Menelusuri Jalan Ke Situs Megalitik Gunung Padang.

Standard

 

Situs Gunung Padang = AltarPertama kali tahu tentang situs Megalitik Gunung Padang ini, adalah ketika tanpa sengaja menemukan sebuah tulisan  berkaitan dengan situs ini di internet. Saya tertarik membacanya, karena tulisan ini menyingkap keberadaan situs purbakala ini dengan pendekatan yang sangat ilmiah. Setelah itu saya menelusuri berbagai tulisan lain di internet mengenai situs ini. Dan kebetulan karena ke dua orang anak saya sedang tertarik belajar tentang peradaban kuno, maka saya berpikir untuk mengajak mereka untuk belajar dan melihat dari dekat situs purbakala yang berada di wilayah Kabupaten Cianjur ini. Tepatnya di desa Karyamukti, kecamatan Campaka.

 

Mengetahui rencana ini, anak-anak pun sangat bersemangat untuk pergi. Nah, tinggal sekarang membujuk suami untuk mengantar. Dan kebetulan suami saya juga setuju. Walaupun di depan ia mewanti-wanti, apakah saya akan sanggup untuk naik atau tidak, karena setelah membrowsing di internet ada yang menginfokan bahwa jalan ke situs itu  sangat curam dan terjal. Tapi saya dan anak-anak tetap bertekad mau ke sana.

 

Maka kemarin, setelah melewati Puncak Bogor, kamipun turun ke Cipanas dan memasuki wilayah Cianjur. Sesuai dengan petunjuk dari karyawan hotel di Puncak, pertama kami harus mencari wilayah Warung Kondang terlebih dahulu. Karena di tempat itulah letaknya jalan desa untuk masuk ke Gunung Padang. Papan petunjuk mengatakan bahwa jarak ke Gunung Padang adalah 20km dari sana. Kami menelusuri jalan desa.  Lumayan bisa papasan untuk 2 kendaraan. Sebenarnya jalannya sudah beraspal, namun beberapa ruas jalan sudah ada yang terkelupas.

Pemandangan Sawah ke Gunung PadangPemandangan di kiri kanan jalan sangat menarik. Sawah dan ladang serta perkampungan penduduk.  Saya jadi teringat pada lukisan-lukisan pemandangan alam pada jaman dahulu. Bukit-bukit yang hijau,pohon kelapa dan sawah luas yang membentang.  Indah sekali. Kami hanya menelusuri jalan desa yang ada dan mengikuti dua buah kendaraan yang melaju di depan kami. Beberapa kali sempat juga  turun untuk mendapatkan kepastian dari penduduk setempat apakah jalur yang kami tempuh sudah benar. Dan jawabannya selalu benar. 

Setelah menempuh jalan sekitar 10km, kami diberitahu, agar terus saja berjalan dan kelak jika bertemu dengan rel kereta api agar berbelok ke kiri.  Kamipun berjalan lagi. Matahari bersinar sangat cerah, walaupun langit agak berawan. Kami sempat melihat papan petunjuk berwarna biru di pinggir jalan yang menginformasikan bahwa Situs Gunung Padang  jaraknya 8km  dari sana. Tambah yakin bahwa jalan yang kami tempuh adalah benar.  

jalan berliku ke Gunung PadangKami berjalan terus  hingga akhirnya tiba di sebuah rel kereta api.  Di sana ada papan petunjuk lagi. Situs Gunung Padang tinggal 6km lagi. Berbelok kekiri, ternyata kami memasuki wilayah perkebunan yang kelihatannya sudah tua. Ada banyak pohon karet di kiri kanan jalan. jalan agak berbelok-belok.  

Setelah itu kami memasuki wilayah Perkebunan Teh Lampegan.  Udara sangat sejuk dan pemandangan luar biasa indahnya. Sekarang kami sudah semakin yakin.Tapi  yang namanya juga jalanan di perkebunan, tentu jalanannya tidak begitu lebar. Kita perlu memperlambat jalan jika hendak berpapasan dengan kendaraan lain.  Di sana ada petunjuk lagi. Situs Gunung Padang tinggal 3km. Ada petunjuk untuk masuk ke kiri.  Sekarang kami berada di jalan di dalam perkebunan teh itu. Cihuyyy! Rasanya seperti menjadi pramuka penggalang yang sedang mencari jejak. 

