tidak sulit menemukannya di antara cabang-cabang pohon ataupun pucuk pohon .
warnanya coklat kusam dengan dada putih serta perut belakang berwarna kuning. Yang khas dari burung ini adalah kepalanya yang bergaris coklat dan kadang-kadang ditegakkan ke ats, sehingga terlihat berjambul.
Sebenarnya masih banyak jenis burung lain lagi yang saya lihat berhabitat di Lagoon BTDC ini, seperti misalnya Burung Kipasan, Burung Prenjak, Burung Pipit dan sebagainya. Sayapun melihat ada banyak sarang burung pipit juga di sela-sela tanaman palm,
Intinya, Lagoob BTDC di Nusa Dua Bali ini memang benar-benar tempat yang menyenangkan bagi para burung untuk tinggal. Saya sebagai salah seorang yang punya hobby mengamati burung merasa sangat salut dengan apa yang dilakukan oleh pihak BTDC dalam mengelola limbahnya. Lingkungan menjadi bersih, hijau, air pun didaur ulang dan dimanfaatkan kembali seefisien mungkin dan sebagai dampak postive-nya burung-burung pun berdatangan dan dilindungi di sini. Sehingga mereka merasa tetap aman dan senang tinggal di Sanctuary ini.
Sungguh upaya pengelolaan lingkungan yang patut diacungi jempol.
Yuk, kita cintai lingkungan kita dengan lebih baik lagi!