 

Petunjuk ke Gunung PadangTak lama kemudian ada petunjuk papan biru lagi. Situs Gunung Padang 2km lagi.  Didekatnya berdiri sebuah warung sederhana beratapkan plastik terpal biru. Barangkali menjual kopi, teh atau mi instan kepada para pelalu lalang atau para karyawan perkebunan teh.  

Mata saya tertuju lagi ke papan petunjuk yang berwarna biru itu. Terus terang keberadaan papan -papan petunjuk seperti ini sangat membantu kami para petualang untuk bisa mencapai tempat tujuan dengan baik. Kami berbelok ke kanan dan hanya mengikuti jalan-jalan perkebunan teh di lereng bukit itu. 

Pemandangan kebun teh  itu sangat menawan. Rasanya tenang dan damai berada di sana. Saya membayangkan berdiri di sana menikmati desau angin pegunungan yang sejuk. Beberapa orang ibu-ibu mungkin habis memetik daun teh tampak lewat berjalan di sana.

kebun tehAwan gelap menggantung di langit. Makin lama makin mendekat. Kemungkinan awan cumulonimbus itu akan segara pecah menjadi hujan begitu kami tiba di Gunung Padang. Saya sedikit merasa khawatir. Wah..apa jadinya jika hujan turun deras? Akankah kami bisa mendaki?.  

Namun demikian,kami terus berjalan. Menelusuri jalan berkelok-kelok di punggung bukit itu. Setelah sempat ragu sejenak di sebuah persimpangan jalan karena tak ada papan petunjuk, saya meminta suami saya untuk mengambil jalan lurus saja yang menanjak dan berbatu mengikuti feeling saja. Saya rasa, jika tidak dipasang papan petunjuk, tentu maksudnya ya kita berjalan lurus saja. Tidakusah berbelok. 

Benar saja, tak lama kemudian saya melihat dari kejauhan sebuah papan petunjuk berwarna biru yang sama dengan papan papan petunjuk sebelumnya. Dengan girang kamipun menghampiri papan itu. Kami diarahkan untuk berbelok ke kiri, masuk ke jalan kecil yang ada. Situs Gunung Padang tinggal 1 km lagi. Kamipun berjalan. Keluar dari areal perkebunan,lalu masuk ke perkampungan dan jalan terus akhirnya tampaklah oleh kami sebuah gapura kecil yang tampaknya baru dibangun.

 

“ Situs Megalitik Gunung Padang”.

Rasanya lega sekali. 20km dari Warung Kondang. Jarak yang lumayan juga.

 

Ada sebuah lapangan parkir dan toilet umum yang kelihatannya baru dibangun. Namun sepi. Tak sebuah kendaraan pun yang tampak parkir di sana.  Wah jangan-jangan pengunjungnya cuma kami berempat. Seorang penduduk menjelaskan bahwa kami masih bisa membawa kendaraan sekitar 500 meter ke atas lagi. Pakir di atas saja – katanya. Kamipun naik. Jalanannya agak berbatu.  Tibalah kami dipelataran parkir di kaki situs Gunung Padang itu. Memang benar, di sana ada juga tempat parkir. Sekarang kami melihat ada juga beberapa pengunjung lain yang hendak naik ke atas. 

 

Gunung Padang

Kami mencari tahu apakah ada yang bisa mengantarkan ke atas dan membantu memberi penjelasan tentang situs itu kepada kami. Saya membutuhkan bantuan, terutama mengingat bahwa anak-anak saya tentu akan mengeluarkan banyak pertanyaan yang belum tentu akan mampu saya jawab sendiri, walaupun saya telah membaca referensi tentang situs ini sebelumnya.

Hujan mulai turun bergerimis.  Kami membersihkan diri, lalu melihat-lihat foto-foto serta beberapa keterangan mengani situs itu di kantor Pusat Informasi Wisata yang ada.

 

 

 

11 responses »

  1. wuaaah seru nih.. berasa baca cerita lima sekawan tapi ini mah versi emak dan anak yang jalan.
    Trus gimana Mbak.. sama seperti yang diberitakan?sempat baca soal ini beberapa bulan kebelakang, penasaran pengen tau sih tapi ga punya waktu dan rekan buat berkunjung.

    Like

  2. Sebenernya 20 km ga jauh, tapi jalannyaaa jelek kan wkwkwk…
    Penasaran cerita selanjutnya Bu… kalau ibuku naik tangga Gunung Padang menggeh2 ga kuat hahahaha

    Like

Leave a comment